Halloween Costume ideas 2015
May 2018

AMP - Kecelakaan lalu lintas melibatkan satu truk tronton, mobil penumpang (mopen) Rush dan sepeda motor Vario di lintasan Jalan Medan-Banda Aceh, Gampong Pulo, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara, mengakibatkan satu korban tewas dan lima lainnya mengalami luka berat. Kecelakaan itu terjadi pada Kamis, 31 Mei 2018, pukul 15.00 WIB.

Kapolres Aceh Utara AKBP Ian Rizkian Milyardin, melalui Kasat Lantas Iptu Sandy Titah Nugraha kepada portalsatu.com menyebutkan, korban tewas merupakan pengemudi mopen Rush B 1782 CVI yaitu, Srianto, 42 tahun, warga Gampong Unit V, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara.

"Tiga penumpang Rush yang mengalami luka-luka, yaitu Emi Sunarti, 42 tahun, Hafid, 3 tahun. Keduanya merupakan istri dan anak pengemudi Rush yang tewas. Selain itu satu penumpang Rush lainnya yang luka, Nadimah, 63 tahun,  warga Gampong Babussalam, Kecamatan Baktiya, Aceh Utara," ujar Sandy.

Sandy melanjutkan, pengendara sepeda motor Vario BK 2329 PAV yang luka berat, M. Akbar Harahap, 26 tahun, anggota TNI dengan alamat Asrama TNI Bataliyon 113 Bireuen dan istrinya, Astika, 22 tahun. Sementara pengemudi truk tronton BL 8985 NH, Anwar, 45 tahun, warga Gampong Dayah, Kecamatan Matang Geulumpang II, Bireuen.

"Penumpang mobil Rush yang luka berat dibawa ke RSUD Cut Meutia, sementara pengendara sepeda motor dan istrinya dibawa ke RS Kesrem Lhokseumawe. Emi Sunarti, istri pengemudi Rush mengalami benturan keras di dada,  sehingga hidungnya terus-menerus mengeluarkan darah, anaknya yang berusia 3 tahun patah kaki, ibunya juga luka berat. Anggota TNI dan istrinya yang naik sepeda motor kritis, sementara sopir tronton tidak luka," terang salah seorang anggota Satuan Lalu lintas Polres Aceh Utara kepada portalsatu.com via telepon seluler.[portalsatu.com]

PADA 26 Maret 1873, kapal komando Citadel van Antwerpen melego jangkar di perairan Aceh. F.N. Neuwenhujzen, perwakilan Dewan Hindia Belanda memaklumatkan perang karena Kesultanan Aceh menolak tunduk pada kuasa kolonial. Berkobarlah Perang Aceh (1873-1914).

Johannes Benedictus van Heutsz (1851-1924) hadir ketika pemerintah kolonial nyaris kehilangan akal sambil menghitung kerugian sumberdaya manusia dan ekonomi akibat Perang Aceh. Di awal perang Van Heutsz hanya seorang letnan dua, pangkatnya melesat menjadi gubernur militer di Aceh pada 1898.

“Sukses Jenderal van Heutsz di Aceh membuatnya menjadi pahlawan ekspansionis yang populer, dan pendukungnya berhasil membungkam keraguan dan suara kritis (dari pendukung antiimperialisme) di media dan parlemen Belanda,” tulis sejarawan Adrian Vickers dalam A History of Modern Indonesia.

Untuk menaklukan Aceh, Van Heutsz tukar pikiran dengan Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936), penasihat kolonial bidang bahasa-bahasa Timur dan hukum Islam. Hasilnya, dia melakukan manuver mematikan mulai dari mengadu domba garda depan perlawanan gerilya rakyat Aceh, kaum ulama dan uleebalang (bangsawan); merestrukturisasi pasukan, dan strategi bumi hangus, sampai pembantaian. Berkat aksinya di Aceh, pamor Van Heutsz kian naik sampai puncak menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda (1904-1909).

Meski namanya kontroversial sebagai figur kolonialis dan imperialis Belanda, Van Heutsz tetap meninggalkan warisan ketokohan besar yang membuat namanya tetap dikenang dalam memori kolektif masyarakat Belanda. Namanya diabadikan mulai dari nama kapal sampai lagu mars.

Kapal

Kapal Van Heutsz diluncurkan pada Maret 1926. Kapal penumpang ini melayari rute Hindia Belanda ke Singapura dan Cina dalam naungan Perusahaan Pelayaran Kerajaan Belanda (KPM). Selama Perang Dunia II, Van Heutsz disewakan kepada Kementrian Transportasi Perang Inggris terhitung sejak 25 Juni 1942, sebelum akhirnya berhenti beroperasi pada 1957. Dua tahun kemudian jadi besi tua.

Monumen

Pada 1932, monumen Van Heutsz didirikan di Aceh dan Batavia (sekarang Jakarta). Monumen di Batavia terletak di Menteng, begitu megah dengan relief orang Aceh, Jawa dan Papua yang melambangkan tuntasnya pasifikasi Belanda pada masa pemerintahan Van Heutsz. Sejak zaman pendudukan Jepang, monumen ini jadi sasaran perusakan karena melambangkan sentimen kolonial. Monumen ini dihancurkan pada 1953 dan di lahannya didirikan Masjid Cut Meutia.

Pada 15 Juni 1935, Ratu Belanda Wilhelmina meresmikan monumen Van Heutsz di Amsterdam di tengah kritik keras dari kaum komunis dan sosialis. Monumen itu tingginya 18,7 meter, dengan patung perempuan memegang lembaran hukum, dan relief-relief lainnya. Pada 1943, anak Van Heutsz, seorang perwira SS Nazi, Johaan Bastiaan Heutsz, menulis surat kepada walikota Amsterdam meminta monumen itu dipugar.

Setelah menjadi target vandalisme berulang kali, bahkan empat kali percobaan peledakan dengan dinamit, monumen ini akhirnya dipugar pada 2004 dan namanya diganti menjadi Monumen Belanda-Indonesia untuk mengenang hubungan historis kedua negara.

“Semenjak awal, Monumen Van Heutsz menjadi fokus protes menentang pemerintahan kolonial, penindasan, dan bahkan dugaan kejahatan perang oleh pasukan Belanda,” tulis Willeke Wendrich, “Visualizing the Dynamics of Monumentality,” termuat dalam Approaching Monumentality in Archaeology suntingan James F. Osborne.

“Namun tetap saja, ingatan kultural akan monumen yang ‘lama’ tetap terpatri, dan pada tahun 2011 sekali lagi monumen ini mengalami aksi perusakan,” tambahnya.

Jalan

Tak jauh dari Monumen Van Heutsz di Menteng, terdapat jalan Van Heutsz Boulevaard. Jalan raya lebar ini dibangun untuk memfasilitasi kawasan elite Menteng yang penuh dengan bangunan-bangunan mewah. Ketika Indonesia merdeka, Van Heutsz Boulevaard berganti nama menjadi Jalan Teuku Umar, pahlawan perang Aceh.

Resimen


Citra militeristik Van Heutsz hidup kembali dalam nama resimen infantri tentara Kerajaan Belanda, Regiment van Heutsz, yang dibentuk pada 1 Juli 1950. Resimen yang berperan dalam aksi pertahanan udara ini dibentuk sebagai “pembawa tradisi KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda)” dan dipersiapkan sebagai partisipasi Belanda dalam Perang Korea (1950-1953).

“Pasukan yang personelnya terdiri dari beragam latar belakang itu dibentuk, termasuk dari mantan anggota resistansi (perlawanan), pasukan pembebas Belanda, bahkan mantan tentara Nazi. Mereka ditempatkan di Korea sampai 1954. Total 158 perwira dan 3.192 personel lainnya bertempur di Korea,” tulis Paul M. Edwards dalam United Nations Participants in the Korean War: The Contributions of 45 Member Countries.

Resimen Van Heutz terlibat dalam tiga pertempuran kunci antara 1951-1953. Resimen ini mendapat medali penghargaan dari pemerintah Amerika Serikat dan Belanda. Resimen ini masih aktif sampai sekarang dan tugas terakhirnya pada 2010 sebagai pasukan multinasional di Afghanistan.

Mars

Nama Van Heutsz turut diabadikan dalam sebuah mars militer, seperti tercantum dalam sebuah situs tentang Van Heutsz (vanheutsz.nl). Mars tersebut, yang dinamakan Mars Van Heutsz, diciptakan oleh A. Van Veluwen dan dipentaskan untuk kali pertama pada 1954. Mars ini menjadi mars milik Resimen Van Heutsz. Komposisi mars ini kemudian menginspirasi lagu yang populer di kalangan komunitas Indo-Belanda, berjudul “Ajoen."[historia.id]

RATUSAN keping koin emas kuno peninggalan Kesultanan Aceh ditemukan penduduk di Gampong Pande, Aceh, pada 11 November 2013. Beberapa koin bertuliskan nama Alaudin Riayat Syah Al-Kahar, sultan Aceh, berdampingan dengan Sulaiman I, sultan Ottoman Turki. Penemuan ini bukti penting yang menegaskan hubungan diplomatik antara Aceh dan Ottoman sejak abad ke-16.

Sultan Al-Kahar adalah Sultan Aceh ketiga yang berasal dari Dinasti Meukuta Alam, dinasti pendiri Kerajaan Aceh. Dia berkuasa antara tahun 1537 sampai 1571. Pada masanya, Aceh menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang dominan di Sumatra dan Semenanjung Malaka.

Portugis, yang menguasai Malaka sejak tahun 1511, menjadi rival Aceh dalam meluaskan pengaruhnya di Selat Malaka, baik dalam konteks politik maupun ekonomi. Karena itu, Aceh menjalin kontak dengan Kesultanan Ottoman untuk menjajaki kerjasama menghadapi Portugis.

“Setelah tumbuh menjadi lebih besar dari sebelumnya, Kesultanan Ottoman menjelma menjadi tempat bagi kerajaan-kerajaan Islam di Timur (India dan Kepulauan Nusantara) yang baru berkembang menaruh harapan dalam menghadapi Portugis,” tulis Giancarlo Casale dalam The Ottoman: Age of Exploration.

Utusan Aceh kali pertama datang ke Istanbul pada 1562. Mereka meminta bantuan senjata berupa meriam. Terkesan dengan utusan Aceh ini, sultan yang berkuasa saat itu, Sulaiman I, mengirimkan meriam beserta teknisinya serta seorang diplomat bernama Lutfi Bey.

Kedatangan Lutfi Bey ke Aceh menjadi penting karena berdasarkan laporannya, orang-orang Turki menjadi paham posisi strategis Aceh sebagai pusat perdagangan dan garis terdepan umat Islam dalam menghadapi Kristen Portugis di Nusantara. Aceh sendiri antusias menjadi bawahan Kesultanan Ottoman.

“Surat diplomatik yang Lutfi Bey bawa ketika dia kembali ke Istanbul pada 1566, menyatakan bahwa Sultan Al-Kahar tidak lagi ingin sekadar meminta senjata kepada Sultan Sulaiman I. Tidak pula ingin menjalin hubungan politik antar dua kerajaan yang berdiri sama sejajar. Melainkan dia ingin agar dirinya dan negerinya, Aceh, diperintah secara langsung oleh Sultan Sulaiman I sebagai ganti bantuan Ottoman dalam menghadapi Portugis,” lanjut Casale.

Antusiasme Aceh ditanggapi positif oleh Sultan Sulaiman I sebelum akhirnya dia mangkat dan digantikan Sultan Selim II. Dia memerintahkan angkatan lautnya untuk mengirim armada sebanyak 15 kapal layar ke Aceh yang bermuatan prajurit, penasehat militer, teknisi meriam, juga tukang-tukang seperti penambang, pandai besi, dan pandai emas.

Sayangnya, armada yang dijadwalkan tiba di Aceh pada 1568 terpaksa mengalihkan perjalanan ke Yaman, Arab Selatan, untuk memadamkan sebuah pemberontakan. Hanya dua buah kapal yang tiba di Aceh tanpa membawa senjata. Kedua kapal itu membawa sekelompok pedagang dan teknisi meriam, yang tidak cukup untuk memuluskan rencana Sultan Al-Kahar menyerang Portugis di Malaka pada 1570.

Penambangan dan penempaan bijih besi bukan barang baru di Aceh. Sejak zaman Samudra Pasai pada abad ke-14, timah dan emas telah ditemukan, bahkan dijadikan satuan mata uang dengan ukiran nama raja yang berkuasa di kedua sisinya. Mereka menempa mata uang timah yang bernama cash dan mata uang dari emas yang bernama mas. Sistem ini kemudian diadopsi raja-raja Aceh.

Menurut Denys Lombard dalam Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Sultan Al-Kahar-lah yang memperkenalkan mata uang Aceh pertama, yakni dirham.

“1 pardew (mata uang Portugis yang ditempa di Goa, India) sama dengan 4 dirham Aceh,” tulis Lombard. “Namun nilai mata uang itu sendiri sering mengalami perubahan yang besar sekali. Para penjelajah selalu memberi nilai yang berbeda-beda, kadang-kadang bahkan dalam jarak waktu yang hanya beberapa bulan.”

Nama Sultan Sulaiman I yang terukir bersanding dengan Sultan Al-Kahar dalam beberapa koin emas Aceh merupakan bukti pengakuan Kesultanan Aceh atas kekuasaan Kesultanan Ottoman sebagai pemegang inti dunia Islam saat itu. Nama Sultan Ottoman juga selalu disebutkan dalam tiap khotbah Jumat. [historia.id]

AMP - Akhirnya terungkap jejak gadis Pidie Jaya (Pijay), Anisah binti Martonis (19) yang naik L-300 menuju rumah paman di Banda Aceh.

Dara asal Gampong Mesjid Puduek, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya sebelumnya tidak diketahui keberadaannya dalam perjalanan menuju Banda Aceh, sejak Sabtu (19/5/2018) sekira pukul 10.00 WIB.

Ternyata Anisah dibawa kabur oleh sang pacarnya, Sutikno ke Jakarta pada hari yang sama melalui bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar.

“Dari hasil pencarian pihak keluarga hingga ke Bandara SIM Blang Bintang, Aceh Besar, Selasa (22/5/2018) petang, melalui manifes pihak Garuda Indonesia BTJGA 002, ternyata Anisah dibawa kabur oleh pacarnya, Sutikno ke Jakarta,” kata Wulan binti Martonis Rabu (23/5/2018).
Tak hanya itu, setelah keluarga

memperlihatkan foto Anisah, pihak Garuda Indonesia juga membenarkan adanya dua penumpang yang berangkat ke Jakarta (Anisah dan Sutikno).
Pihak Garuda Indonesia juga turut memperlihatkan gambar sosok kedua saat boarding pass.

Besar kemungkinan pada saat hendak kabur Anisah melakukan kedok untuk pergi menumpang mobil L-300 ke tempat paman di Banda Aceh.

Sementara sang pacar telah menunggu di Bandara SIM untuk selanjutnya berangkat ke Jakarta dengan mematikan ponsel pribdadinya agar tidak tersambung komunikasi oleh pihak keluarga.

Bahkan hingga hari ini saat dihubungi tak kunjung aktif.

Diakui selama ini Anisah menjalin hubungan pacaran dengan Sutikno melalui media sosial (Medsos) secara diam-diam.

“Bisa jadi dia (Anisah) selama ini menjalin hubungan (Pacaran) melalui Medos tersebut secara diam-diam. Tapi apapun hubungan mereka, yang jelas ini Sutikno telah membawa kabur keluarga saya dan kami tetap melaporkan tindakan pelaku ke ranah hukum,”jelasnya.

Selain itu pihak keluarga sangat berharap Anisah dapat pulang ke kampung halaman kembali agar masalah ini dapat diselesaikan secara baik.

Sebelumnya, pihak keluarga sejak Senin (21/5/2018) resmi melaporkan ke pihak aparat Kepolisian Polsek Trienggadeng, Pijay.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejak Sabtu (19/5/2018) sekira pukul 10.00 WIB meninggalkan rumah hendak ke rumah pamannya di Banda Aceh.
Wulan binti Martunis, kakak kandungnya kepada Serambi Minggu (20/5/2018) mengatakan, Anisah persis pada Sabtu (19/5/2018) sekira pukul 10.00 WIB pergi ke Banda Aceh ke tempat pamannya dengan menumpang mobil minibus jenis L-300.

Saat itu ia menggunakan pakaian merah.

“Terakhir, kami dapat menghubungi pada hari keberangkatannya, Sabtu (19/5) sekira pukul 14.30 WIB dengan posisi masih di kawasan Saree, Aceh Besar dan selebihnya tidak ada hubungan komunikasi sama sekali sampai saat ini,” sebutnya.

Dengan kondisi demikian seluruh keluarga baik di Mesjid Pueduek Trienggadeng maupun di Banda Aceh menjadi resah.

Karena dara kelahiran 9 Maret 1999 itu belum juga kunjung kembali kepada keluarga serta tidak diketahui keberadaannya sama sekali.

Berbagai usaha pencarianpun telah dilakukan tapi belum juga membuahkan hasil.

Adapun ciri-cirinya yaitu, berkulit sawo matang, rambut panjang ikal panjang, wajah bulat oval.

“Kami berharap bagi siapapun yang menemukan Anisah dapat menghubungi nomor Hand Phone 081269997587 atas nama Wulan Martunis,”katanya.( Serambinews)

Foto terbaru Jet Li yang terlihat tua dan rapuh.
AMP - Siapa yang tidak tahu superstar asal Cina, Jet Li. Film-filmnya dengan mudah kita dapat nikmati, mulai dari yang diproduksi di Cina hingga Hollywood. Ya, aktor laga ini telah mendapat hati para pecinta film laga.

Ia selalu menjadi orang yang kuat, dan mampu menumpas berbagai penjahat. Senjata yang digunakannya di dalam film beragam, mulai dari keahlian Kung Fu hingga senjata api.

Tapi siapa sangka, di usianya yang kini menginjak 55 tahun Jet Li terlihat lemah bangkan tidak dapat dikenali. Ia dilaporkan harus berjuang dengan masalah kesehatan yang menggerogoti tubuhnya. Apa penyakit yang diidapnya?

Dikutip dari Daily Mail, ia dikatakan sedang berjuang melawan hipertiroidisme, kondisi jantung, dan cedera kaki atau tulang belakang akibat aksinya di film laga.

Kembali pada tahun 2013, juara Wushu yang sudah pensiun itu mengaku bahwa dokter memberinya pilihan untuk 'terus membuat film [aksi] atau menghabiskan sisa hidupnya di kursi roda.'

Ia pun mengatakan dalam sebuah pernyataan baru-baru ini tentang apa yang sedang terjadi padanya.

“Saya sangat berharap Anda dan keluarga Anda menjadi sehat dan bahagia. Saya akan berbagi lebih banyak tentang hidup saya dalam waktu dekat. Terima kasih atas semua dukungan," ucap Jet Li.

Padahal lima tahun sebelumnya, Li menembakkan senapan mesin ke helikopter bersama Arnold Schwarzenegger sebagai ahli tempur dalam film The Expendables 3.

Belum jelas apa yang sedang menimpa dirinya saat ini, namun ia akan memberikan keterangan dalam waktu yang dekat.(*)

AMP - Kepolisian Sektor (Polsek) Sawang, menciduk seorang pengedar narkoba jenis ganja berinisial ZA (23) di kawasan Gampong Jamuan, Kecamatan Banda Baro, Kabupaten Aceh Utara. Bersama pelaku, polisi turut mengamankan 10 kilogram ganja kering yang hendak di kirim ke Medan, Sumatera Utara.

Kapolres Lhokseumawe AKBP Ari Lasta Irawan melalui Kapolsek Sawang, Ipda Zahabi mengatakan, bermula informasi dari masyarakat Gampong Teupin Resep, melihat ada satu unit mobil Sedan berwarna hitam yang hendak mengirim narkoba jenis ganja kering ke Loket Bus kawasan Krueng Geukueh, Aceh Utara.

“Menerima informasi tersebut, kita langsung kejar mobil itu dan berhasil kita hadang di Gampong Jamuan Kecamatan Banda Baro, Aceh Utara sekira pukul 23.30 WIB,” katanya saat dikonfirmasi AJNN, Rabu (23/5).

Kapolsek menambahkan, narkoba jenis ganja kering tersebut, pelaku merencanakan akan mengirimnya ke Medan, Sumatera Utara, melalui Loket Bus, Loket Bus kawasan Krueng Geukueh, Aceh Utara.

“Ada tiga pelaku lainnya yang berhasil kabur, namun saat ini kita tetapkan ke dalam daftar pencarian orang (DPO) dan akan terus kita buru mereka. Sementara tersangka yang diciduk sudah di amankan di Mapolsek sawang guna penyelidikan lanjutan,” ungkapnya.

Sambungnya, dari penangkapan itu, pihaknya juga mengamankan 10 bal ganja kering (10 kilogram), Satu unit mobil sedan merek MAZDA Nomor Polisi BL 803 NN warna hitam, beserta fotokopy STNK, tas ransel berisikan pakaian. [AJNN]

Foto Ilustrasi http://m.rilis.id
AMP - Pasukan Israel membunuh puluhan warga Palestina saat unjuk rasa besar di perbatasan Gaza, saat Amerika Serikat membuka kedutaannya di Yerusalem, Israel, Senin (14/5/2018).

Dibukanya kedutaan besar AS di Yerusalem ini untuk memenuhi janji Presiden Donald Trump, yang mengakui kota suci tersebut sebagai ibu kota Israel.

Namun, pembukaan kedubes AS tersebut melecut kemarahan Palestina dan mengundang kecaman banyak pemerintah dunia dan menunjukkan kemunduran dari upaya perdamaian kedua negara tersebut.

Di perbatasan Gaza, protes Palestina dengan cepat berubah menjadi pertumpahan darah.

Tembakan senjata Israel menewaskan sedikitnya 43 orang Palestina, korban tertinggi dalam satu hari sejak serangkaian protes untuk menuntut hak untuk kembali ke tanah air leluhur di Israel mulai pada 30 Maret 2018 lalu.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, korban tewas termasuk enam anak di bawah usia 18 tahun.

Pejabat kesehatan mengatakan, 900 warga Palestina terluka, sekitar 450 dari mereka dengan peluru tajam.

Sebelumnya, Prancis meminta Israel untuk menahan diri dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan, dirinya sangat prihatin oleh peristiwa yang terjadi di Gaza.

Puluhan ribu warga Palestina telah menuju garis pantai perbatasan daerah kantong, beberapa mendekati pagar Israel, sebuah garis yang dikatakan oleh pemimpin Israel Palestina tidak akan diizinkan untuk melewatinya.

Awan asap hitam dari ban yang terbakar oleh demonstran membumbung di udara.

Pengunjuk rasa, beberapa bersenjatakan ketapel, melemparkan batu ke pasukan keamanan Israel, yang melepaskan tembakan gas air mata dan rentetan tembakan gencar.

"Hari ini adalah hari besar ketika kita akan melewati pagar dan memberi tahu Israel serta dunia, kita tidak akan terima untuk dikuasai selamanya," demikian guru ilmu pengetahuan Gaza, Ali, yang menolak disebutkan nama belakangnya.

Pengakuan Trump atas Yerusalem yang diperebutkan sebagai ibu kota Israel pada Desember membuat marah rakyat Palestina, yang mengatakan Amerika Serikat tidak bisa lagi menjalankan perannya sebagai perantara yang jujur dalam proses perdamaian dengan Israel.

Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara yang ingin mereka bangun di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza.

Israel menganggap semua kota, termasuk sektor timur yang direbutnya dalam perang Timur Tengah 1967 dan dianeksasi, sebagai "ibu kota abadi dan tak terpisahkan" dalam sebuah langkah yang belum memenangkan pengakuan internasional.

Sebagian besar negara mengatakan status Yerusalem - sebuah kota suci bagi orang Yahudi, Muslim dan Kristen, harus ditentukan dalam penyelesaian perdamaian terakhir dan memindahkan kedutaan mereka sekarang akan merusak kesepakatan semacam itu.

Perundingan perdamaian, yang bertujuan menemukan penyelesaian dua negara untuk sengketa itu dibekukan sejak 2014.

Sementara pada upacara pembukaan kedutaan itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berterima kasih kepada Trump karena memiliki keberanian menepati janji.

"Sungguh hari luar biasa bagi Israel. Kami berada di Yerusalem dan kami di sini untuk tinggal," kata Netanyahu dalam pidatonya.

Trump, dalam rekaman pesan, mengatakan tetap berkomitmen untuk perdamaian Israel dengan Palestina.| ANTARA

Foto yang tersebar di Medsos Para Tahanan Teroris yang diduga kuasai Ruang Penjara Mako Brimob,
AMP - Wakapolri Komjen Syafruddin menyatakan 10 narapidana terorisme yang terlibat dalam insiden kerusuhan di Mako Brimob saat ini ditahan dan tak dibawa ke Lapas Nusakambangan.

Sepuluh narapidana ini diduga sisa narapidana terorisme yang sempat bertahan meski polisi telah mengeluarkan ultimatum, Kamis (10/5) dini hari.

"Yang tadinya 155 yang di sana (Mako Brimob), 145 dikirim ke nusa kambangan. Sepuluh kami tahan," ujar Syafruddin dalam konferensi pers bersama Presiden RI Joko Widodo dan Menko Polhukam Wiranto di Istana Bogor.

Syafruddin menyatakan alasan penahanan mereka di Mako Brimob adalah karena polisi masih menyelidiki insiden tersebut.

Aparat sendiri memberi batas waktu agar napi yang telah 36 jam menyandera tiga blok di Mako Brimob menyerah sebelum fajar merekah.

Rencana penyerbuan oleh aparat itu kemudian batal dan 145 tahanan keluar satu per satu tanpa syarat. Semua senjata yang dirampas dari polisi pun ditinggalkan.

Saat itu masih tersisa 10 narapidana yang melakukan perlawanan sehingga polisi perlu mensterilisasi dengan ledakan.

Tidak ada korban jiwa akibat ledakan tersebut.

Setelah insiden usai, sembilan bus keluar dengan kecepatan kencang dari Mako Brimob, membawa narapidana terorisme ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.


Polisi menyatakan saat ini masih melakukan olah TKP serta otopsi dan baru akan memberikan kronologi lengkap terkait insiden rusuh Mako Brimob itu setelah kedua proses itu rampung.

AMP - “TUANKU, Gubernur Jenderal. Tuanku, dengan dalih yang dicari-cari sekurang-kurangnya dengan alasan-alasan provokasi yang dibuat-buat, kini sedang memaklumkan perang kepada Sultan Aceh dengan maksud hendak merampas kedaulatan tanah pusakanya. Tuanku, perbuatan ini bukan saja tidak tahu berterima kasih, tidak satria ataupun tidak jujur, melainkan juga tidak bijaksana.”

Inilah isi surat yang ditulis pujangga Multatuli. Ia merupakan nama pena dari tokoh Belanda ternama, Dowes Dakker. Surat itu ditulis saat Multatuli mendengar kasak-kusuk yang menyebutkan Kerajaan Belanda akan segera menyerang Kesultanan Aceh. Surat terbuka berjudul Brief aan den koning (Surat untuk Paduka Raja) itu dikirim Oktober 1872, beberapa bulan sebelum Hindia Belanda mengumumkan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873, 142 tahun yang lalu.

Sejarawan Aceh, Rusdi Sufi, menyebutkan, Surat untuk Paduka Raja ditulis Multatuli untuk mengingatkan raja Belanda agar tidak menyerang Aceh. Sebab, Multatuli khawatir Belanda akan kualat kalau tetap menyerang kesultanan yang berada di pintu masuk Selat Melaka itu. “Menyerang Aceh aka nada malapetakanya,” ujar Rusdi Sufi.


Surat peringatan Multatuli itu bukan tak beralasan. Menurut Rusdi, dosen sejarah Universitas Syiah Kuala, Kesultanan Aceh lah yang pertama menyatakan dukungan terhadap kedaulatan Belanda, saat negara Kincir Angin itu masih berperang melawan Spanyol selama 80 tahun dalam merebut kemerdekaannya.

Di tengah peperangan kemerdekaan itu, Sultan Aceh Darussalam Alaidin Riayatsyah, pada 1602 M, mengirim dua utusan bersama surat dukungan kepada Raja Belanda. Kedua utusan diplomatik Sultan Aceh itu adalah Abdul Hamid dan Amir Hasan.

“Mereka keduanya meninggal di Belanda. Abdul Hamid waktu itu sudah tua dan tidak tahan dengan musim dingin,” terang Rusdi Sufi lagi. Keduanya dimakamkan di sana.


Meski mendapat kritikan keras, Raja Belanda tetap gelap mata. Pada 26 Muharram 1290 H atau bertepatan 26 Maret 1873, di geladak kapal Citadel van Antwerpen, Wakil Presiden Hindia Belanda F.N Nieuwenhuijzen menyatakan perang terhadap Aceh. Saat itu, kapal Citadel van Antwerpen tengah berlayar di antara daratan Aceh dan Pulau Sabang.

“Ada beberapa sebab kenapa Belanda ingin memerangi Aceh,” sebut Rusdi, “di antaranya karena takut nantinya wilayah ini diambil oleh kolonial lain dan juga karena ini tempat yang paling staregis karena pintu masuk jalur laut.”


Memerangi Aceh, Belanda mengerahkan enam kapal perangnya. Selain Citaden van Antwerpen, ada pula kapal Coehoorm, Soerabaya, Sumatera, Marnix, dan Djambi. Belanda juga mengerahkan kapal Angkatan Laut Siak dan Bronbeek. Pada Senin, 16 April 1873, sebulan kemudian, Mayor Jenderal J.H.R Kohler mendarat bersama pasukannya di Pante Ceureumen, Ulee Lheue, Banda Aceh.

Bisik-bisik intelijen menyebutkan bahwa jantung pertahahan Aceh berada di Masjid Raya Baiturrahman. Jadilah, Kohler mengarahkan pasukan perangnya ke Baiturrahman. Naas, saat berada di depan Masjid yang terbuat dari kayu itu, di bawah sebatang pohon geulumpang, Kohler memekik keras.


“Oh, Tuhan… Aku terkena,” ia meringis sembari memegang dada. Ia tersungkur seketika.

Prajurit Belanda terbirit-birit melihat Sang Jenderal Kohler tewas bersimbah darah. Mereka mundur dan Hindia Belanda menuai kekalahan pertamanya.

“Aceh tidak takluk, tidak pada hari itu tidak pula setelahnya. Ini kisah perang yang panjang yang oleh orang Belanda disebut Aceh Oorlog atau Perang Aceh,” kisah Rusdi Sufi.

***

BERPERANG melawan Aceh, Belanda menuai kepedihan dan kehilangan yang tiada tara. Di Tanah Seulanga, mereka kehilangan empat jenderal dan lebih 2.200 serdadu. Para serdadu itu dimakamkan di sebuah perkuburan umum di kawasan Blang Padang, selatan Masjid Raya Baiturrahman. Kuburan ini dinamakan dengan Kerkhof Peutjoet. Inilah tempat peristirahatan terakhir serdadu Belanda yang meregang nyawa di tangan pejuang-pejuang Aceh.


Kerkhof Peutjoet pun menjadi saksi bahwa Belanda harus membayar mahal perang melawan Aceh.

Kerkhof, sering juga disebut Kuburan Belanda, terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, tersembunyi di balik kemegahan gedung Museum Tsunami. Dari Jalan Teuku Umar, Kuburan Belanda bisa dilihat dari kejauhan. Kerkhof dikunjungi turis lokal, nasional, maupun mancanegara. Biasanya, usai melihat-lihat Museum Tsunami, para turis menyempatkan diri mengunjungi Kerkhof.

Memasuki Kerkhof, kita akan disambut tembok tinggi melengkung. Pintu gerbang itu dibangun pada 1893, yang terbuat dari batu bata. Di atasnya tertulis “Untuk sahabat kita yang gugur di medan perang. Ditulis dalam empat Bahasa: Belanda, Arab, Melayu, dan Jawa.


Gerbang ini dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada letnan satu J.J.P Weijerman yang tewas dalam pertempuran dekat Masjid Siem, Kroeng Kale pada 20 Oktober 1883.

Buku De hel den serie jilid 8 halaman 25 yang diterbitkan oleh Atjehsch Leger Museum (museum tentara Belanda di Aceh) tahun 1940 menuliskan, “Luitent Weijerman was de eerste officer die op peutjoet na de oprachting van de monumentele poor ter aarde werd besdteld (Letnan Weijerman adalah perwira pertama yang dikuburkan di Peutjeoet setelah Peutjoet dilengkapi dengan pintu gerbang kehormatan).”

Di sebelah kiri pintu gerbang terukir ”In memoriam Generaal – Majoor JHR Kohler, Gesneuveld, 14 April 1873”. Sementara itu di sisi kanan tertulis kalimat “In Memoriam Luitenant – Kolonel W.B. J.A Scheepens Overleden 17 October 1913”. Di bawah kalimat tersebut juga tertulis J.H.J Brendgen VRIEND VAN Aceh.

Menurut Amri, juru kunci Kerkhof, nama-nama yang tercetak di dinding gerbang adalah tentara yang tewas di pelbagai lokasi perperangan. Nama mereka diurut berdasarkan nama tepat tersebut. Ada Teunom, Lambesoi, Koewala, Sigli, Olee Karang, Samalanga, Kandang dan lainnya yang terjadi dari tahun 1873 sampai 1910.


Nama-nama itu tak melulu mereka yang berkebangsaan Belanda. Kita juga akan mudah menemukan nama-nama Ambon, Manado, Jawa, dan bangsa nusantara lainnya. Sebab, serdadu Belanda –selain menggunakan tentara Belanda—juga berasal dari kaum pribumi.



“Tidak semua di antara mereka berasal dari Belanda namun ada prajurit Marsose lainnya yang berasal dari Jawa, Ambon dan Manado yang dibawa kemari,” jelas Amri menunjuk relief yang ada.

“Nah kalau prajurit Belanda itu di nama belakangnya ada tanda EF/F Art. Kalau Ambon dengan tanda AMB, Manado ada tulisan MND sedangkan kalau dari Jawa identitasnya dengan If atau Inlander Fuselier,” ujar Amri.

***

KERKHOF berasal dari kata Belanda yang artinya kuburan ataupun halaman gereja. Sedangkan Peutjoet merupakan nama panggilan dari putra mahkota kesayangan Sultan Iskandar Muda yang makamnya sudah lama ada dalam kompleks itu.

Memang, di situ ikut dikuburkan putra mahkota Sultan Iskandar Muda yaitu Meurah Pupok atau Poe Cut. Meurah Pupok dipancung karena dinilai melanggar hukum Islam yang berlaku di Kerajaan Aceh Darussalam. Makam Meurah Pupok ada dalam pagar kecil di sisi kiri di bawah sebatang pohon besar. Kuburan itu berbeda dengan yang lainnya. Di tempat itu mempunyai motif  Batu Aceh pada tanda nisannya. Kuburan itu juga dipayungi oleh pohon tua yang lebat daunnya yang akarnya juga sudah menonjol keluar dari tanah.

“Poe Cut itu panggilan kesayangan dalam bahasa Aceh. Dia anak Sultan yang dihukum mati oleh ayahnya sendiri karena tuduhan berbuat tidak sesuai agama,” ungkap Rusdi Sufi. “Saat itu tidak ada yang berani menghukum karena dia adalah anak Sultan. Kemudian Iskandar Muda menghukumnya sendiri.”

Ketika itu banyak yang melarang Sultan karena Meurah Pupok merupakan anak laki-laki satu-satunya dan merupakan putra mahkota kerajaan. Sehingga Sultan mengatakan “Matee aneuk meupat jirat, matee adat pat tamita.”  Kata bijak itu diingat sampai sekarang.

Tanah Kerkhof ini sebelumnya merupakan milik Kerajaan Aceh Darussalam, jauh sebelum Belanda datang dan menyerang Aceh. “Jadi makam anak Sultan sudah ada di situ lama sekali dan Belanda sangat menghargai itu sehingga tidak dihancurkan,” kisah jebolan Universitas Leiden, Belanda ini. “Namun tidak ada yang tahu dua makam yang lain itu milik siapa karena arkeolog sendiri belum melakukan pengalian eskatasi untuk meneliti.”

Sebelum menjadi komplek kuburan, tanah ini merupakan kebun milik seorang Yahudi kaya bernama Bolchover, yang oleh orang Aceh karena kesulitan pengucapan lambat laun menjadi Blower. Ia juga dimakamkan di kawasan itu. “Banyak keturunan Yahudi yang mempunyai tanah di Aceh dahulu, seperti tanah Gedung Sosial itu, juga punya orang Yahudi,” ungkapnya Rusdi.

Komplek Kerkhof ini sudah ada sejak 1880. Namun setelah itu tempat ini kurang terawat. Tahun 1979, salah seorang bekas tentara KNEIL bernama J.H.J Brendgen melihat ini dan merasa prihatin karena tanpa pagar dan takut rusak. Merekapun mendirikan Stichting Peutjut Fonds sejak 29 Januari 1976. Letnan Jendral F. Van der Veen yang merupakan mantan perwira dari Korp Marchausse yang pernah bertugas di Aceh menjadi ketua yayasan yang pertama.

“Ini sebagai pengingat bahwa pernah terjadi perang besar dulu dan bukti kekuatan orang Aceh. Ada empat jenderal Belanda yang mati di sini. Sedangkan untuk perang Diponogoro saja, Belanda hanya mengutus prajurit berpangkat kapten,” sebut Rusdi Sufi yang juga merupakan perwakilan Yayasan Peutjut Fond di Aceh. “Aset ini menjadi penting, bersejarah. Kalau hilang, cuma jadi cerita saja, jadi cerita rakyat bak dongeng,” ujarnya.

Empat jenderal Belanda yang tewas di Aceh adalah Mayor Jenderal J.H.R Kohler, Mayor Jenderal J.L.J.H. Pel, Demmeni dan Jenderal J.J.K. De Moulin. Minus Kohler, tiga Jenderal itu dimakamkan di Kompleks Kerkhof Peutjoet. Ini menjadi “kebanggaan” bagi orang Belanda yang pernah bertugas di Aceh, yang mewasiatkan andaikata mati agar dimakamkan di Peutjoet, di tengah-tengah semua teman-temannya seperjuangan.

Jenderal Van Heutsz di masa Perang Aceh juga berpesan serupa. Ia ingin dimakamkan di Kerkhof jika meninggal saat bertugas di Aceh. Namun keinginannya tidak tercapai. Meski jasadnya penuh luka perang, ia tidak meninggal di sini. Para perwira yang mati muda bahkan menuliskan pesan “Zegaan mujn moeder dat lk mijin best hrb gedaan (Katakan kepada ibuku bahwa aku telah melakukan tugas dengan sebaik baiknya).

Kohler sendiri walaupun tewas di depan Masjid Raya Baiturrahman namun ia dikuburkan jauh di Batavia sana. Tahun 1978 atas permintaan keluarga dan pemerintah Belanda, ketika Tanah Abang, Jakarta, akan digusur untuk dibuat pusat perbelanjaan, tulang belulang sang jenderal dipindahkan.

Selain Peutjuet, dulu ada Tugu Serdadu Belanda, tempat pemakaman massal di Lampade dan Oedjong Peunajong Banda Aceh. Namun kini jejaknya sudah tak terbaca lagi.

Yayasan Peutjut hingga kini terus memberikan dana untuk perawatan dan pemugaran serta biaya lainnya dengan juga dibantu oleh Dinas Pariwisata. “Mereka masih terikat emosi dengan tempat ini, namun dana terus berkurang setiap tahunnya,” harap Rusdi Sufi.

***

SIANG itu Kompleks Dutch Cemetery terluas di luar Belanda masih dipenuhi pengunjung. Tak banyak memang, namun di antaranya terdapat para kameramen yang datang untuk membuat film dokumenter. Ada pula seorang turis asal Belanda bernama Mar Sarens. Rambut cokelat kemerah-merahannya pendek sebahu, kacamata hitam tersemat di dahinya. Dia datang dari Medan, Sumatera Utara.

“First time I see this feel pain (Ketika saya melihat ini pertama sekali sakit rasanya),”  kata Mar Sarens usai berkeliling. “Kemudian saya terkejut akan luasnya, terenyuh karena tempat ini masih ada dan sangat menarik because we remember with this way (karena kami bisa mengigat dengan cara ini).”

Perempuan itu berkisah bahwa sedikit sulit mendapatkan informasi tentang lokasi komplek ini namun ayahnya dulu pernah bercerita tentang perang Aceh, sehingga merasa terpanggil untuk mengunjunginya. Saat tahu masih banyak tempat lainnya yang berhubungan dengan negaranya “Lho kok saya nggak tahu ya?” katanya.

Sebelum bergegas pulang Mar Sarens memenuhi permintaan pengunjung lain yang meminta foto bersama. “Oh I love Aceh people,” katanya sambil berdiri dan membuat bermacam gaya bahkan meminta juga difoto dengan kameranya.

Tak lama kemudian datang Jasmine van Der land, ia berjalan bersama temannya dari Museum Tsunami karena orang-orang bilang ia harus kemari. Memakai baju batik kurung dengan rambut biru yang terkepang, ia terkejut melihat komplek ini.

“Banyak sekali ya,” katanya.

Ketika mengetahui bahwa ada lembaga yang dibentuk di Belanda untuk mendanai tempat ini, dia binggung dan kehilangan senyum.

“Untuk apa?” tanyanya. ”Oh, begitu ya itu hak mereka” tambahnya ketika kemudian mendapat penjelasan kalau itu dibiayai oleh sebagian keluarga tentara yang terkubur di situ.

“Kolonialisme bukanlah sesuatu yang perlu dibangga-banggakan setidaknya buat saya,” ujar Jasmine sebelum berlalu pergi. []

Sumber: acehkita.com

AMP - Ratusan massa dari Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, berunjuk rasa di depan kantor DPRK setempat. Kedatangan massa yang berjalan dari arah jalan masuk kantor pusat Pemerintahan Aceh Timur mendapat pengamanan ketat dari pihak keamana.

Dalam aksi damai itu, massa menuntut agar bencana yang terjadi di Desa Pasir Putih ditetapkan menjadi bencana daerah, kemudian meminta agar masyarakat yang telah dipenjata untuk segera dilepas.

Kemudian massa juga menuntut agar mereka diperbolehkan kembali untuk melakukan aktifitas tambang minyak seperti biasanya.

"Kalau tuntutan kami tidak dipenuhi, maka kami akan melakukan aksi kembali dengan massa yang lebih banyak," kata Saiful alias Pon Kleng saat orasi di depan Kantor DPRK Aceh Timur Senin (7/5).

Pemerintah Kabupaten Aceh Timur meminta waktu kepada penambang minyak di Kecamatan Rantoe Peureulak, untuk bersabar. Pasalnya pemkab akan terlebih dahulu menyurati kepada pihak Pemerintah Provinsi dan Kementerian terkait permintaan warga agar adanya regulasi terkait masalah pertambangan sumur minyak.

"Kami semua sangat mengerti, dan yang menjadi beban saya bukan hanya korban yang telah meninggal, pengangguran juga, dan lain - lain, semua menjadi beban, dan saya sebagai bupati tetap bertanggung jawab demi rakyat Aceh Timur, begitu juga dengan DPRK jangan dipikir pemerintah daerah santai saja, tetapi tidak,” kata Bupati Aceh Timur Hasballah M Thaib saat menerima ratusan warga dari Kecamatan Ranto Peureulak di Aula DPRK, Senin (7/5).

Rocky--sapaan Hasaballah M Thaib--mengaku pihaknya tetap berupaya melakukan yang terbaik demi rakyat Aceh Timur.

“Dinas terkait yang menangani masalah pertambangan tidak ada yang di bawah saya, semua ada di provinsi, maka kami akan melaporkan kepada pimpinan terhadap keinginan warga, harap bersabar," kata Rocky.

Sebagai kepala daerah, ia berjanji akan menyampaikan aspirasi masyarakat kepada kementrian, apabila perlu juga disampaikan kepada Presiden.

“Kami akan surati pihak-pihak terkait, makanya perlu sedikit kesabaran dari warga demi mendapatkan yang terbaik,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolres Aceh Timur AKBP Wahyu Kuncoro meminta kepada masyarakat untuk bersabar dan tidak melakukan penambangan terlebih dahulu.

“Berikan waktu kepada pemerintah sambil menunggu regulasi tentang bagaimana nantinya dalam pengelolaan sumur minyak,” katanya.[AJNN]
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget