Halloween Costume ideas 2015
May 2019

Masjid Nurul Hidayah, saksi bisu sejarah perang Belanda dan Tsunami yang terabaikan. Foto: AJNN.Net/Darmansyah Muda
AMP - Sebuah bangunan semi permanen berukuran 12 meter persegi berbentuk masjid, dengan kondisi usang dan tak terawat dengan kondisi cat putih mulai mengelupas. Masjid itu berdiri dilahan seluas hampir satu hektare.

Banguna tersebut berdiri tepat di belakang masjid megah Desa Gunong Kleng, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, tepatnya jalan lintas Meulaboh- Medan. Jika dari arah Meulaboh, bangunan tua itu berada tepat disisi kanan tau di depan Simpang Alue Peunyareng menuju kampus Universitas Teuku Umar (UTU).

Bangunan tua dengan kondisi tak terawat dengan cat warna putih mulai mengeluas itu itu berdiri menjorok ke arah barat atau tepatnya menghadap kiblat. Di atas atap masjid terdapat lima kubah, dan satu kubah menara.

Pada empat kubah bangunan didesain berbentuk limas segi empat yang mengandung makna secara syariah yakni Islam, Iman, Tauhit dan Ma’rifat. Tepat pada satu kubah limas yang segaris dengan pintu masuk bangunan tua itu di atasnya ada satu kubah bawang. Sedangkan pada kubah menara berbentuk kubah cawan.

Masyarakat sekitar menyebut istilah untuk lima kubah itu tampong limong yang bermakna hukum islam yakni Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Saat memasuki bangun tersebut hanya terdapat satu tiang bulat yang sangat kokoh. Tiang itu terbuat dari pohon merbau dan menjadi penyangga utama masjid selama 90 tahun lebih

Tepat diarah jalan lintas terdapat dua plank yang bertulis situs Cagar Budaya. Satu plank menerangkan tentang undang-undang perlindungan cagar budaya, satu plank lainnya tempat berada situs cagar budaya tersebut.

Norman (72), yang merupakan imum mukim desa setempat menyebutkan jika bangun tersebut merupakan masjid pertama di jalan lintas Medan Banda Aceh, yang dibangun sekitar tahun 1923 Masehi saat Belanda menjajah Aceh. Masjid Nurul Hidayah nama masjid itu

“Masjid ini digagas oleh seorang teungku gampong Gunong Kleng bernama Teungku Arsyad. Masjid ini sengaja didirikan disini, agar warga yang berpulang pergi dari Aceh Selatan hingga Singkil bisa singgah dan salat disini,” sebut Norman.

Menurur Norman, saat itu sering ada pejuang Aceh yang bergeriliya melewati daerah tersebut singgah dan menunaikan salat di masjid tua itu.

Masjid yang masih berdiri kokoh meski pernah dihantam tsunami bahkan pernah dikira oleh serdadu Belanda merupakan istana kecil, dan jarang saat serdadu Belanda melintas singgah dan bermalam di masjid tersebut. Tak hanya serdadu Belanda, serdadu Jepang juga pernah memanfaatkan masjid tersebut sebagai tempat persinggahan.

Menurut penuturan Norman, masjid tua yang masih kokoh meski tak terawat itu untuk dinding berukuran 60 centi meter dibeton dengan mencapur tanah dan putih telur.

Saat tsunami, 26 Desember 2004 lalu, tidak ada bagian masjid itu yang rusak, selain hanya tongkat khutbah dan bedug yang dibawa tsunami, sementara bangunan kokoh. Meski bukan saksi pertama berdirinya masjid itu, Norman mengaku pernah menjadi muazin di masjid itu selama 20 tahun.

“Menjadi muazin di Masjid itu dulu sangat unik, ketika mengumandangkan azan harus naik ke menara masjid, karena saat itu tidak ada micropon dan toa,” ungkapnya.

Di atas menara itu, ada corong terbuat dari seng yang digunakan untuk mengumandangkan azan. Meski hanya menggunakan corong namun warga berbondong-bondong ke masjid. Sejak berdirinya masjid megah dipekarangan masjid tersebut, kata dia, kini masjid tua ini tidak lagi digunakan warga secara rutin, paling hanya digunakan kaum perempuan sebagai tempat wirit yasin.

Dari pantauan AJNN, tidak ada petunjuk sejarah di masjid yang menjadi saksi bisu masa penjajahan Belanda dan Jepang, selain plank bertulis cagar budaya. Bahkan masjid tua ini tidak pernah dikunjungi wisatawan. [
AJNN]

Asap disertai pijaran api membubung dari salah satu gedung di Gaza ketika jet tempur Israel menyerang sebagai bentuk balasan setelah roket menghantam Tel Aviv pada Senin (25/3/2019).
AMP - Gaza saat ini berada di ambang "bencana kemanusiaan" dengan satu juta warga Palestina terancam kelaparan, demikian peringatan PBB.

Adapun pejabat PBB mengungkapkan, anggaran Badan Pengungsi Palestina (UNRWA) bakal habis "dalam waktu sebulan" dan berada dalam situasi darurat untuk mendapat dana tambahan.

Dilaporkan The Independent Kamis (9/5/2019), sekitar 2.000 orang di Gaza yang ditembak oleh pasukan Israel juga terancam kehilangan anggota badannya akibat krisis dana di UNRWA.

Setiap tahun, UNRWA butuh setidaknya 1,2 miliar dollar AS, sekitar Rp 17,2 triliun, untuk mempertahankan sekolah, fasilitas medis, maupun program pangan.

Selain itu, dana itu juga diperuntukkan sebagai dukungan finansial bagi 5 juta pengungsi Palestina di Gaza, Tepi Barat, Suriah, Lebanon, serta Yordania.

Musim panas lalu, UNRWA harus memohon tambahan dana di negara Eropa dan kawasan Teluk setelah AS, donatur terbesar mereka, memutuskan memangkas dana.

Akibatnya, UNRWA menderita defisit sampai 440 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,3 triliun.

Tanda adanya dana segar, hantaman paling parah bakal berada di Gaza, kantong sepanjang 40 km yang menjadi rumah bagi 12 juta orang dan obyek Israel dan Mesir selama 12 tahun.

PBB menyatakan setidaknya dibutuhkan 20 juta dollar AS, sekitar Rp 287,3 miliar, untuk mencegah krisis layanan kesehatan yang sedang terjadi di sana.

Direktur Kantor UNRWA di Washington Elizabeth Campbell berkata, skenario terburuk adalah mereka tidak akan bisa memberi makan setengah dari populasi di Gaza.

"Kami harus menutup sekolah, orang-orang tidak akan bisa mendapatkan layanan kesehatan dari kami. Selain itu kami juga harus merampingkan pegawai," ujarnya.

Setelah Otoritas Palestina (PA), UNRWA merupakan pemberi kerja terbesar di Gaza.

Campbell memperingatkan dampak ketidakstabilan Gaza juga bakal mengancam Israel.

"Kalian (Israel) akan mendapatkan bencana besar kemanusiaan yang bisa menyebar dengan cepat di seluruh wilayah. Kami sangat khawatir dengan imbas keamanannya," ujarnya.

Pernyataan Campbell juga didukung Koordinator Kemanusiaan PBB di Palestina Jamie McGoldrick yang menuturkan warga Palestina yang terkena tembakan Israel juga terancam.

Ada sekitar 29.000 warga Palestina yang menderita luka tembak ketika bentrok dengan pasukan Israel dalam aksi protes di perbatasan sepanjang tahun.

Kebanyakan dari mereka menderita luka di bagian bawah tubuh.

"Mereka sangat membutuhkan rekonstruksi tulang sebelum rehabilitas sendiri," terang McGoldrick.

Tanpa adanya dana untuk melaksanakan prosedur operasi, McGoldrick memperingatkan warga Palestina yang menderita luka tembak bakal diamputasi.

Sementara itu, Program Pangan Dunia PBB memutuskan memotong bantuan bagi 193.000 orang di Gaza dan Tepi Barat pada 2019 ini karena kendala yang sama seperti UNRWA.

Sumber: bangkapos.com

Gaza - Seorang warga Palestina tewas ditembak Israel dalam bentrokan baru di perbatasan timur Rafah, jalur Gaza selatan. Korban bernama Abdullah Abd al-Aal (24) itu ditembak di bagian perut.

Hal itu disampaikan oleh juru bicara kementerian kesehatan Palestina sebagaimana dilansir dari AFP, Sabtu (11/5/2019). Korban ditembak dalam protes pertama sejak serangan mematikan pada pekan lalu.

Diketahui, 13 demonstran lainnya ditembak selama demonstrasi di berbagai tempat sepanjang perbatasan yang pecah.

Sementara itu, seorang juru bicara militer Israel mengatakan sekitar 6 ribu orang ikut dalam demonstrasi itu. Para pengunjuk rasa menyerukan agar Israel mengakhiri blokade Gaza selama lebih dari satu dekade.

Demonstrasi minggu ini dipandang sebagai ujian utama untuk gencatan senjata yang disepakati antara para penguasa Islamis Hamas dan Israel.

Selama dua hari, 25 warga Palestina terbunuh termasuk setidaknya sembilan militan, bersama dengan empat warga sipil Israel. Perjanjian gencatan senjata diumumkan oleh faksi Palestina Senin pagi. [Detik.com]
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget