AMP - Rombongan komisi VII Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) menemui muncikari prostitusi online, RS (27) yang ditangkap aparat Kepolisian Resort Banda Aceh, pada Kamis 22 Maret 2018 lalu, di Hotel The Pade.
Kedatangan wakil rakyat yang dipimpin Ketua Komisi VII, Gufron Zainal Abidin ke Mapolresta Banda Aceh ini, Kamis (5/4), ingin mencari informasi lebih jauh terkait praktek prostitusi yang dijalani itu.
Kemudian, di depan Kapolresta Banda Aceh dan anggota Komisi 7 DPRA serta awak media, secara spontan muncikari itu mengatakan kebanyakan yang menjadi pelanggan Pekerja Seks Komersial (PSK) online ini adalah orang tua.
"Paling banyak pelanggannya itu orang tua," kata Muncikari saat menjawab pertanyaan awak media.
Lalu, Ketua Komisi 7 DPRA, Gufron Zainal Abidin menanyakan bagaimana seorang muncikari mengetahui kalau yang memesan itu rata-rata orang tua.
"Saya tahu karena kita face to face (berhadapan langsung)," jawabnya lagi.
Selain itu, Gufron juga menanyakan lebih jauh bagaimana praktek itu dilakukan, mulai dari cara merangkul PSK, waktu, tempat hingga dasar melakukan pekerjaan tersebut.
RS menyampaikan, praktek porstitusi online yang sudah dijalankan kurang lebih dua sampai tiga tahun ini, karena faktor kebutuhan ekonomi.
Sementara itu, untuk harganya mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 3 juta semalam, terhitung dari pukul 11.00 WIB ke atas hingga pagi hari. Dan lokasi praktek ini sendiri dilakukan di beberapa hotel berbintang yang ada di Banda Aceh.
"Paling sering di hotel nomor satu di Aceh," ujarnya.
RS menyebutkan perempuan yang menjadi PSK dalam praktek yang dijalankan itu berjumlah 10 hingga 15 orang, kemudian dalam sekali transaksi, ia menerima imbalan Rp 300 sampai Rp 500.
"Paling besar saya pegang Rp 7 juta sebulan, tapi pernah juga tidak mendapatkan sedikitnya pun," imbuhnya.
RS menuturkan, saat melakukan kegiatan yang melanggar Syariat Islam itu, pelanggan dan PSK tidak tahu menahu dengan proses pemesanan kamar, karena yang memesan hotel itu dilakukan olehnya langsung.
"Saya yang pesan kamal hotel, PSK bersama pelanggan tinggal masuk hotel saja," ungkapnya.
Tetapi, RS mengaku tidak melibatkan pihak hotel ketika memesan kamar, bahkan orang hotel sendiri tidak mengetahui adanya praktek tersebut.
"Pihak hotel tidak tahu," katanya.(AJNN)
Kedatangan wakil rakyat yang dipimpin Ketua Komisi VII, Gufron Zainal Abidin ke Mapolresta Banda Aceh ini, Kamis (5/4), ingin mencari informasi lebih jauh terkait praktek prostitusi yang dijalani itu.
Kemudian, di depan Kapolresta Banda Aceh dan anggota Komisi 7 DPRA serta awak media, secara spontan muncikari itu mengatakan kebanyakan yang menjadi pelanggan Pekerja Seks Komersial (PSK) online ini adalah orang tua.
"Paling banyak pelanggannya itu orang tua," kata Muncikari saat menjawab pertanyaan awak media.
Lalu, Ketua Komisi 7 DPRA, Gufron Zainal Abidin menanyakan bagaimana seorang muncikari mengetahui kalau yang memesan itu rata-rata orang tua.
"Saya tahu karena kita face to face (berhadapan langsung)," jawabnya lagi.
Selain itu, Gufron juga menanyakan lebih jauh bagaimana praktek itu dilakukan, mulai dari cara merangkul PSK, waktu, tempat hingga dasar melakukan pekerjaan tersebut.
RS menyampaikan, praktek porstitusi online yang sudah dijalankan kurang lebih dua sampai tiga tahun ini, karena faktor kebutuhan ekonomi.
Sementara itu, untuk harganya mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 3 juta semalam, terhitung dari pukul 11.00 WIB ke atas hingga pagi hari. Dan lokasi praktek ini sendiri dilakukan di beberapa hotel berbintang yang ada di Banda Aceh.
"Paling sering di hotel nomor satu di Aceh," ujarnya.
RS menyebutkan perempuan yang menjadi PSK dalam praktek yang dijalankan itu berjumlah 10 hingga 15 orang, kemudian dalam sekali transaksi, ia menerima imbalan Rp 300 sampai Rp 500.
"Paling besar saya pegang Rp 7 juta sebulan, tapi pernah juga tidak mendapatkan sedikitnya pun," imbuhnya.
RS menuturkan, saat melakukan kegiatan yang melanggar Syariat Islam itu, pelanggan dan PSK tidak tahu menahu dengan proses pemesanan kamar, karena yang memesan hotel itu dilakukan olehnya langsung.
"Saya yang pesan kamal hotel, PSK bersama pelanggan tinggal masuk hotel saja," ungkapnya.
Tetapi, RS mengaku tidak melibatkan pihak hotel ketika memesan kamar, bahkan orang hotel sendiri tidak mengetahui adanya praktek tersebut.
"Pihak hotel tidak tahu," katanya.(AJNN)
loading...
Post a Comment