Halloween Costume ideas 2015
Latest Post

Jejaring media sosial Cina, Weibo tengah dihebohkan dengan beredarnya sebuah video Durasi video 45 detik itu menjadi viral, karena memperlihatkan kelakuan vulgar seorang oknum dosen yang tengah melakukan adegan layaknya suami istri dengan mahasiswinya di ruang kelas.

Heboh! Video Dosen dan Mahasiswa Mesum di Kelas Beredar di Medsos

Tindakan tidak patut antara guru dan murid itu, berlangsung di sebuah ruangan kosong. Parahnya, perbuatan tidak senonoh tersebut dilakukan pada siang hari.

Seseorang yang tidak diketahui identitasnya, diam-diam mengambil gambar dengan kamera pixel rendah, dari jendela bagian luar. Adegan tersebut diambil di salah satu ruang kampus di Changzhou, Universitas di Cina.

Dalam video tersebut tergambar jelas, si murid tanpa busana sedang berada di atas meja, sementara gurunya masih memakai pakaian.

Dilansir dailymail, Minggu (22/5), sejak beredarnya video itu di Weibo, pihak kepolisian langsung berkoordinasi dengan pihak kampus. Oknum dosen dan mahasiswi dalam video itu disebut telah dipanggil.

Pihak kampus berjanji akan memberi sanksi tegas berupa pemecatan, karena keduanya telah melanggar etik lembaga pendidikan.

Sementara komentar beragam disampaikan masyarakat.�Perilaku dosen ini sangat bodoh. Bagaimana bisa dia melakukan itu di ruang kelas dan siang hari pada muridnya,� kata salah satu komentator.

Belum selesai kasus Ketua DPRD Sijungjung Sumatera (Sumbar) yang tertangkap basah sedang mesum dengan istri sopir, muncul lagi kasus yang tak kalah heboh. Dua anggota DPRD Pasaman Barat (Pasbar) Sumbar, ditangkap saat nyabe barang wanita muda berinisial M (25).

Setelah Ketua DPRD Mesum dengan Istri Sopir, Giliran Anggota DPRD Nyabu Bareng Wanita Muda

Dua anggota DPRD Pasbar ditangkap Direktorat Narkoba Polda Sumbar tengah mengonsumsi sabu-sabu di salah satu kamar hotel berbintang di Padang, Senin (21/11) malam. Mereka ditangkap pesta narkoba dengan wanita muda saat tengah mengikuti bimbingan teknis (bimtek) DPRD Pasbar.

Polisi sudah mengawasi gerak-gerik keduanya sejak sebulan lalu seiring masuknya laporan masyarakat.

�Kita menggeledah anggota dewan itu bersama dengan dua orang temannya,� ujar Direktur Reserse Narkoba Kombes Pol Kumbul KS saat jumpa pers di aula Polda Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, Rabu (23/11).

Dalam penggeledahan di kamar 203 itu, polisi menemukan dua orang lainnya. Salah seorangnya merupakan pengantar narkoba kepada anggota DPRD Pasbar. Seusai penggeledahan yang dilakukan pukul 20.00 sampai 20.30 itu, para tersangka langsung digiring ke Mapolda Sumbar untuk dimintai keterangan.

�Dalam penggeledahan itu, kita mendapati mereka tengah mengonsumsi sabu yang diperoleh dari tersangka berinisial SHM (40), sehari-harinya pedagang keliling asal Gurunlaweh Padang, plus seorang perempuan M (25),� ujar Kumbul.

Polisi juga menyita barang bukti narkoba jenis sabu-sabu seberat 0,14 gram, sebuah alat pengisap narkoba, dua korek api dan empat unit telepon genggam.

Dikatakan Kombes Pol Kumpul KS, pelaku diancam dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 pasal 112 dan 127 tentang Narkotika. Dengan ancaman penjara minimal lima tahun.

Ketua DPRD Pasbar, Daliyus yang ditemui Padang Ekpres di Mapolda Sumbar, membenarkan 40 anggotanya sedang mengikuti Bimtek UU Nomor 6 tentang Desa dan Pemerintahan, serta Permendagri No 80 2015 tentang Produk Hukum Daerah.

�Kita sejak tanggal 19 di hotel itu hingga 23 November. Rencananya, hari ini (kemarin, red) kita kembali ke Pasbar,� ucapnya.

Dia prihatin terhadap persoalan yang menjerat anggotanya itu. �Ini sangat kita sayangkan, kita tunggu saja hasilnya dan kita serahkan prosesnya di tangan Polda,� katanya. Dia tidak mau terburu-buru mengambil keputusan pemecatan terhadap kedua dua anggota dewan tersebut.

Menyikapi tiga anggota kader Partai Golkar Sumbar yang dianggap telah memalukan nama partai, DPD Golkar Sumbar menyurati DPP Golkar. DPD meminta kejelasan sikap dari DPP terkait kasus menimpa kadernya ini.

�Surat itu telah dikirim ke DPP. Kita menunggu jawabannya,� kata Sekretaris DPD I Partai Golkar Sumbar, seperti dilansir Padang Ekpres

Sumber: http://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2016/11/24/ketua-dprd-mesum-istri-sopir-giliran-anggota-dprd-nyabu-bareng-wanita-muda/2/

Aparat Direktorat Reserse Narkoba Polda Lampung menggerebek dua kamar di Hotel Emersia, Sabtu (21/1/2017) sekitar pukul 23.30 WIB. Pada penggerebekan itu polisi menangkap lima orang.

Mereka adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Tanggamus Mukhlis Basri, seorang perempuan cantik PNS Pemerintah Provinsi Lampung bernama Oktarika, M Doni Lesmana, Eddi Yusuf dan anggota DPRD Tanggamus Nuzul Irsan.

PNS Cantik, Anggota DPRD Digerebek Bersama Sekda di Kamar Hotel

Abrar mengatakan, Mukhlis ditangkap bersama Okta, Doni dan Eddi dalam satu kamar. Sedangkan Nuzul berada di kamar sebelahnya.
"Mereka kami tangkap karena kedapatan menyimpan pil happy five," ujar Abrar.

Menurut Abrar, status kelimanya sampai Minggu sore masih sebagai saksi. Pada Senin (23/1) siang, Polda Lampung mengumumkan status Sekda Tanggamus sebagai tersangka dan menahannya.

Penyidik Direktorat Reserse Narkoba Polda Lampung resmi mengeluarkan surat penahanan terhadap Sekretaris Daerah Kabupaten Tanggamus Mukhlis Basri sejak Minggu (22/1/2017) malam. Dilansir bangkapos.

Selain Mukhlis, polisi juga menahan dua orang lainnya, yaitu Oktarika, PNS Pemerintah Provinsi Lampung dan Doni.
"Mereka tersangka dan kami tahan sejak semalam," ujar Direktur Reserse Narkoba Polda Lampung Komisaris Besar Abrar Tuntalanai, Senin (23/1/2017).

Menurut Abrar, ketiga orang ini dijadikan tersangka karena kedapatan menyimpan pil happy five.

Sedangkan dua orang lainnya yaitu Eddi dan anggota DPRD Tanggamus Nuzul Irsan hanya berstatus sebagai saksi.
Baca: Setelah Luntang-lantung Mengemis, Begini Kabar Ayah Marshanda Sekarang
Kedua orang ini tidak menjadi tersangka karena tidak kedapatan menyimpan barang narkotika maupun psikotropika. "Hasil tes urine nya juga negatif," ucap Abrar.

Dari Mukhlis, polisi menyita dua butir pil happy five yang disimpan di dompet. Sedangkan dari Okta, polisi menyita dua butir pil happy five.

Berdasarkan keterangan Mukhlis dan Okta, pil tersebut didapat dari Doni. Untuk ketiga orang ini, penyidik akan menjeratnya bukan dengan menggunakan Undang-Undang Narkotika melainkan Undang-Undang Psikotropika.

Alasannya, pil happy five adalah jenis psikotropika bukan narkotika. Karena dijerat menggunakan Undang-Undang Psikotropika, penyidik tidak akan memberikan rehabilitasi.
"Rehabilitasi hanya ada di UU Narkotika," kata Abrar. (*).

Sumber: riauone.com/nusantara/Ada-PNS-Cantik--Anggota-DPRD-Digerebek-Bersama-Sekda-di-Kamar-Hotel-2

Terdakwa kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyampaikan empat poin keberatan atas kesaksian yang disampaikan saksi pelapor Muhammad Asroi Saputra. Keberatan, disampaikan dengan nada suara yang terdengar tinggi. Muka Ahok juga terlihat memerah saat menyampaikan beberapa pernyataannya.

Keberatan Ahok yang pertama dikarenakan Asroi menyampaikan kesaksian yang menyatakan setiap umat Muslim di dunia merasa tersinggung dengan pernyataannya terkait ayat 51 surat Al Maidah, surat dalam kitab suci Alquran, yang merupakan pernyataan yang dipermasalahkan.

Sidang Ketujuh Kasus Dugaan Penistaan Agama : Ahok Tak Terima Dianggap Kafir

Ahok mengatakan, ia memiliki banyak kenalan umat Muslim. Kenalan itu, termasuk tim kuasa hukum, orang-orang yang ia anggap saudara, hingga warga Kepulauan Seribu, orang yang menyaksikan pidatonya yang dipermasalahkan pada 27 September 2016. Menurut Ahok, mereka, berbeda dengan Asroi, tidak tersinggung.

"Saya keberatan gara-gara saksi mengatasnamakan Muslim sedunia. Itu terlalu membesar-besarkan," ujar Ahok di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Utara di Auditorium Kementerian Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa, 24 Januari 2017.

Ahok mengatakan, keberatannya yang kedua terkait kesaksian yang menyebut bahwa ayat 51 surat Al Maidah merupakan instruksi bagi umat Muslim supaya tidak memilih pemimpin kafir. Dalam kesaksiannya, Asroi menyatakan Ahok meminta warga Kepulauan Seribu supaya tidak mau 'dibohongi' ayat.

Padahal, Ahok mengatakan, makna ayat 51 surat Al Maidah bukanlah seperti itu. Makna pernyataannya tentang ayat tersebut juga tidak seperti yang disampaikan Asroi.

"Saudara saksi adalah sarjana (di bidang) Islam dan saudara kerja di Kemenag. Tafsiran yang jelas, surat Al Maidah ayat 51 tafsiranya bukan seperti itu. Saya keberatan juga. Itu cenderung fitnah. Saudara saksi mengerti agama, tahu fitnah itu dosanya besar," ujar Ahok.

Ahok, juga menyampaikan keberatan terkait salah satu kesaksian Asroi yang menyatakan parameter kafir atau tidaknya seseorang adalah dua ucapan kalimat syahadat yang pernah dikatakan seseorang.
Ahok menyatakan, dalam Alquran, jelas dikatakan Nabi Isa adalah seorang Muslim. Sementara di kalangan umat Kristen, Nabi Isa adalah Yesus yang merupakan Tuhan mereka. Menurut Ahok, menyatakan orang yang tidak mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai kafir sama saja artinya dengan menyatakan Yesus, Tuhan yang ia sembah, adalah kafir.

"Saya percaya Yesus Tuhan, bukan kafir. Saya keberatan Anda menganggap saya kafir. Saya bertuhan dan saya terima Yesus adalah Tuhan, dan hak saya di negeri Pancasila, dan setiap WNI di negeri ini, saya berhak menjadi apapun di republik ini," ujar Ahok menegaskan. (mus)

sumber: http://www.portalpiyungan.tk/2017/01/sidang-ketujuh-kasus-dugaan-penistaan.html

HARI sudah gelap ketika mobil yang kami tumpangi memasuki Desa Blang Sukon, Kemukiman Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya. Terletak di kawasan perbukitan, desa ini berjarak sekitar 10 kilometer arah selatan Luengputu, atau 35 kilometer dari Sigli, ibukota Kabupaten Pidie. Beberapa kali kami harus turun dari mobil karena bertemu jembatan kayu yang telah bolong-bolong. Bahaya betul kondisinya.

Hari itu, 23 Januari 2002. Berangkat dari Banda Aceh, kami menuju ke sana setelah mendapat kepastian jenazah Panglima GAM Teungku Abdullah Syafie akan dimakamkan di desa itu. Sebelumnya, sempat beredar kabar jenazah akan dimakamkan di kampung halamannya di Matangglumpang Dua, Bireuen.

Teungku Abdullah Syafie meninggal setelah tertembak dalam sebuah pertempuran di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari 2002. Namun, jenazahnya tak langsung dievakuasi. Untuk memastikan yang tertembak adalah orang nomor satu dalam tubuh militer GAM, Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan Brigjen TNI Djali Yusuf (sekarang sudah pensiun) berangkat ke lokasi menggunakan helikopter. Keesokan harinya, 23 Januari 2003, barulah dipastikan yang tertembak itu adalah Teungku Abdullah Syafie.

Setelah tanya sana-sini, akhirnya kami tiba di rumah duka. Kami adalah satu-satunya rombongan tamu di luar warga setempat. Hanya kami bertiga wartawan yang meliput di sana. Selain saya, ada Murizal Hamzah dan Ferdi Nazirun Sijabat dari tabloid mingguan Media Kutaraja. Bersama kami, ikut Adi Laweueng yang kini menjabat juru bicara Partai Aceh. Adi sekaligus berperan sebagai penunjuk jalan.

Saya tidak tahu pasti mengapa tidak ada wartawan lain yang hadir di sana. Namun beredar kabar, wartawan lain menunggu di Matangglumpag Dua. Sebab, sempat beredar kabar jenazah akan dimakamkan di tanah kelahiran Teungku Abdullah Syafie.

Dari luar rumah berdinding papan, lamat-lamat terdengar orang-orang sedang bersalawat, mendaras doa. Berdiri di mulut pintu, saya melihat ada empat jenazah terbaring di sana. Ada aroma amis menyebar. Kemungkinan lantaran jenazah sudah berumur dua hari. Seorang keluarga memberi tahu jenazah tidak dimandikan karena dianggap syahid di medan perang.

Ketika kami tiba dan memperkenalkan diri sebagai wartawan, selubung penutup wajah jenazah terbuka. Terlihatlah wajah Teungku Abdullah Syafie yang bagian rahangnya diikat ke atas. Di sampingnya, ada pula jenazah istri Teungku Lah, Cut Fatimah. Sementara dua lainnya adalah pengikut Abdullah Syafie, yakni Teungku Muhammad Ishak dan Daud Hasyim.

Beberapa wanita terlihat meratap, tak kuasa membendung tangis. Seorang warga memberitahu kami, sebelumnya ada tiga wanita yang pingsan karena syok.

Tokoh masyarakat setempat bersepakat mengubur jenazah Panglima GAM itu malam itu juga. Beberapa orang sedang menyiapkan liang kubur tepat di belakang rumah Teungku Lah.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 03.00 WIB dinihari ketika jenazah diusung untuk dikuburkan. Di bagian depan, seorang lelaki memegang lampu petromaks sebagai penerang jalan. Selebihnya hanya kegelapan.

Keempat jenazah itu dikebumikan dalam satu liang lahat berukuran 3×2 meter.

“Tolong ambil timba, semua air harus dibuang,” ujar seorang lelaki meminta untuk menguras air yang memancar di dalam lubang yang baru saja digali.

“Tanah yang di ujung sana, digali sedikit lagi,” seorang lelaki lain menimpali.

Ketika dirasa sudah cukup kering, satu persatu keranda diturunkan ke liang kubur diiringi lantunan suara azan yang dikumandang seorang lelaki.

Prosesi penguburan berlangsung sederhana tanpa simbol-simbol GAM seperti bendera dan letusan senjata api sebagaimana lazimnya seorang panglima militer. Bahkan dari pengamatan di lapangan tidak ada petinggi GAM yang ikut menghadiri prosesi penguburan.

Menjelang subuh, prosesi penguburan selesai. Kami pun memutuskan rehat dan merebahkan badan di meunasah, tak jauh dari rumah duka.

Lahir di Desa Seneubokraya, Kecamatan Peusangan, Bireuen, Teungku Lah mengenyam pendidikan formal di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Dari keluarganya diperoleh informasi Teungku Lah sekolahnya terhenti saat kelas tiga. Selanjutnya Teungku Lah belajar agama di dayah.

Selain petempur, Teungku Lah juga seniman teater. Ia pernah menjalani hidup sebagai pemain teater keliling bersama grup Jeumpa. Profesinya yang lain adalah penjual obat keliling.

“Saya belum pernah menemukan seorang pemimpin yang begitu dekat dan bisa bergaul dengan segala lapisan masyarakat,” ujar seorang pria separuh baya yang namanya tidak mau disebutkan.

Salwa, adik ipar Abdullah Syafi’i, sebelumnya sempat terjadi tarik menarik antara keluarga Abdullah Syafii dengan aparat keamanan. Menurut Salwa, pihak aparat ingin mengantarkan jenazah jenazah tersebut ke kampung asal Abdullah Syafi’i di Matang Glumpang Dua, Kabupaten Bireuen.

Sedangkan pihak keluarga istrinya menginginkan jenazah dikuburkan di desa Blang Sukon Cubo. “Semasa hidupnya Abang pernah mewasiatkan seandainya dia meninggal di medan perang agar jenazahnya dikuburkan dibelakang rumahnya,” ujar Salwa yang sempat pingsan sambil terisak-isak.

Sebelumnya jenazah Abdullah Syafii bersama istrinya yang sedang hamil enam bulan (calon putra pertama) dan lima orang pengikutnya sempat disemayamkan di RSU Sigli untuk diotopsi. Sekitar pukul 18.30 WIB pihak rumah sakit baru menyerahkan jenazah kepada keluarganya setelah mendapat izin dari Pangkolakops Brigjen TNI Djali Yusuf.



Saat itu, tak ada yang tahu bagaimana cerita detail yang menewaskan Teungku Abdullah Syafie. Namun, saat itu, muncul cerita sejumlah anggota TNI mencukur rambut sebagai tanda syukur telah berhasil menewaskan Teungku Lah.

Namun bagi sebagian masyarakat Aceh, meninggalnya Teungku Lah adalah duka nestapa. Maklum, semasa hidupnya Teungku Lah dikenal sebagai sosok yang humanis dan dekat dengan siapa saja. Ia pun tak segan-segan menghukum pasukannya jika ada yang bersikap semena-mena terhadap masyarakat.

Walhasil, Teungku Lah menuai simpati banyak pihak. Ketika kami bertandang ke markas Komando Distrik Militer 0102 Pidie sepulang dari pemakaman Teungku Lah, Dandim Letkol Infanteri Supartodi mengakui kelebihan Teungku Lah. “Beliau orang baik. Tapi karena ideologinya bertentangan, ia harus berhadapan dengan kami,” ujar Supartodi.

Dari Swedia, pimpinan GAM di pengasingan memutuskan mengangkat Muzakir Manaf menggantikan Abdullah Syafie sebagai Panglima GAM. Sebelumnya, Muzakir menjabat Panglima Operasi sekaligus Panglima GAM Wilayah Pasee yang mencakup seluruh Aceh Utara.

Tiga tahun setelah Teungku Lah tertembak, pimpinan GAM memutuskan berdamai dengan Pemerintah Indonesia. Perjanjian damai diteken pada 15 Agustus 2005. GAM menerima otonomi khusus dan membentuk



partai lokal dengan nama Partai Aceh.

*

Beberapa tahun setelah Teungku Lah meninggal, barulah salah satu pengikutnya berbicara kepada sebuah media tentang detik-detik pertempuran yang menewaskan Teungku Lah. Pria itu bernama Samsul Bahri alias Gegana. Ia adalah satu dari enam orang pengawal Teungku Lah.

Menurut Gegana, seminggu sebelum Teungku Abdullah Syafie tertembak, mereka mendapat kabar dari anggota TNI bahwa lokasi persembunyian Teungku Lah telah terdeteksi. Lewat adik perempuannya, anggota TNI yang simpati kepada Teungku Lah berpesan agar Teungku Lah menyingkir ke tempat lain.

Mendapat kabar itu, kata Gegana, Teungku Lah meminta pengawalnya untuk pergi menjauh, menyelamatkan nyawa masing-masing. Apalagi, saat itu sedang bulan puasa.

“Peu gata sanggop tadeong sajan lon (apa kalian sanggup bertahan bersama saya)?” begitu kata Tengku Lah seperti ditirukan Gegana.

“Demi perjuangan, nyawong lon tem bie (demi perjuangan, nyawa saya berikan),” jawab Gegana mengenang.

Menurut Gegana, beberapa hari sebelum pertempuran maut terjadi, Teungku Lah dan pasukannya sudah berhadapan langsung dengan TNI. Gegana ingat benar kejadiannya. Hari itu, sekitar pukul 03.00 dinihari, Teungku Lah bangun memasak nasi untuk sahur. Sementara pasukannya sedang terlelap. Ketika masakan telah siap, barulah Teungku Lah membangunkan pasukannya untuk sahur.

Pukul tujuh pagi, Gegana melihat seekor kucing berlari ke arah kamp mereka. Terdengar pula suara kokok ayam hutan. Firasat Gegana mengatakan ada sesuatu yang tak beres.

Benar saja, lamat-lamat ia mendengar suara orang berbicara,”ada bau ikan asin dan jejak baru.” Belakangan ia tahu, itu adalah percakapan pasukan TNI yang sedang mencari jejak mereka.

Dengan mengendap-endap, Gegana memberitahukan keberadaan mereka kepada Teungku Lah yang kemudian turun untuk mengecek kebenarannya. Sebelumnya, ia menitipkan dua pucuk senjata jenis pistol dan AK-56 kepada Gegana.

Saat itulah Teungku Lah berhadap-hadapan dengan pasukan TNI. Jarak mereka, kata Gegana, hanya sekitar sepuluh langkah. Namun Teungku Lah berhasil lari kembali ke kamp untuk mengambil senjata. Anehnya, kata Gegana, senjata anggota TNI tak meledak. “Itulah kuasa Allah,” katanya.

Saat itu kata Gegana, Teungku Lah sempat bertekad berperang terbuka dengan TNI. “Doeng, kuneuk peu abeh mandum (berhenti, akan saya habisi mereka semua),” kata Teungku Lah.

Namun, Cut Fatimah, istrinya yang dikabarkan sedang hamil, melarang Teungku Lah berperang. “Bek neu meuprang, lon hana sehat (jangan berperang, saya sedang tidak sehat).”

Teungku Lah menuruti permintaan istrinya. Ia pun menghindar. Sementara Gegana dan pasukan pengawal lainnya menghadang langkah TNI dengan melepas tembakan. Itulah pertemuan terakhir Gegana degan Teungku Lah. Mereka kemudian terpencar. Gegana berhasil meloloskan diri.

Kesaksian lain disampaikan oleh Abu Bakar Ubit, alumni GAM Libya yang kemudian menjabat Wakil Ketua DPRK Pidie Jaya. Abu Bakar berkisah, pada 21 Januari 2002, di pegunungan antara Jim-jim dan Cubo, seribuan TNI telah merayap di perbukitan itu. Abu Bakar sendiri saat itu berada di sana, meski tidak persis di samping Tengku Lah.

Setelah menghindar dari pertempuran sebelumnya, kata Abu Bakar, Tengku Lah dan pasukannya tiba di pegunungan Alue Mon, di atas Gampong Cubo. Malam itu mereka bermalam di sana. Kondisi pasukan yang kalah banyak, membuat mereka memilih menghindar.

Pada hari naas itu, 22 Januari 2002, perang besar pecah. “Dari poh lapan beungoh sampoe seupot baro reuda (Dari pukul delapan pagi sampai sore baru reda),” kenang Abu Bakar.

Abu Bakar berhasil lolos setelah berhasil menyelinap di antara dedaunan. Sementara Teungku Lah menghembuskan nafas terakhir dengan sebuah luka tembak di dada. Entah senjata apa yang mendarat di tubuhnya. Yang jelas, dari sebuah foto yang dirilis TNI, ada lubang sebesar kepalan tangan orang dewasa di dada kirinya. “Saya baru tahu Teungku Lah tertembak setelah empat hari kemudian,” kata Abu Bakar.

Pengalaman lain dikisahkan oleh Jalaluddin, salah satu pengawal Teungku Abdullah Syafie. Saat pertempuran terjadi, Jala berada di sampingnya.

Dalam pertempuran pada 22 Januari, sebutir peluru TNI mengoyak kaki Jala, nama panggilan Jalaluddin. Peluru itu, kata dia, berasal dari pasukan TNI dari Ton-2 Kompi Yonif Linud 330 pimpinan Serka I Ketut Muliastra.

Melihat kakinya berdarah-darah, Jala menjerit. Teungku Lah lalu mengeluarkan peluru sambil membubuhkan air liur pada luka kaki Jala. “Bèk moe lé (Jangan menangis lagi),” kata Teungku Lah.

Jala merasakan kondisinya membaik. Ia kembali bertempur, melepas tembakan ke arah pasukan TNI. Aksi Jala terhenti ketika melihat Teungku Lah tertembak. Jala sempat berniat memapahnya. Namun, Teungku Lah melarang.

“Bèk. Nyoe ka trôh nyang lôn lakèe, ka troh watèe nyang lôn prèh-prèh (Jangan. Kini sudah tiba waktu yang saya tunggu-tunggu),”

Dalam kondisi sekarat, Teungku Lah memerintahkan Jala segera lari menyelamatkan diri. Jala menolak, ia tidak ingin meninggalkan panglimanya. Teungku Lah kembali memerintahkan Jala untuk kabur. Jala akhirnya menurut.

“Saat lari, Jala menemukan sebuah sumur. Dia masuk ke sumur itu, lalu menutup sumur dengan tumpukan jerami,” kata Puteh binti Abbas,73 tahun, ketika ditemui AtjehPost.Com di Desa Blang Sukon, Kemukiman Cubo, Kamis 1 September 2011.

Cerita Puteh Abbas serupa dengan Nek Teh. Beliau adalah mertua Teungku Lah. Ia mendengar cerita itu langsung dari mulut Jala tak lama setelah kejadian itu. Jala selamat setelah masuk ke sumur, sedangkan Teungku Lah, meninggal di lokasi pertempuran.

“Anak saya, Fatimah (istri Teungku Lah) yang sedang hamil tujuh bulan, bersama para pengawal Teungku Lah juga tertembak dalam kejadian itu, mereka meninggal. Hanya dua orang yang selamat, salah satunya, Jala,” kata Nek Teh.

Usman Basyah, warga Desa Blang Sukon, punya kenangan lain tentang Teungku Lah.

“Suatu waktu, saat Teungku Lah masih hidup, pernah ada yang minta untuk membangun rumah beliau, rumah besar. Tapi beliau menolak,” kata Usman Basyah kepada Irmansyah dari Atjehpost.Com.

Kata Usman, ketika itu Teungku Lah dengan tegas menyatakan, “nye mantong na rumoh ureung gampong nyang hana layak tinggai, bek peugot rumoh meugah keu lon (kalau masih ada rumah warga desa yang tidak layak huni, jangan bangun rumah megah untuk saya)”.

Makanya, kata Usman, sampai meninggal, rumah Teungku Lahmasih berkonstruksi alakadar. Jauh dari kesan mewah.

Semasa memimpin perang gerilya, Teungku Lah juga banyak menerima kedatangan pihak-pihak yang membawa uang berlimpah. “Teungku Lah langsung bertanya, uang itu untuk siapa”. Yang membawa uang menjawab, “uang untuk nanggroe”.

Mendengar itu, Teungku Lah menyatakan, “kalau untuk nanggroe (biaya perjuangan GAM) jangan kasih ke saya, serahkan kepada yang berhak pegang uang itu”.

“Begitulah sifat Teungku Lah, beliau tidak mau menerima yang bukan haknya,” kata Usman Basyah.

Dalam pandangan Usman Basyah, Abdullah Syafie betul-betul seorang panglima, pemimpin yang memberi contoh teladan kepada pasukannya. Juga sangat peduli dengan nasib masyarakat miskin, persis seperti yang dulu dicita-citakan untuk membawa Aceh lebih sejahtera.

Setelah 14 tahun berlalu, adakah sifat Teungku Lah itu diwarisi oleh mantan GAM lain setelah sebagian dari mereka kini menjadi pejabat ACHEH.
Tanda djaroe - Sumber: Central commando ACHEH MERDEKA

AMP - Satuan Reserse Narkoba Polres Langsa men‎gamankan sebanyak dua kilo gram narkoba jenis ketamine dari salah seorang penumpang bus Simpati Star bernama Fahrur Razi (29) warga Gampong Paya Bujok Teungoh, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa.

Kapolres Langsa AKBP H Iskandar ZA melalui Kabag-Ops Kompol Khairullah didampingi Kasat Narkoba Iptu Agung Wijaya Kusuma kepada sejumlah wartawan, Selasa (24/1) mengatakan, narkoba jenis ketamine sebanyak dua kilo gram tersebut diamankan dari tersangka Fahrur Razi didepan Mapolres dalam razian rutin.

"Tersangka terjaring razia saat menumpang bus Simpati Star dari arah Medan menuju Banda Aceh, pada Kamis, (19/1) pagi sekitar pukul 04.30 WIB," terang Kompol Khairullah.

Kasat Narkoba menambahkan, narkotika jenis ketamine tersebut merupakan bahan utama untuk pembuatan narkotika jenis ektasi.

"Selain untuk pembuatan ektasi, ketamine itu juga bisa dikosumsi secara langsung dan efeknya kurang lebih sama dengan ektasi," terang Kasat Narkoba.

Dia menjelaskan, pengungkapan kasus tindak pidana narkotika jenis ketamine tersebut bermula dari kecurigaan petugas. "Saat diminta membuka barang bawaannya tersangka nampak ketakutan," ujarnya.

Melihat tersangka gugup, petugaspun langsung meminta tersangka membongkar barang bawaannya yang dimasukkan di dalam kotak bingka Ambon. Alhasil ditemukan tujuh bungkus ketamine dengan berat keseluruhannya 2 kilo gram.

"Tujuh bungkus ketamine dengan berat dua kilo gram tersebut diselipkan oleh tersangka di bawah Bingka Ambon" ‎kata Kasat Narkoba.

‎Menurut pengakuan tersangka, ketamine itu dibeli di Medan untuk dibawa ke Kota Langsa. Selain ketamine, petugas juga mengamankan barang bukti berupa, satu paket sabu 0,09 gram, satu kaca pirek yang masih ada sisa sabu, satu tas ransel, satu kotak Bika Ambon Zulaikha dan uang tunai Rp 350 ribu, ungkap Kasat Narkoba‎.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, saat ini tersangka berikut barang bukti telah diamankan di Mapolres guna proses hukum lebih lanjut.[AJNN]

AMP - Tahun 1998 seiring dengan reformasi yang digulirkan di Indonesia, Amiruddinpun telah memasuki babak baru kehidupannya. Dia mencatatkan diri sebagai anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Tahun itu merupakan tahun yang penuh dengan catatan penting sejarah Aceh, selain reformasi yang diperjuangkan oleh mahasiswa mencapai klimaks, di Aceh sendiri pada 7 juli Panglima ABRI jenderal Wiranto mencabut status Aceh sebagai DAerah Operasi Militer (DOM) setelah 10 tahun diterapkan.

Awal perkenalan dengan Mirik, Saiful alias Cage masih sebagai prajurit biasa di Kamp 09 (Kosong Sikureung) Palu Beueh Awee Geutah.
Saat itu yang menjadi pembesar di kawasan itu masih para desertir polisi seperti Husaini Franco, Razali dan beberapa orang lainnya. Saat masih sebagai tentara kecil di gerakan yang ia bela, Cagee sudah dikenal sebagai pemberani dan nekat

Pada tahun 2001 GAM daerah III Wilayah Batee Iliek membentuk pasukan operasi khusus Tgk Batee dgn nama asli Husaini M Amin yang sekarang mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Bireun untuk Periode 2017/2022 melalui jalur independen

Setelah pasukan itu dibentuk, eskalasi konflik semakin meningkat. Saat menjadi komandan pasuka operasi pada tahun 2002, kiprah Cage semkain dikenal karena kesukaannya bertempur. Ibarat kata, dia menyukai pertempuran melebihi kesukaan pada dirinya sendiri, dan pada tahun yang sama dia membentuk Kamp Gurkha di Gampong Darul Aman, Peusangan Selatan.

Kondisi semakin genting, dimana-mana aparat keamanan Indonesia sudah tersebar. Untuk mengefektifkan pergerakan dan memperkuat pertahanan pasukan, Cage kemudian memecah anggotannya menjadi tujuh regu. Dua diantaranya bernama regu Singa Bate yang dikomandoi oleh Mirik dan regu Geubina yang dipimpin oleh Obeng (Almarhum). "saat kondisi semakin genting, cage memecah kami dalam tujuh regu, saya sudah lupa nama-nama regu tersebut selain Singa Bate yang saya pimpin dan Geubina yang dikomandoi oleh Obeng, dia sudah almarhum" Kata Mirik mengenang masa lalu. Regu-regu tersebut terus bertempur melawan tentara pemerintah Republik Indonesia dengan cara mandiri. Hidup semakin sulit, logistik masih tersedia, namun terkadang makan beras mentah jadi pilihan, karena tempat persembunyian tidak boleh berasap.

Tahun 2003 Zona damai hadir di Aceh. Perwakilan GAM dan RI yang difasilitasi oleh Hendry Dunant Centre (HDC) meresmikan Zona Damai pertama di Indrapuri, Aceh Besar. kejadian itu terjadi pada tanggal 13 januari 2003.
Pasukan Cage yang sempat terpecah disatukan kembali. Mereka kembali dikumpulkan di Kamp Gurkha. Ada persyaratan bahwa pasukan GAM tidak boleh berserak

Masa Darurat Militer
Menjelang penerapan Darurat Militer di Aceh, kondisi keamanan dan perpolitikan semakin memburuk. Para petinggi GAM dilapangan sudah tidak bisa lagi mengendalikan keadaan. Saat itulah Cage kembali tampil kedepan dengan menyandang empat jabatan sekaligus yaitu sebagai Panglima Daerah, Panglima Muda, Panglima Sagoe serta Komandan Operasi GAM.

Satu hari menjelang Darurat Militer (DM) disahkan (17/10/2003) pasukan TNI bergerak ke Ule Jalan Peusangan Seulatan. Mengetahui informasi pasukan pemerintah semakin mendekat, Cage memanggil semua pasukannya. Dalam rapat, mereka memutuskan untuk menghadang tentara yang datang dari seberang laut itu. Mereka kemudian menunggu kedatangan TNI di ujung jembatan Ule Jalan (seberang sungai).

Tak lama kemudian pecahlah perang yang dahsyat. Pertempuran kedua belah pihak anak manusia yang berbeda ideologi itu memakan waktu 8 hari 8 malam. Jumlah pasukan GAM bersenjata dalam pertempuran itu sekitar 80 orang. hari kedelapan penerapan DM pasukan GAM mundur dan bergerak ke Blang Mane Kecamatan Peusangan Selatan. Hari ke 9 DM, Cage kembali memecah pasukannya menjadi 2 kelompok yaitu Gurkha dan Singa Batee.

Sejak awal DM, pasukan Cage sudah terisolir dan kehilangan kontak dengan GAM yang berada dibawah. Satu bulan DM, Cage kembali memecah pasukan menjadi tujuh regu. Kembali dipecahkan pasukan tersebut untuk terus memaksimalkan kekuatan dan meratakan pertahanan. Menurut analisa Cage waktu itu, taktik gerilya yang dimainkan tidak memungkinkan pasukan seluruhnya dikonsentrasikan pada satu titik pertahanan.

"Sejak awal penerapan DM, pasukan Gurkha sudah terputus hubungan dengan GAM yang berada dibawah. Sebab pasukan keamanan Pemerintah sudah berhasil mengisolasi kami dari hubungan luar. Sejak saat itu informasi tentang kami semakin sedikit yang tau," Kata Mirik sambil menghisap asap rokok dalam-dalam. kemudian dengan berat asap perusak kesehatan itu dihembuskan kembali ke udara.

Setahun darurat, Mualem (Muzakir Manaf) beserta Sofyan Dawood. Nek Tu Peureulak, Cut Manyak dan petinggi GAM lainnya tiba di daerah basis pertahanan Saiful Cage mereka dengan susah payah melalui jalan-jalan hutan menuju ke basis Kamp Gurkha utnuk mencari perlindungan. Saat itu kondisi pada petinggi GAM itu rata-rata kurus dan kurang sehat. Bukan saja para petinggi GAM yang mencari selamat ke wilayah Cage, GAM lain seperti pasukan dari Linge Aceh Tengah dan Pase juga merapat ke wilayah pegunungan tersebut.

Sejak kedatangan para petinggi GAM, perjuangan Cage untuk mempertahankan wilayah dari serbuan TNI semakin berat. Untuk memperkuat perlindungan, Cage membuat dua tim lagi. Saat melakukan upaya perlindungan terhadap Mualem, Cage tidak memberitahukan kepada khalayak. Bahkan banyak diantara pasukan GAM sendiri tidak tahu bahwa sang pimpinan berada didalam garis pertahanan mereka.

Setelah Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 menerjang dan meluluhlantahkan Aceh, kehidupan gerilyawan Aceh Merdeka semakin sulit. Sebab hampir semua wilayah pertahanan sudah diduduki oleh tentara pemerintah. Hampir setiap gampong yang ada di Aceh sudah didirikan pos-pos pertahanan satuan non organik baik dari unsur TNI maupun polisi.

Tanggal 27 Desember 2004 GAM secara sepihak menyatakan gencatan senjata dengan alasan demi kemanusiaan. Sebab hampir semua elemen baik sipil maupun militer sedang memfokuskan perhatiannya pada tindakan emergensi untuk menolong korban bencana.

Menjelang Mou Helsinki
Ketika dialog antara GAM dan RI yang difasilitasi oleh Crisist Management Initiative (CMI) semakin menunjukkan hasil positif, pertempuran sengit pecah antara pemerintah dengan pasukan Cage di daerah Gampong Darul Aman Peusangan Selatan. Pertempuran itu terjadi mulai jam 05.00 WIB (Subuh) sampai menjelang magbrib. Saat maghrib tiba, pasukan TNI mundur setelah seharian bertempur.

Pasukan GAM sendiri saat itu sudah berserak-serak karena bertempur. Cage sendiri terpisah dengan pasukannya. Saat itu 19 butir peluru sukses menembus tubuh sang Panglima. Peluru-peluru itu menembus pantat, bahu, paha, tangan dan tempat-tempat lain. Melihat tubuhnya telah dipenuhi lubang bekas bersarangnya peluru, Cage dengan pengalaman bertempur gerilya yang matang, mengikat dan menutup lukanya dengan tumbuhan hutan menjalar. Darah yang sempat keluar dipaksakan berhenti dengan ditutupi lubang tubuh yang penuh luka itu.

Dengan tubuh penuh luka, kemudia Cage merangkak ke rumah warga yang berjarak 300 meter dari lokasi pertempuran. Saat sedang merangkak, seorang gadis melihat dan kemudian membawa pulang kerumahnya untuk diobati. Tiga hari bersama si gadis, TNI datng lagi dan melakukan penggerebekan nemun beruntung, Cage berhasil diselamatkan dengan didandani seperti perempuan dan dibonceng dengan sepeda. Saat itu pasukan pemerintah tidak mengenalinya lagi.

Setelah disembunyikan ditempat ditempat yang lebih ama, disitulah Cage diobati sampai sembuh. Pasukan GAM sendiri saat itu tidak mengetahui kabar tentang Sang Panglima. Tidak ada yang bisa memastikan apakah dia hidup atau mati. Apakah terkena tembakan atau tidak.

Setelah sembuh, Cage kembali ke pasukannya. Saat itu isu akan terjadinya perdamaian semakin gencar. cage sempat membangun komunikasi dengan Bakhtiar Abdullah yang saat itu masih berada di luar negeri. Disaat itu dia baru tau bahwa lobi-lobi perdamaian semakin intensif dilakukan kedua belah pihak. cage merasa bahagia mendengar berita itu. Tak menunggu lama dia langsung mengumpulkan kembali pasukan Gurkha untuk memberitahukan berita gembira itu sekaligus mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Kemudian tanggal 15 Agustus 2055 ditanda tanganilah pernajnjian damai di Helsinki Finlandia antara Pemerintah Indonesia dengan GAM.

"Saat itu wajah bang Saiful memancarkan rona kegembiraan. Padahal saya tau dia sangat menikmati peperangan ini, namun karena kecintaannya pada perdamaian lebih besar, maka dia gembira luar biasa" kata Mirik mengenang.

Beberapa hari setlah MoU helsinki, cage diangkat menjadi Panglima Wilayah Bate Ilik yang membawahi empat daerah, mulai D-I sampai D-IV. Dua bulan sesudah damai, Cage baru turun ke kota. Saat itu Muzakir Manaf selaku Mualem menghadiahkan satu unit speda motor ninja untuk Cage sebagai bentuk apresiasi terhadap konsistensinya dalam berperang dan bertahan dengan ideologinya.

Masalah Keuangan Kombatan
Lima bulan kemudian, Cage mendapatkan proyek yang diberikan oleh pasangan Bupati Bireun saat itu Mustafa Geuanggang-Amiruddin Idris. Proyek yang diberikan itu berupa pembangunan jalan Pulo Panyang Kecamatan Peusangan Selatan. kemudian olehnya, proyek itu dijual kepada kontraktor lain. Uang hasil penjualan proyek itu dibelinya mobil Estrada Double Cabin warna merah.

Perpecahan ditubuh GAM muali terjadi saat cairnya dana reintegrasi yang diluncurkan oleh Badan Reintegrasi Aceh (BRA) tahun 2006. Cage selaku Panglima membagikan uang tersebut kepada seluruh jajarannya. Namun dalam pembagian uang tersebut dia membedakan antara GAM yang bertahan dipusaran konflik dengan GAM yang melarikan diri keluar daerah. Untuk yang bertahan jatah diberikan lebih besar, sedangkan yang lari keluar daerah lebih sedikit. Sehingga GAM yang mendapatkan jatah sedikit marah dan memberontak pada barisan Cage.

Ekses dari kejadian itu, Amirudin Husen dicopot dari jabatannya sebagai Panglima Wilayah. Sebagai penggantinya diangkatlah Dedi bin Hamzah. Setahun setelah itu GAM pecah kembali, mereka sudah tidak lagi sepaham. Melihat situasi ini, kalangan cerdik pandai agama dan petinggi GAM meminta Cage kembali naik sebagai Panglima, namun Cage menolak tawaran itu.

Tak hilang akal, cerdik pandai agama dan Irwandi kemudian kembali membujuk Saiful untuk menerima tawaran itu, akhirnya Cage lulu juga. Namun Cage membuat persyaratan yaitu dia akan bersedia jadi Panglima kembali dengan dibantu oleh cerdik pandai agama sebagai penasehat. Setelah mendapat kata setuju, diapun kembali ke "tahta: yang sempat dicopot paksa. Diantara cerdik pandai agama yang bersedia menjadi penasehat Cage adalah Abu Kuta Krueng, Waled Mudawali dan Abu Tumin Blang Blahdeh.

Saat Cage kembali ke puncak wilayah, semua lapisan pasukan mendukungnya, setelah GAM bersatu kembali, merekapun semakin mantap mendirikan partai politik tersendiri sebagai wadah perjuangan mantan kombatan. Setelah berproses dari partai GAM, Partai Aceh Mandiri yang kesemuanya ditolak oleh Kemenkumham, akhirnya dengan nama Partai Aceh (PA) mereka bisa merajai dunia "persilatan" politik ditataran Aceh.

Selain sangat tegas dalam bertinda dan menahkodai wilayah Batwe Iliek, Cage tidak pernah melupakan janda dan anak yatim korban konflik. Setiap meugang, dia selalu membagikan daging gratis untuk anak yatim korbna konflik diseluruh wilayah Batee Iliek, bahkan ada yang disekolahkan olehnya sampai perguruan tinggi.

Menolak Mendukung ZIKIR sebagai Calon Gubernur periode 2012/2017

Cage menolak perintah komando saat pencalonan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (Zikir) sebagai Cagub dan Cawagub Aceh.
Dia dengan lantang menolak pencalonan itu karena dianggap tidak demokratis dan petinggi dikomando pusat telah berbuat sesuka hati dengan asal tunjuk. Cage beserta KPA di 13 wilayah secara bersama-sama menolak pencalonan duet "Zikir" yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai keterbukaan dan putusan bersama. Hanya empat wilayah yang mengakui dan mendukung putusan komando, dua diantaranya adalah Sigli dan Pase.

Setelah berdiskusi dengan beberapa kalangan, akhirnya Cage memutuskan untuk mendukung Irwandi Yusuf sebagai calon gubernur. Jabatan Panglima Wilyah Batee Iliek dikembalikan ke komando beserta dengan stempel.

Pasca mendukung Irwandi, hubungan Cage dengan pihak komando semakin memanas.

Akhirnya pada jumat (22/7) sekitar pukul 23.00 WIB, Cage menghembuskan nafas terakhirnya stelah timah panas dari senjata api jenis AK menembus bahu dan kepalanya. Dia menghembuskan nafas terakhir didepan warung kopi miliknya yang diberi nama sama seperti Kamp-nya dulu yaitu Gurkha.

Amiruddin Husein alias Saiful Cage merupakan salah seorang pelaku sekaligus saksi sejarah pergolakan Aceh melawan dominasi Jakarta.

Banyak kisah yang telah ditorehkan oleh lelaki 42 tahun yang lalu di Gampong Pulo Panyang dusun Cot Kala Peusangan Selatan.

SUMBER: Yusnaidi alias Mirik orang kepercayaan almarhum sampai ajal menjemput.


AMP- Akibat ulahnya membuat keributan saat berlansungnya shalat Jum’at serta melarang calon gubernur Tarmizi A. Karim membacakan khutbah Jum’at di Masjid Agung Panton Labu Kab. Aceh Utara, Jurubicara Partai Aceh (PA) M.Jhoni bersama Otman alias Ayah Ot yakni keuangan Sagoe Raja Sabi diamankan oleh personil polisi Polsek Panton Labu,Jum’at (20//2017).

Informasi yang diterima media ini menyebutkan jurubicara Partai Aceh (PA) wilayah pasee Jhony sebelumnya melaksanakan shalat Jum’at di Masjid Agung Panton Labu Kec. Tanah Jambo Aye,Kab. Aceh Utara secara kebetulan ditempat yang sama juga calon gubernur Aceh Tarmizi A. Karim bersama tim suksesnya melaksanakan shalat Jum’at.

Disebabkan khatib berhalangan hadir,maka oleh salahsatu Jama’ah meminta kesediaam Tarmizi A. Karim menggantikan membacakan khutbah Jum’at.

Sebelum sempat beranjak dari tempat duduknya,calon gubernur aceh tersebut lansung mendapat protes yang ternyata berasal dari Jubir PA yang berada diantara jama’ah.

Suasana dalam masjid menjadi ricuh,M. Jhony tanpa koordinasi dengan panitia Masjid lansung meminta kepada salahseorang Tgk. M.Jafar Daud yang hadir disana untuk naik ke mimbar dan membacakan khutbah jum’at.

Sang Tgk. M. Jafar Daud tersebut maju ke mimbar,baru selesai mengucapkan salam panitia masjid beserta personil polsek polsek yang kebetulan berada diantara Jama’ah lansung maju meminta agar sang Tgk. M.Jafar Daud turun dari mimbar.

Dari pengakuan Tgk. M. Jafar Daud tersebut dirinya diminta oleh M. Jhony dan Keuangan Sagoe untuk maju membacakan khutbah jum’at.

Personil polsek yang berada dimasjid lansung mengamankan M. Jhony,Ayah Ot dan Tgk. M.Jafar Daud ke Mapolsek Panton Labu karena telah membuat keributan di saat shalat jum’at, tak berselang lama kemudian pihak polsek panton labu melimpahkan keduanya ke Polres Aceh Utara.

Kapolres Aceh Utara Ahmad Untung Surianata membenarkan penangkapan ketiganya,menurut kapolres aceh utara ketiganya diamankan disebabkan telah mengganggu jalannya ibadah shalat jum’at di masjid agung panton labu dengan membuat keributan.

“  Anggota kita mengamankan ketiganya dan sedang dimintai keterangan saja karena telah membuat keributan saat shalat jum’at berlansung di masjid agung panton labu tadi siang tadi, saat ini sedang dilakukan pemeriksaan oleh anggota kita”,ungkap untung sapaan akrabnya.(Redaksi)


Dahsyat, Ini yang Bakal Terjadi Ketika Rakyat Aceh tak Rela Islam Dinista dan Ulama Dipidana

Opini Bangsa - Tengku Muslim At Thahiri, Ketua Front Pembela Islam (FPI) Aceh dengan tegas menyampaikan bahwa Ratusan ribu rakyat Aceh siap membela Ketua Pembina GNPF-MUI, Habib Rizieq Syihab.

Jika Habib Rizieq sampai masuk penjara, kata dia rakyat Aceh telah menyerahkan nyawanya demi Allah dalam membela Ulama.

�Kita sudah sampaikan bahwa ratusan ribu masyarakat Aceh sudah siap membela Habib Rizieq dengan segala resiko. Langkahi dulu mayat kami, baru kalian pikirkan menyerang Habib Rizieq,� katanya lewat telepon pada Panjimas.com, Selasa (17/1/2017).

Kebijakan pemerintah pada awal tahun 2017 yang menaikkan pajak, BBM, tarif listrik dan sebagainya, menurut ustadz Tengku Muslim, tidak pernah digubris rakyat Aceh. Namun jika agama Islam, Ulama, Al Quran yang dilecehkan, rakyat Aceh siap ambil resiko.

�Masyarakat Aceh nggak pernah marah dengan berbagai kebijakan pemerintah pusat, misalkan BBM dinaikkan, pajak dinaikkan, jarang di Aceh demo besar-besaran. Tapi kalau agama dihina, ulama dinista, Islam dilecehkan maka kita telah siap mengambil resiko,� tandasnya.

Ustadz Tengku Muslim mengingatkan bahwa rakyat Aceh orang yang suka perang, sementara sudah 10 tahun lebih tidak perang. Hal ini, kata Tengku Muslim, jika dipicu penistaan agama dan ulama dikriminalisasi, semangat �Perang Sabil� rakyat Aceh bangkit kembali.

�Kita orang suka perang, kita sudah 10 tahun lebih tidak perang, jadi kita 10 tahun lebih nggak ada kerjaan kan. Jadi jangan kasih kerjaan kami,� ujarnya.

�Dan orang Aceh semakin semangat ini,� imbuhnya. [opinibangsa.com / pmc]
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget