Asap disertai pijaran api membubung dari salah satu gedung di Gaza ketika jet tempur Israel menyerang sebagai bentuk balasan setelah roket menghantam Tel Aviv pada Senin (25/3/2019). |
AMP - Gaza saat ini berada di ambang "bencana kemanusiaan" dengan satu juta warga Palestina terancam kelaparan, demikian peringatan PBB.
Adapun pejabat PBB mengungkapkan, anggaran Badan Pengungsi Palestina (UNRWA) bakal habis "dalam waktu sebulan" dan berada dalam situasi darurat untuk mendapat dana tambahan.
Dilaporkan The Independent Kamis (9/5/2019), sekitar 2.000 orang di Gaza yang ditembak oleh pasukan Israel juga terancam kehilangan anggota badannya akibat krisis dana di UNRWA.
Setiap tahun, UNRWA butuh setidaknya 1,2 miliar dollar AS, sekitar Rp 17,2 triliun, untuk mempertahankan sekolah, fasilitas medis, maupun program pangan.
Selain itu, dana itu juga diperuntukkan sebagai dukungan finansial bagi 5 juta pengungsi Palestina di Gaza, Tepi Barat, Suriah, Lebanon, serta Yordania.
Musim panas lalu, UNRWA harus memohon tambahan dana di negara Eropa dan kawasan Teluk setelah AS, donatur terbesar mereka, memutuskan memangkas dana.
Akibatnya, UNRWA menderita defisit sampai 440 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,3 triliun.
Tanda adanya dana segar, hantaman paling parah bakal berada di Gaza, kantong sepanjang 40 km yang menjadi rumah bagi 12 juta orang dan obyek Israel dan Mesir selama 12 tahun.
PBB menyatakan setidaknya dibutuhkan 20 juta dollar AS, sekitar Rp 287,3 miliar, untuk mencegah krisis layanan kesehatan yang sedang terjadi di sana.
Direktur Kantor UNRWA di Washington Elizabeth Campbell berkata, skenario terburuk adalah mereka tidak akan bisa memberi makan setengah dari populasi di Gaza.
"Kami harus menutup sekolah, orang-orang tidak akan bisa mendapatkan layanan kesehatan dari kami. Selain itu kami juga harus merampingkan pegawai," ujarnya.
Setelah Otoritas Palestina (PA), UNRWA merupakan pemberi kerja terbesar di Gaza.
Campbell memperingatkan dampak ketidakstabilan Gaza juga bakal mengancam Israel.
"Kalian (Israel) akan mendapatkan bencana besar kemanusiaan yang bisa menyebar dengan cepat di seluruh wilayah. Kami sangat khawatir dengan imbas keamanannya," ujarnya.
Pernyataan Campbell juga didukung Koordinator Kemanusiaan PBB di Palestina Jamie McGoldrick yang menuturkan warga Palestina yang terkena tembakan Israel juga terancam.
Ada sekitar 29.000 warga Palestina yang menderita luka tembak ketika bentrok dengan pasukan Israel dalam aksi protes di perbatasan sepanjang tahun.
Kebanyakan dari mereka menderita luka di bagian bawah tubuh.
"Mereka sangat membutuhkan rekonstruksi tulang sebelum rehabilitas sendiri," terang McGoldrick.
Tanpa adanya dana untuk melaksanakan prosedur operasi, McGoldrick memperingatkan warga Palestina yang menderita luka tembak bakal diamputasi.
Sementara itu, Program Pangan Dunia PBB memutuskan memotong bantuan bagi 193.000 orang di Gaza dan Tepi Barat pada 2019 ini karena kendala yang sama seperti UNRWA.
Sumber: bangkapos.com
Adapun pejabat PBB mengungkapkan, anggaran Badan Pengungsi Palestina (UNRWA) bakal habis "dalam waktu sebulan" dan berada dalam situasi darurat untuk mendapat dana tambahan.
Dilaporkan The Independent Kamis (9/5/2019), sekitar 2.000 orang di Gaza yang ditembak oleh pasukan Israel juga terancam kehilangan anggota badannya akibat krisis dana di UNRWA.
Setiap tahun, UNRWA butuh setidaknya 1,2 miliar dollar AS, sekitar Rp 17,2 triliun, untuk mempertahankan sekolah, fasilitas medis, maupun program pangan.
Selain itu, dana itu juga diperuntukkan sebagai dukungan finansial bagi 5 juta pengungsi Palestina di Gaza, Tepi Barat, Suriah, Lebanon, serta Yordania.
Musim panas lalu, UNRWA harus memohon tambahan dana di negara Eropa dan kawasan Teluk setelah AS, donatur terbesar mereka, memutuskan memangkas dana.
Akibatnya, UNRWA menderita defisit sampai 440 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,3 triliun.
Tanda adanya dana segar, hantaman paling parah bakal berada di Gaza, kantong sepanjang 40 km yang menjadi rumah bagi 12 juta orang dan obyek Israel dan Mesir selama 12 tahun.
PBB menyatakan setidaknya dibutuhkan 20 juta dollar AS, sekitar Rp 287,3 miliar, untuk mencegah krisis layanan kesehatan yang sedang terjadi di sana.
Direktur Kantor UNRWA di Washington Elizabeth Campbell berkata, skenario terburuk adalah mereka tidak akan bisa memberi makan setengah dari populasi di Gaza.
"Kami harus menutup sekolah, orang-orang tidak akan bisa mendapatkan layanan kesehatan dari kami. Selain itu kami juga harus merampingkan pegawai," ujarnya.
Setelah Otoritas Palestina (PA), UNRWA merupakan pemberi kerja terbesar di Gaza.
Campbell memperingatkan dampak ketidakstabilan Gaza juga bakal mengancam Israel.
"Kalian (Israel) akan mendapatkan bencana besar kemanusiaan yang bisa menyebar dengan cepat di seluruh wilayah. Kami sangat khawatir dengan imbas keamanannya," ujarnya.
Pernyataan Campbell juga didukung Koordinator Kemanusiaan PBB di Palestina Jamie McGoldrick yang menuturkan warga Palestina yang terkena tembakan Israel juga terancam.
Ada sekitar 29.000 warga Palestina yang menderita luka tembak ketika bentrok dengan pasukan Israel dalam aksi protes di perbatasan sepanjang tahun.
Kebanyakan dari mereka menderita luka di bagian bawah tubuh.
"Mereka sangat membutuhkan rekonstruksi tulang sebelum rehabilitas sendiri," terang McGoldrick.
Tanpa adanya dana untuk melaksanakan prosedur operasi, McGoldrick memperingatkan warga Palestina yang menderita luka tembak bakal diamputasi.
Sementara itu, Program Pangan Dunia PBB memutuskan memotong bantuan bagi 193.000 orang di Gaza dan Tepi Barat pada 2019 ini karena kendala yang sama seperti UNRWA.
Sumber: bangkapos.com
loading...
Post a Comment