Halloween Costume ideas 2015
January 2018

Oleh Zulkipli R. Angkop

MISI ekonomi pemerintahan baru, Irwandi-Nova tampaknya sedang mengalami krisis kepercayaan publik. Aceh Troe adalah pernyataan misi ekonomi yang berisikan kebijakan umum dalam pembangunan ekonomi Aceh lima tahunan mendatang. Misi itu sedang dihadapkan pada sebuah kenyataan, di mana Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) 2018 untuk merealisasikannya, belum disahkan atau belum mendapat persetujuan bersama dengan DPRA selaku wakil rakyat.

Apa pun alasanya, saya cenderung melihat kenyataan ini sebagai kegagalan dan kelemahan Gubernur Aceh dalam membangun komunikasi politik dengan wakil rakyat. Irwandi Yusuf boleh berbangga dengan keberhasilan masa lalu di bidang kesehatan, namun kemampuannya dalam melihat efek buruk yang ditimbulkan dalam perekonomian akibat keterlambatan pengesahan APBA masih tergolong amatiran.

Prestasi yang luar biasa bagi Aceh jika eksekutif dan legislatif mampu mendisiplinkan atau menetapkan APBA tepat waktu, karena tahun-tahun sebelumnya RAPBA selalu terlambat disahkan. Terkadang bosan juga kita membaca misi-misi canggih dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA), jika masalah kerterlambatan pengesahan APBA terus berulang tiap tahun dan bahkan melewati batas periode gubernur alias “penyakit” pemerintahan periode lalu masih tertular pada pemerintahan saat ini.

–– ADVERTISEMENT ––

‘Kue rakyat’
Mari kita bicara dengan bahasa awam tentang APBA, karena APBA itu sendiri milik mayoritas masyarakat awam. Dalam bahasa sederhana, APBA itu adalah apam (“kue rakyat”), atau boleh dikatakan “isi dompet” (uang rakyat) yang mestinya segera dibelanjakan untuk menutupi segala jenis kebutuhan rakyat.

Jika uang tersebut tidak dapat dibelanjakan, sama saja dengan kita tidak memiliki uang. Kaitan dengan perekonomian secara umum sangat sederhana pula, kita dapat menjelaskan efek terlambatnya kucuran anggaran pemerintah terhadap perekonomian daerah, karena anggaran pemerintah merupakan satu variabel yang membentuk PDRB daerah. PDRB itu sendiri sering dikaitkan atau merupakan satu indikator kesejahteraan masyarakat yang berdomisili dalam suatu daerah.

Nah, itulah sebenarnya cacatan penting yang perlu kita pahami bersama sebagai masyarakat Aceh tentang RAPBA tahun ini yang sedang hangat diperdebatkan. Tarik ulur kepentingan para oknum-oknum pejabat terus berlanjut tanpa sedikitpun merasa bersalah kepada rakyatnya. Gubernur bersuara di medsos bahwa itu adalah misi penyelamatan uang rakyat, sedang para wakil rakyat membela hak-hak aspiratifnya yang sedang dicoba pangkas. Namun ketahuilah bahwa masyarakat kita tidak dalam posisi mewah menonton ini semua. Tontonan itu tentu tidak pada tempatnya di saat potret-potret kemiskinan, gizi buruk, pengangguran dan sebagainya sedang menjadi pemandangan umum dihampir seluruh pelosok Aceh.

Semestinya Gubernur Aceh harus fokus dalam mengawal proses perencanaan anggaran, apalagi pengalaman tahun-tahun sebelumnya APBA selalu terlambat pengesahanya. Gubernur mestinya memilki skenario yang tepat untuk percepatan pengesahan anggaran, apalagi alih-alih ke luar negeri untuk suatu urusan yang belum tentu manfaatnya untuk masyarakat Aceh tentu bukan sikap yang bijak dari seorang gubernur.

Kita dapat prediksikan jika pengesahan APBA dilakukan pada bulan februari mendatang, dapat dipastikan bahwa perekonomian Aceh pada triwulan pertama tanpa sumbangan apapun dari anggaran pemerintah. kondisi Aceh saat ini persis seperti seorang kaya raya dengan segepok uang dikantong berjalan di tengah-tengah kerumunan si miskin papa yang sedang kelaparan, wajar saja jika banyak orang mengatakan Aceh kaya, tapi rakyatnya miskin. Lalu masihkan Aceh Troe itu relevan menghadapi kenyataan ini? Saya yakin misi itu kini tinggal tulisannya saja dalam RPJMA.

Terkadang benar saja pernyataan-pernyataan humor di warung kopi, APBA harusnya menjadi/seperti “apam” yang mengenyangkan masyarakat Aceh (Aceh Troe). Apam merupakan makanan trdisional di Aceh, biasanya disajikan pada acara-acara adat dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Aceh. Proses membuat Apam sangat sederhana dengan komposisi bahan baku yang minimalis, hanya butuh tepung beras, kelapa, garam dan sedikit gula. APBA itu sebenarnya tidak rumit, hanya pikiran-pikiran primitif kita yang membuatnya menjadi rumit. Wajar saja jika daerah-daerah yang terlambat dalam pembahasan APBD akan dikategorikan sebagai daerah “terbelakang” yang perlu pantauan khusus oleh Kemendagri.

Semestinya siap saji
Semestinya “apam rakyat” itu sudah matang dan siap saji sejak awal januari lalu, tidak perlu menunggu lama karena rakyat pun telah membayar gaji yang besar bagi para pemimpin dan wakil-wakilnya sebagai petugas membuat apam dan sekaligus pelayan (pramusaji) bagi mereka. Bukanlah mereka-mereka itu digaji untuk “bertengkar” dalam membuat apam, karena apam itu sendiri sangat mudah meraciknya.

Jika mereka lupa cara membuat apam, sampai harus memiliki tafsir masing-masing, maka sangat dianjurkan studi lagi ke seluruh pedalaman dan pelosok-pelosok Aceh. Di sana tentu akan ditemui wajah-wajah masyarakat kita yang menggugah perasaan iba. Saya yakin sekembalinya ke Kutaraja, palu pimpinan sidang akan terdengar nyaring bunyinya.

Kelihatannya kita belum mampu meninggalkan budaya last minute, berlama-lama di awal tahun anggaran lalu berkejaran dengan waktu di ujung tahun. Akan kurang bermakna kunjungan-kunjungan kerja akhir tahun dalam mengawasi proyek, jika di awal tahun kita melakukan kesalahan dalam dengan mengabaikan disiplin anggaran. Di pengujung tahun ini sebenarnya kita tidak ingin lagi menonton Pak Gubernur keliling Aceh dengan pesawat pribadinya untuk mengawasi proyek-proyek APBA yang deadline kontraknya terkadang hanya sisa dalam hitungan jam.

Sebagai catatan akhir, marilah kita berfikir jernih dalam mengurus kepentingan rakyat banyak. APBA itu masalah penting bagi rakyat Aceh saat ini, tidak layak dan sangat tidak etis jika para elite terus menjadikanya sebagai panggung mencari popularitas. Seolah-olah berperan sebagai penyelamat uang rakyat, dan menganggap pihak lain tidak mengerti persoalan, saya pikir itu hanyalah sikap apologi murahan. Demikian pula halnya yang punya hak aspiratif pun harus melihat baik-baik, sebenarnya aspirasi siapa sih yang sedang diperjuangkan?

* Zulkipli R. Angkop, alumnus Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Syiah Luala (Unsyiah) Banda Aceh, tinggal di Nagan Raya. Email: syiah_mugo@yahoo.co.id.

Dikutip dari serambinews.com

Kapolsek Mereudu, AKP Aditya memperlihatkan barang bukti berupa beras bantuan bencana BPBD Pijay yang diduga akan dijual ke Samalanga.
AMP - Polisi Sektor (Polsek) Meureudu, Pidie Jaya mengamankan 4.5 ton beras bantuan bencana yang diduga akan dijual oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie Jaya.

"Truck bermuatan beras ini kami tangkap Jumat 19 Januari 2018 sekira pukul 22:00 WIB. Beras bantuan bencana pada BPBD ini rencananya mau dibawa ke salah satu kilang padi di Samalanga, Kabupaten Bireun," kata Kapolres Pidie, AKBP Andy Nugraha Setiawan Siregar SIK melalui Kapolsek Mereudu, AKP Aditya Kusuma kepada AJNN, Senin (22/1).

Sebelumnya, kata AKP Aditya, tim Opsnal Reskrim Polsek Mereudu telah mengintai gudang logistik BPBD Pidie Jaya setelah mendapat laporan dari warga terkait ada pengendapan beras bantuan bencana di gudang itu.

Tidak berapa lama dari pengintaian, truck dengan nopol BL 8945 Z mengangkut beras dari gudang tersebut hendak dibawa ke Samalanga. Akhirnya truck bermuatan beras bantuan bencana tersebut terpaksa diberhentikan di Gampong Brandeh Alue, Kecamatan Bandar Dua, kabupaten setempat, sebelum memasuki Kabupaten Bireun.

"Tidak jauh dari perbatasan Pidie Jaya dengan Kabupaten Bireun truck itu kami berhentikan, karena Kabupaten Bireun bukan merupakan area distribusi bantuan bencana alam oleh BPBD Pidie Jaya. Kemudian sopir inisial M (30) warga Gampong Pante Reng, Kecamatan Samalanga, Bireun, tidak dapat menunjukkan dokumen atau surat-surat atas aktifitas dimaksud. Akhirnya truck bermuatan beras bantuan bencana beserta sopir kami amankan ke Mapolsek Mereudu," jelasnya.

Saat ini, lanjut Aditya, belum ada penetapan tersangka terkait kasus tersebut. Namun berdasarkan dari keterangan saksi, beras tersebut indikasi akan dijual ke salah satu kilang padi di Samalanga.

Namun kuat dugaan, staf ataupun pegawai di BPBD Pidie Jaya juga ikut terlibat dalam hal ini. Sebab menurutnya, tidak mungkin staf BPBD tidak mengetahui barang yang dikeluarkan dari gudang logistik badan bencana tersebut.

"Setelah pemerikasaan saksi-saksi, indikasinya beras itu mau dijual. Dan dalam hal ini, tidak mungkin pegawai atau staf BPBD tidak terlibat. Tapi saat ini dilakukan penyelidikan lebih lanjut akan adanya dugaan penyalahgunaan pengelolaan sumber daya bantuan bencana sebagaimana dimaksud pasal 78 Jo pasal 65 UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana," imbuh AKP Aditya.(AJNN)

AMP - Tanggal 22 Januari 2002 menjadi hari duka bagi seluruh masyarakat Aceh. Pada hari itu atau 16 tahun yang lalu, Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Teungku Abdullah Syfei'i atau Teungku Lah, gugur di medan perang.

Ketua Fraksi Partai Aceh di DPRA, Iskandar Usman Al-Farlaky, mengaku sangat kehilangan tokoh yang paling diseganinya. Menurut Iskandar, Teungku Lah merupakan sosok panglima yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan Aceh.

"Pada haul ini kita yang masih hidup, mari kita sedekahkan doa kepada almarhum Teungku Lah, dua pengawal serta istri beliau, agar mendapat tempat yang layak di sisi-Nya," katanya kepada Serambinews.com, Senin (22/1/2018).

Teungku Abdullah Syafi’i, lebih dikenal dengan nama Teungku Lah, lahir di Bireuen, Aceh, 12 Oktober 1947. Sosok ini sangat dikagumi prajurit GAM serta disegani oleh TNI saat konflik mendera Aceh.

Iskandar mengatakan bahwa pihaknya akan terus menjaga harapan dan cita-cita perjuangan Teungku Lah untuk Aceh yang lebih baik. Supaya, slogan Aceh maju bukan hanya sebatas romantisme masa lalu saja, tetapi harus diwujudkan.

Figur dan jiwa perjuangan yang terpatri dari Teungku Lah, kata Iskandar, harus menjadi spirit bagi semua pihak dalam mengisi pembangunan Aceh dan menjaga setiap jengkal kekhususan Aceh dalam konteks damai ini.

"Jasa-jasa Teungku Lah tak terbalas dengan cara apapun. Mari kita hargai apa yang telah beliau ajarkan dengan berdoa agar apa yang dicita-cita Teungku Lah tercapai di kemudian hari. Tentu untuk meraih ini, diperlukan kekompakan Aceh," kata mantan aktivis ini.

Untuk diketahui, Teungku Lah gugur di medan tempur bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawal setianya dalam pertempuran dengan pasukan TNI di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari 2002.

Senin, (22/1/2018) hari ini genap 16 tahun kepergian sang Panglima menghadap Ilahi.| Serambinews

Brigjen Pol Supriyanto MM
AMP- Akhirnya dengan berkat do’a  serta keinginan masyarakat Aceh, Brigjen Pol Drs. Supriyanto Tarah MM yang akrab di sapa Yanto Tarah kembali bertugas di Tanah Rencong sebagai Wakil Kepala Polisi Daerah (Wakapolda) Aceh. 

Kembalinya yanto tarah  bertugas di aceh sesuai dengan surat telegram Kapolri Nomor: ST/16/I/2018 tanggal 5-1-2018 yang beredar di kalangan wartawan dan jajaran kepolisian .

Yanto tarah merupakan salahsatu perwira tinggi polri yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang Penanganan Kejahatan Kekayaan Negara di Kementerian Koordinator Politik,Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam),terhitung sejak tanggal 5 Januari 2018 ditunjuk menggantikan Brigjen Pol Bambang Soetjahyo.

Dalam catatan redaksi, Yanto tarah kelahiran 4 November 1962 di Bojonegoro, Jawa Timur, bagi masyarakat aceh yanto tarah adalah sosok pimpinan polisi yang sangat dekat dengan segala komponen masyarakat.

Pada saat aceh masih dilanda konflik bersenjata yanto tarah pernah menjabat sebagai Kapolres Bireuen,bagi masyarakat bireuen dan aceh utara khususnya memiliki penilaian tersendiri terhadap sosok yanto tarah yang regelius dan ramah senyum.

T. Sayed Azhar salahsatu warga aceh utara yang juga pimpinan redaksi media online statusaceh.net sangat bersyukur kepada Allah atas kembalinya yanto tarah bertugas di aceh, bagi sayed hal ini sudah lama di inginkan dirinya dan masyarakat aceh,disamping yanto tarah merupakan salahsatu perwira polisi saat konflik yang berani dan siap mengorbankan nyawa serta anak istri demi menjalankan tugas sebagai abdi negara.


T. Sayed Azhar
“ Alhamdulillah jika beliau telah jadi wakapolda aceh,ini sudah lama saya dan masyarakat inginkan,kalau tidak salah sejak tahun 2016 aaya ingin beliau kembali ke aceh, beliau layak jadi orang nomor satu atau dua di Polda Aceh karena saat konflik beliau berani ambil resiko bawa anak dan istri bertugas ke aceh karena beliau menganggap itu semua adalah tuntutan sebagai abdi negara “,ungkap sayed yang bersyukur atas kembalinya yanto tarah ke aceh.

Brigjen Drs Supriyanto MM yang dihubungi melalui sambungan telepon selulernya,Minggu (7/1/2018), mengatakan jika dirinya belum mengetahui jika dirinya telah ditunjuk sebagai wakapolda aceh,namun pria yang ramah senyum ini mengatakan akan selalu siap menjalankan tugas dimana dan kapan saja  apalagi ke aceh dirinya mengatakan seperti kembali ke kampung halaman.

“ Oh saya belum tahu, semoga saja benar itu informasinya karena jika benar saya pulang kampung, sudah lama sekali saya tinggalkan aceh,apalagi disana masih ada guru agama saya abu tumin,saya rindu sekali sama beliau,namun pada dasarnya saya siap ditugaskan dimana saja apalagi di Aceh “,ujar yanto tarah di seberang telepon dengan nada datar.

Sementara itu pihak Polda Aceh belum dapat dihubungi serta belum dapat memberikan keterangan terkait adanya mutasi ataupun pergantian salahsatu pimpinan polda aceh. (Redaksi)
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget