Halloween Costume ideas 2015
Latest Post

AMP - Tulisan ini ditujukan untuk meluruskan pemahaman tentang keberadaan Majelis Pemerintahan Gerakan Aceh Merdeka (MP-GAM). Sangat disesalkan, ambisi-ambisi kekuasaan beberapa orang yang berada dilingkaran gerakan perjuangan telah menyebabkan terjadinya pertikaian antar sesama petinggi GAM. Bahkan orang yang tidak bersalah pun ikut menjadi korban fitnah tersebut. Tulisan ini tidak ditujukan untuk membuka aib orang lain, apalagi hal itu menyangkut tentang eksistensi kawan seperjuangan. Tetapi mengingat adanya kesimpang-siura n sejarah yang sengaja diciptakan, yang boleh jadi akibat dari infiltrasi kepentingan-kep entingan asing guna mengacaukan konsolidasi internal, maka tulisan ini kiranya perlu saya tuliskan.

Konon lagi saat ini, berita-berita fiktif itu telah berkembang dalam masyarakat Aceh, dan belum ada pihak yang memiliki otoritas sejarah yang berani meluruskannya. Almarhum Tgk Hasan M. di Tiro pernah berpesan ”sesuatu yang salah akan dianggap benar, bila kebanyakan orang mengatakan itu benar, sebaliknya kebenaran yang diketahui harus ditegakkan meskipun kita hanya seorang diri” . Sedikit flash back, MP-GAM adalah organ yang dibentuk di Kuala Lumpur pada tahun 1999, oleh para senior GAM yang masih setia kepada perjuangan. Inisiatif pembentukan majelis ini merupakan sikap antisipatif mengingat kondisi kesehatan Wali yang mulai menurun akibat terkena stroke pada Agustus 1997, ditambah lagi dengan fakta rancunya konsolidasi perjuangan setelah diambil alih oleh Malik Mahmud. Malik telah menyingkirkan relatif 90% para loyalis perjuangan di Stockholm dan Malaysia, termasuk diantaranya Panglima Angkatan Darat Tgk. M. Daud Husin.


Beberapa tokoh penting generasi awal sudah tidak lagi mendapat tempat. Sebaliknya Malik pun mulai membangun hegemoni kekuasaannya bersama orang-orang yang relatif mudah dikendalikannya . Secara tidak langsung, bisa kita simpulkan bahwa Malik telah melakukan Kudeta Garis Kepemimpinan.

Banyak orang yang lupa atau tidak mengetahui bahwa (alm.) Tgk. Hasan M. di Tiro telah membentuk Majelis Negara dan menandatangani dekrit pada tanggal 17 Maret 1979, sesaat sebelum beliau berangkat keluar negeri. Dekrit tersebut menegaskan bahwa dalam kondisi Wali Negara yang absen, misalnya karena sakit atau keluar negeri, maka Pemerintahan dijalankan oleh Majelis Menteri (Council of Ministers), yang dikepalai oleh Perdana Menteri dengan beberapa orang Wakil Perdana Menteri.


Dalam kondisi absen tetap, seperti kematian, maka kepemimpinan digantikan secara berturut-turut sesuai dengan ranking senioritas yang telah ditentukan sebagai berikut: Perdana Menteri-1 (PM-1): Dr. Mokhtar Y. Hasbi, Wakil PM-1: Tgk. Haji Ilyas Leube, Wakil PM-2: Dr. Husaini Hasan, Wakil PM-3: Dr. Zaini Abdullah, dan Wakil PM-4: Dr. Zubir Mahmud.

AMP - South Korea and Mexico national team will return to compete in the World Cup 2018. Both will meet each other in a match that was held at Rostov Arena on Saturday (23/06/2018) at 22:00 pm.
The South Korean meeting with Mexico is believed to be very interesting. Therefore, both teams are both eyeing victory when the second game of Group F match 2018 World Cup.
South Korea must victory in this fight if you want to retain his reason to qualify for the round of 16 large. Because, in the inaugural match World Cup 2018, Son Heung-min and friends must swallow the defeat of Sweden with the score 0-1. Therefore, the optimal appearance will certainly be shown the South Korean penggawa in the game.
However, South Korea's move is certainly not going to be easy to win in the second match of this 2018 World Cup. Because, the opponents they will face have the same mission. Mexico is determined to continue its positive trend in South Korea counter action.
The sweet results did get Mexico in the inaugural match World Cup 2018. Surprisingly, they managed to silence the German step to achieve full points in the opening match of Group F. As a result, Mesut Ozil and his friends failed to achieve a single point in the face of Mexico because of 0 -1.
Although Mexico is more favored, desperate to win remains open for South Korea. Because, South Korea managed to record more neat results in previous meetings. Of the six meetings, South Korea can win three wins and hold Mexico's draw once. Of course, this result becomes a big capital of South Korea in the wading game tonight.

AMP - Sebanyak tujuh pintu bilik santri Dayah Babul Huda, di Gampong Padang Sakti, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, ludes terbakar, Jumat (22/6) sekitar pukul 18.15 WIB. Api yang menghanguskan dayah dipimpin oleh Teungku Mahdi Aiyub tersebut diduga berasal dari korsleting listrik.

“Api diduga berasal dari korsleting listrik dan menghanguskan tujuh bilik santri,” kata Kapolsek Muara Satu, AKP Ahmad Yani kepada AJNN, Jumat (23/6) malam.

Kapolsek menjelaskan, adapun kronologi kejadian bermula tiba-tiba api muncul dari salah satu bilik tersebut. Karena biliknya berkontruksi kayu dan beratap rumbia, membuat api mudah menjalar dan membesar sehingga menghanguskan tujuh bilik di dayah tersebut.

“Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Hanya saja kerugian material diperkirakan mencapai Rp 15 juta,” ungkapnya.

Peristiwa kebakaran yang menghanguskan tujuh bilik berkontruksi kayu itu berhasil dipadamkankan oleh mobil pemadam kebakaran milik PT Perta Arun Gas (PAG) dan juga mobil pemadam kebakaran Pemko Lhokseumawe.

“Tidak ada yang bisa diselamatkan, semuanya habis terbakar. Dan api berhasil dipadamkan sekitar pukul 18.45 WIB,” pungkasnya.


BANDA ACEH - Berita Polling Bupati Aceh Selatan pilihan pembaca Media Online LintasAtjeh.com sudah resmi ditutup, Sabtu (16/06/2018), 11 hari jelang Pilkada Serentak tanggal 27 Juni 2018.

Seiring hal tersebut, Pimpinan Redaksi Ari Muzakki menjelaskan bahwa polling ini dilakukan secara independen dan dihitung otomatis oleh mesin web berdasarkan vote para pembaca.

"Semoga dengan adanya polling ini bisa mempengaruhi publik setia LintasAtjeh.com khususnya warga Aceh Selatan untuk memantapkan pilihan pada tanggal 27 Juni mendatang," harapnya.

Namun, berita yang dimuat di LintasAtjeh.com justru dianggap berita bohong alias 'hoax'. Hal ini diketahui dari komentar netizen menanggapi link berita Lintas Atjeh berjudul "Ini Hasil Akhir Polling Bupati Aceh Selatan Pilihan Pembaca Lintas Atjeh" yang dibagikan akun Facebook Al Zikri Rahmatillah, Sabtu (16/06/2018).

"Hoax nyan heheee....(emoticon)," begitu tulis akun Mukhlis Latief dalam postingan komentarnya.

Menanggapi hal tersebut, Pimpinan Redaksi Media Online Lintas Atjeh sangat menyayangkan komentar tidak berdasar tersebut. Apalagi dalam pemberitaan sudah dijelaskan metode hasil polling tersebut.

Terlebih selama ini, Media Online Lintas Atjeh mengusung slogan "Menginspirasi, Mengedukasi dan Anti Hoax".

"Untuk itu, kami meminta penjelasan Sdr. Mukhlis Latief tentang postingan 'hoax' dimaksud. Apalagi dari informasi yang didapat, ternyata akun tersebut adalah milik seorang ASN Pemkab Aceh Selatan sebagai Kasubbid LSM, OKP dan ORMAS Kesbangpol Asep," jelas Ari Muzakki.

Pimred Lintas Atjeh dalam akun Facebook Cak Riri juga mengirim permintaan klarifikasi postingan komentar Mukhlis Latief.

Berikut permintaan klarifikasi tersebut:

Kepada Yth.
Sdr. Mukhlis Latief

Saya, atas nama Pimpinan Redaksi Media Online LintasAtjeh.com, meminta penjelasan postingan anda di kolom komentar yang menanggapi berita dimaksud adalah hoax.

Untuk itu, redaksi mengharap klarifikasi postingan tersebut. Mohon ditunjukkan fakta dan data apa yang dijadikan dasar dan rujukan anda bahwa berita kami mengandung unsur hoax.

Apabila dalam waktu 1 x 24 jam, anda tidak bisa menunjukkan bukti tersebut, patut diduga anda sengaja melakukan fitnah ke media LintasAtjeh.com sekaligus upaya pencemaran nama baik.

Apabila tidak ada etikat baik untuk meminta maaf kepada redaksi dan menghapus postingan tersebut, maka kami akan menempuh jalur hukum.

TTD.
Ari Muzakki
Pimpinan Redaksi
[Red]

AMP - Tender proyek di lingkungan Pemerintah Aceh 2018, diduga dikuasai oleh 9 (sembilan) oknum "cacing" dari pesisir ujung barat, Aceh.

Pasalnya proyek tahun anggaran 2018 yang sudah ditenderkan empat bulan lalu, teryata hanya slogan dan pencitraan dari Gubernur Aceh. Selama ini peryataan Gubernur Aceh bahwa setiap tender dikerjakan secara profesional dan harus bersih tanpa meminta jatah (fee) atau meminta proyek kepada gubernur, hanyalah slogan semata.

Menanggapi hal tersebut, tokoh Masyarakat Anti Korupsi Aceh (MAKA) Rijal Abu Bakar SH, mengatakan, lelang tender dan proyek  prosesnya disebut tidak transparan lagi dan tidak profesional dalam lelang.

"Kepada pihak penegak hukum Aceh, usut tuntas oknum kesembilan cacing," ujar Rijal Abu Bakar kepada media ini, Sabtu 9 Juni 2018.

Fakta dilapangan menunjukan proses tender dan lelang termasuk pengumuman pemenang, jauh hari sudah dipersiapkan dan sudah ada pemenang, seperti dikotak-kotak pembagian proyek. Padahal belum diumukan oleh pihak terkait. Diduga semua proyek dan tender sudah diatur oknum 9 "Cacing" dari pesisir ujung barat dalam pemenangan tender tersebut. Kesembilan oknum cacing yakni, inisial ZY, SB, SD, RP, Tr, Is, SA, AM dan IY.

"Program Aceh Hebat dan Aceh Bermartabat akan tercoreng oleh kesembilan oknum cacing dari pesisir barat, dan mereka akan bebas melakukan aksinnya serta mengorbankan Rakyat Aceh demi meraih kekayaan semata," pungkas Rijal Abu Bakar.

Sementara itu tokoh masyarakat Aceh, Ridwan Saidi Abdulah, meminta setiap proyek dan tender yang sebagian telah diumukan dijelaskan dan dibuka kepada publik agar masyarakat Aceh dapat mengetahui dan bisa mengawasi setiap pekerjaan kontraktor yang bertugas mengerjakan proyek-proyek.

"Sungguh disayangkan bahwa program Gubernur Aceh Bapak Irwandi Yusuf yang sudah bagus dan menyentuh rakyat, tapi rusak oleh ulah sembilan oknum tersebut dengan memanfaatkan dan mengambil keuntungan pribadi untuk kelompoknnya sendiri," sesal Ridwan Saidi Abdullah.

Hal itu sebutnya, dapat berakibat fatal terhadap elektabilitas partai Pemerintahan Aceh pada Pilpres 2019 nanti. Padahal katanya, Irwandi Yusus telah berusaha keras mensejahterakan semua pihak, pada pilpres dan pilkada 2019 mendatang.

Sementara, Juru Bicara Pemerintah Aceh Saifullah Abdulgani, menegaskan tidak ada kebijakan bagi bagi proyek. "Saya ingin menyampaikan tidak ada kebijakan Pemerintah Aceh untuk memberikan hak hak dispensasi kepada oknum oknum untuk memenangkan tender pemenangan umum atau menguasai proyek proyek di Pemerintah Aceh," tegasnya saat dikonfirmasi IJN via seluler, Sabtu 9 Juni 2018.

Dia menegaskan, apabila ada oknum yang memancing di air keruh, baik dari pejabat di Pemerintah Aceh atau sipil, akan diambil tindakan tegas. "Kalau tahu (orangnya), silahkan laporkan untuk diambil tindakan tegas," pungkasnya.

AMP - Kecelakaan lalu lintas melibatkan satu truk tronton, mobil penumpang (mopen) Rush dan sepeda motor Vario di lintasan Jalan Medan-Banda Aceh, Gampong Pulo, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara, mengakibatkan satu korban tewas dan lima lainnya mengalami luka berat. Kecelakaan itu terjadi pada Kamis, 31 Mei 2018, pukul 15.00 WIB.

Kapolres Aceh Utara AKBP Ian Rizkian Milyardin, melalui Kasat Lantas Iptu Sandy Titah Nugraha kepada portalsatu.com menyebutkan, korban tewas merupakan pengemudi mopen Rush B 1782 CVI yaitu, Srianto, 42 tahun, warga Gampong Unit V, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara.

"Tiga penumpang Rush yang mengalami luka-luka, yaitu Emi Sunarti, 42 tahun, Hafid, 3 tahun. Keduanya merupakan istri dan anak pengemudi Rush yang tewas. Selain itu satu penumpang Rush lainnya yang luka, Nadimah, 63 tahun,  warga Gampong Babussalam, Kecamatan Baktiya, Aceh Utara," ujar Sandy.

Sandy melanjutkan, pengendara sepeda motor Vario BK 2329 PAV yang luka berat, M. Akbar Harahap, 26 tahun, anggota TNI dengan alamat Asrama TNI Bataliyon 113 Bireuen dan istrinya, Astika, 22 tahun. Sementara pengemudi truk tronton BL 8985 NH, Anwar, 45 tahun, warga Gampong Dayah, Kecamatan Matang Geulumpang II, Bireuen.

"Penumpang mobil Rush yang luka berat dibawa ke RSUD Cut Meutia, sementara pengendara sepeda motor dan istrinya dibawa ke RS Kesrem Lhokseumawe. Emi Sunarti, istri pengemudi Rush mengalami benturan keras di dada,  sehingga hidungnya terus-menerus mengeluarkan darah, anaknya yang berusia 3 tahun patah kaki, ibunya juga luka berat. Anggota TNI dan istrinya yang naik sepeda motor kritis, sementara sopir tronton tidak luka," terang salah seorang anggota Satuan Lalu lintas Polres Aceh Utara kepada portalsatu.com via telepon seluler.[portalsatu.com]

PADA 26 Maret 1873, kapal komando Citadel van Antwerpen melego jangkar di perairan Aceh. F.N. Neuwenhujzen, perwakilan Dewan Hindia Belanda memaklumatkan perang karena Kesultanan Aceh menolak tunduk pada kuasa kolonial. Berkobarlah Perang Aceh (1873-1914).

Johannes Benedictus van Heutsz (1851-1924) hadir ketika pemerintah kolonial nyaris kehilangan akal sambil menghitung kerugian sumberdaya manusia dan ekonomi akibat Perang Aceh. Di awal perang Van Heutsz hanya seorang letnan dua, pangkatnya melesat menjadi gubernur militer di Aceh pada 1898.

“Sukses Jenderal van Heutsz di Aceh membuatnya menjadi pahlawan ekspansionis yang populer, dan pendukungnya berhasil membungkam keraguan dan suara kritis (dari pendukung antiimperialisme) di media dan parlemen Belanda,” tulis sejarawan Adrian Vickers dalam A History of Modern Indonesia.

Untuk menaklukan Aceh, Van Heutsz tukar pikiran dengan Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936), penasihat kolonial bidang bahasa-bahasa Timur dan hukum Islam. Hasilnya, dia melakukan manuver mematikan mulai dari mengadu domba garda depan perlawanan gerilya rakyat Aceh, kaum ulama dan uleebalang (bangsawan); merestrukturisasi pasukan, dan strategi bumi hangus, sampai pembantaian. Berkat aksinya di Aceh, pamor Van Heutsz kian naik sampai puncak menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda (1904-1909).

Meski namanya kontroversial sebagai figur kolonialis dan imperialis Belanda, Van Heutsz tetap meninggalkan warisan ketokohan besar yang membuat namanya tetap dikenang dalam memori kolektif masyarakat Belanda. Namanya diabadikan mulai dari nama kapal sampai lagu mars.

Kapal

Kapal Van Heutsz diluncurkan pada Maret 1926. Kapal penumpang ini melayari rute Hindia Belanda ke Singapura dan Cina dalam naungan Perusahaan Pelayaran Kerajaan Belanda (KPM). Selama Perang Dunia II, Van Heutsz disewakan kepada Kementrian Transportasi Perang Inggris terhitung sejak 25 Juni 1942, sebelum akhirnya berhenti beroperasi pada 1957. Dua tahun kemudian jadi besi tua.

Monumen

Pada 1932, monumen Van Heutsz didirikan di Aceh dan Batavia (sekarang Jakarta). Monumen di Batavia terletak di Menteng, begitu megah dengan relief orang Aceh, Jawa dan Papua yang melambangkan tuntasnya pasifikasi Belanda pada masa pemerintahan Van Heutsz. Sejak zaman pendudukan Jepang, monumen ini jadi sasaran perusakan karena melambangkan sentimen kolonial. Monumen ini dihancurkan pada 1953 dan di lahannya didirikan Masjid Cut Meutia.

Pada 15 Juni 1935, Ratu Belanda Wilhelmina meresmikan monumen Van Heutsz di Amsterdam di tengah kritik keras dari kaum komunis dan sosialis. Monumen itu tingginya 18,7 meter, dengan patung perempuan memegang lembaran hukum, dan relief-relief lainnya. Pada 1943, anak Van Heutsz, seorang perwira SS Nazi, Johaan Bastiaan Heutsz, menulis surat kepada walikota Amsterdam meminta monumen itu dipugar.

Setelah menjadi target vandalisme berulang kali, bahkan empat kali percobaan peledakan dengan dinamit, monumen ini akhirnya dipugar pada 2004 dan namanya diganti menjadi Monumen Belanda-Indonesia untuk mengenang hubungan historis kedua negara.

“Semenjak awal, Monumen Van Heutsz menjadi fokus protes menentang pemerintahan kolonial, penindasan, dan bahkan dugaan kejahatan perang oleh pasukan Belanda,” tulis Willeke Wendrich, “Visualizing the Dynamics of Monumentality,” termuat dalam Approaching Monumentality in Archaeology suntingan James F. Osborne.

“Namun tetap saja, ingatan kultural akan monumen yang ‘lama’ tetap terpatri, dan pada tahun 2011 sekali lagi monumen ini mengalami aksi perusakan,” tambahnya.

Jalan

Tak jauh dari Monumen Van Heutsz di Menteng, terdapat jalan Van Heutsz Boulevaard. Jalan raya lebar ini dibangun untuk memfasilitasi kawasan elite Menteng yang penuh dengan bangunan-bangunan mewah. Ketika Indonesia merdeka, Van Heutsz Boulevaard berganti nama menjadi Jalan Teuku Umar, pahlawan perang Aceh.

Resimen


Citra militeristik Van Heutsz hidup kembali dalam nama resimen infantri tentara Kerajaan Belanda, Regiment van Heutsz, yang dibentuk pada 1 Juli 1950. Resimen yang berperan dalam aksi pertahanan udara ini dibentuk sebagai “pembawa tradisi KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda)” dan dipersiapkan sebagai partisipasi Belanda dalam Perang Korea (1950-1953).

“Pasukan yang personelnya terdiri dari beragam latar belakang itu dibentuk, termasuk dari mantan anggota resistansi (perlawanan), pasukan pembebas Belanda, bahkan mantan tentara Nazi. Mereka ditempatkan di Korea sampai 1954. Total 158 perwira dan 3.192 personel lainnya bertempur di Korea,” tulis Paul M. Edwards dalam United Nations Participants in the Korean War: The Contributions of 45 Member Countries.

Resimen Van Heutz terlibat dalam tiga pertempuran kunci antara 1951-1953. Resimen ini mendapat medali penghargaan dari pemerintah Amerika Serikat dan Belanda. Resimen ini masih aktif sampai sekarang dan tugas terakhirnya pada 2010 sebagai pasukan multinasional di Afghanistan.

Mars

Nama Van Heutsz turut diabadikan dalam sebuah mars militer, seperti tercantum dalam sebuah situs tentang Van Heutsz (vanheutsz.nl). Mars tersebut, yang dinamakan Mars Van Heutsz, diciptakan oleh A. Van Veluwen dan dipentaskan untuk kali pertama pada 1954. Mars ini menjadi mars milik Resimen Van Heutsz. Komposisi mars ini kemudian menginspirasi lagu yang populer di kalangan komunitas Indo-Belanda, berjudul “Ajoen."[historia.id]

RATUSAN keping koin emas kuno peninggalan Kesultanan Aceh ditemukan penduduk di Gampong Pande, Aceh, pada 11 November 2013. Beberapa koin bertuliskan nama Alaudin Riayat Syah Al-Kahar, sultan Aceh, berdampingan dengan Sulaiman I, sultan Ottoman Turki. Penemuan ini bukti penting yang menegaskan hubungan diplomatik antara Aceh dan Ottoman sejak abad ke-16.

Sultan Al-Kahar adalah Sultan Aceh ketiga yang berasal dari Dinasti Meukuta Alam, dinasti pendiri Kerajaan Aceh. Dia berkuasa antara tahun 1537 sampai 1571. Pada masanya, Aceh menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang dominan di Sumatra dan Semenanjung Malaka.

Portugis, yang menguasai Malaka sejak tahun 1511, menjadi rival Aceh dalam meluaskan pengaruhnya di Selat Malaka, baik dalam konteks politik maupun ekonomi. Karena itu, Aceh menjalin kontak dengan Kesultanan Ottoman untuk menjajaki kerjasama menghadapi Portugis.

“Setelah tumbuh menjadi lebih besar dari sebelumnya, Kesultanan Ottoman menjelma menjadi tempat bagi kerajaan-kerajaan Islam di Timur (India dan Kepulauan Nusantara) yang baru berkembang menaruh harapan dalam menghadapi Portugis,” tulis Giancarlo Casale dalam The Ottoman: Age of Exploration.

Utusan Aceh kali pertama datang ke Istanbul pada 1562. Mereka meminta bantuan senjata berupa meriam. Terkesan dengan utusan Aceh ini, sultan yang berkuasa saat itu, Sulaiman I, mengirimkan meriam beserta teknisinya serta seorang diplomat bernama Lutfi Bey.

Kedatangan Lutfi Bey ke Aceh menjadi penting karena berdasarkan laporannya, orang-orang Turki menjadi paham posisi strategis Aceh sebagai pusat perdagangan dan garis terdepan umat Islam dalam menghadapi Kristen Portugis di Nusantara. Aceh sendiri antusias menjadi bawahan Kesultanan Ottoman.

“Surat diplomatik yang Lutfi Bey bawa ketika dia kembali ke Istanbul pada 1566, menyatakan bahwa Sultan Al-Kahar tidak lagi ingin sekadar meminta senjata kepada Sultan Sulaiman I. Tidak pula ingin menjalin hubungan politik antar dua kerajaan yang berdiri sama sejajar. Melainkan dia ingin agar dirinya dan negerinya, Aceh, diperintah secara langsung oleh Sultan Sulaiman I sebagai ganti bantuan Ottoman dalam menghadapi Portugis,” lanjut Casale.

Antusiasme Aceh ditanggapi positif oleh Sultan Sulaiman I sebelum akhirnya dia mangkat dan digantikan Sultan Selim II. Dia memerintahkan angkatan lautnya untuk mengirim armada sebanyak 15 kapal layar ke Aceh yang bermuatan prajurit, penasehat militer, teknisi meriam, juga tukang-tukang seperti penambang, pandai besi, dan pandai emas.

Sayangnya, armada yang dijadwalkan tiba di Aceh pada 1568 terpaksa mengalihkan perjalanan ke Yaman, Arab Selatan, untuk memadamkan sebuah pemberontakan. Hanya dua buah kapal yang tiba di Aceh tanpa membawa senjata. Kedua kapal itu membawa sekelompok pedagang dan teknisi meriam, yang tidak cukup untuk memuluskan rencana Sultan Al-Kahar menyerang Portugis di Malaka pada 1570.

Penambangan dan penempaan bijih besi bukan barang baru di Aceh. Sejak zaman Samudra Pasai pada abad ke-14, timah dan emas telah ditemukan, bahkan dijadikan satuan mata uang dengan ukiran nama raja yang berkuasa di kedua sisinya. Mereka menempa mata uang timah yang bernama cash dan mata uang dari emas yang bernama mas. Sistem ini kemudian diadopsi raja-raja Aceh.

Menurut Denys Lombard dalam Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Sultan Al-Kahar-lah yang memperkenalkan mata uang Aceh pertama, yakni dirham.

“1 pardew (mata uang Portugis yang ditempa di Goa, India) sama dengan 4 dirham Aceh,” tulis Lombard. “Namun nilai mata uang itu sendiri sering mengalami perubahan yang besar sekali. Para penjelajah selalu memberi nilai yang berbeda-beda, kadang-kadang bahkan dalam jarak waktu yang hanya beberapa bulan.”

Nama Sultan Sulaiman I yang terukir bersanding dengan Sultan Al-Kahar dalam beberapa koin emas Aceh merupakan bukti pengakuan Kesultanan Aceh atas kekuasaan Kesultanan Ottoman sebagai pemegang inti dunia Islam saat itu. Nama Sultan Ottoman juga selalu disebutkan dalam tiap khotbah Jumat. [historia.id]

AMP - Akhirnya terungkap jejak gadis Pidie Jaya (Pijay), Anisah binti Martonis (19) yang naik L-300 menuju rumah paman di Banda Aceh.

Dara asal Gampong Mesjid Puduek, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya sebelumnya tidak diketahui keberadaannya dalam perjalanan menuju Banda Aceh, sejak Sabtu (19/5/2018) sekira pukul 10.00 WIB.

Ternyata Anisah dibawa kabur oleh sang pacarnya, Sutikno ke Jakarta pada hari yang sama melalui bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar.

“Dari hasil pencarian pihak keluarga hingga ke Bandara SIM Blang Bintang, Aceh Besar, Selasa (22/5/2018) petang, melalui manifes pihak Garuda Indonesia BTJGA 002, ternyata Anisah dibawa kabur oleh pacarnya, Sutikno ke Jakarta,” kata Wulan binti Martonis Rabu (23/5/2018).
Tak hanya itu, setelah keluarga

memperlihatkan foto Anisah, pihak Garuda Indonesia juga membenarkan adanya dua penumpang yang berangkat ke Jakarta (Anisah dan Sutikno).
Pihak Garuda Indonesia juga turut memperlihatkan gambar sosok kedua saat boarding pass.

Besar kemungkinan pada saat hendak kabur Anisah melakukan kedok untuk pergi menumpang mobil L-300 ke tempat paman di Banda Aceh.

Sementara sang pacar telah menunggu di Bandara SIM untuk selanjutnya berangkat ke Jakarta dengan mematikan ponsel pribdadinya agar tidak tersambung komunikasi oleh pihak keluarga.

Bahkan hingga hari ini saat dihubungi tak kunjung aktif.

Diakui selama ini Anisah menjalin hubungan pacaran dengan Sutikno melalui media sosial (Medsos) secara diam-diam.

“Bisa jadi dia (Anisah) selama ini menjalin hubungan (Pacaran) melalui Medos tersebut secara diam-diam. Tapi apapun hubungan mereka, yang jelas ini Sutikno telah membawa kabur keluarga saya dan kami tetap melaporkan tindakan pelaku ke ranah hukum,”jelasnya.

Selain itu pihak keluarga sangat berharap Anisah dapat pulang ke kampung halaman kembali agar masalah ini dapat diselesaikan secara baik.

Sebelumnya, pihak keluarga sejak Senin (21/5/2018) resmi melaporkan ke pihak aparat Kepolisian Polsek Trienggadeng, Pijay.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejak Sabtu (19/5/2018) sekira pukul 10.00 WIB meninggalkan rumah hendak ke rumah pamannya di Banda Aceh.
Wulan binti Martunis, kakak kandungnya kepada Serambi Minggu (20/5/2018) mengatakan, Anisah persis pada Sabtu (19/5/2018) sekira pukul 10.00 WIB pergi ke Banda Aceh ke tempat pamannya dengan menumpang mobil minibus jenis L-300.

Saat itu ia menggunakan pakaian merah.

“Terakhir, kami dapat menghubungi pada hari keberangkatannya, Sabtu (19/5) sekira pukul 14.30 WIB dengan posisi masih di kawasan Saree, Aceh Besar dan selebihnya tidak ada hubungan komunikasi sama sekali sampai saat ini,” sebutnya.

Dengan kondisi demikian seluruh keluarga baik di Mesjid Pueduek Trienggadeng maupun di Banda Aceh menjadi resah.

Karena dara kelahiran 9 Maret 1999 itu belum juga kunjung kembali kepada keluarga serta tidak diketahui keberadaannya sama sekali.

Berbagai usaha pencarianpun telah dilakukan tapi belum juga membuahkan hasil.

Adapun ciri-cirinya yaitu, berkulit sawo matang, rambut panjang ikal panjang, wajah bulat oval.

“Kami berharap bagi siapapun yang menemukan Anisah dapat menghubungi nomor Hand Phone 081269997587 atas nama Wulan Martunis,”katanya.( Serambinews)
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget