Tinggalkan Partai Aceh, Gerindra Bangun Koalisi dengan PNA
Deklarasi koalisi Gerindra dan PNA di DPRK Aceh Barat. Foto: AJNN.Net/Darmansyah Muda |
AMNews - Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Aceh Barat sudah menetapkan 25 orang wakil rakyat yang terpilih dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 yang lalu.
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra langsung membangun koalisi. Partai Nanggroe Aceh (PNA) dipilih oleh Gerindra untuk membangun koalisi poros tengah.
Padahal, Ketua Gerindra Aceh Barat Banta Puteh Syam merupakan wakil bupati setempat. Ia maju bersama Ramli MS yang merupakan politisi Partai Aceh. Keputusan Gerindra membangun koalisi dengan PNA menjadi pertanyaan bagi publik di Aceh Barat. Mungkinkan Banta Puteh Syam sudah ditinggal oleh Ramli MS.
Apalagi selama ini kabar keretakan orang nomor satu dan dua di Aceh Barat itu sudah kencang berhembus. Untuk diketahui, Gerindra berhasil meraih empat kursi dalam Pileg yang lalu, sementara PNA hanya mendapatkan satu kursi.
Bahkan, koalisi poros tengah yang dibangun partai nasional dan partai lokal ini digadang-gadang menjadi penyeimbang dalam pengawasan terhadap pemerintahan kabupaten setempat. Banta Puteh Syam mengaku tidak mau kinerja pemerintahnya bersama Ramli MS tidak diawasi oleh anggota DPRK yang berasal dari partai besutannya itu.
Ia malah mengungkapkan koalisi poros tengah ini merupakan koalisi yang akan menjadi penyeimbang dalam menilai kinerja pemerintahan. Sehingga apabila ada kesalahan pemerintah dalam pembangunan agar dikritik, namun apabila kinerjanya bersama Ramli MS berjalan baik, maka wajib juga diapresiasi.
“Koalisi ini bisa terjadi karena kami dengan tujuan yang sama, dengan harapan masa kerja parlemen lima tahun kedepan benar-benar bisa melaksanakan tugas yang baik, dimana tiga fungsi bisa berjalan dengan baik, sehingga dengan demikian tugas pemerintahan pun bisa berjalan,” kata Banta Puteh, Senin (30/7) malam.
Banta Puteh mengungkapkan kalau Partai Gerindra selama selama dua periode yang lalu harus berpuasa atau tidak mendapatkan kursi. Pasalnya sistim pengelolaan partai itu sebelumnya masih kurang sempurna.
"Bahkan saat tongkat kepemimpinan diserahkan kepada saya, Partai Gerindra Aceh Barat tidak memiliki apapun," ungkapnya.
Keberhasilan Gerindra meraih empat kursi di DPRK merupakan perjuangan panjang yang dilakukan dirinya bersama kader lainnya. Bahkan, tekanan-tekanan dari pihaknya lain cukup banyak, namun itu semua mampu dilalui, sehingga mampu mengantarkan beberapa wakil mereka ke dewan.
“Secara etik saya tidak boleh bilang siapa yang tekan, pokoknya Partai Gerindra mendapat tekanan habis, tapi kami menganggap tekanan ini adalah dukungan. Allhamdulillah selama perjuangan tidak ada selisih faham, kemudian dibarengi dengan doa dan saya mengajak teman-teman untuk harus menonjolkan kesabaran dan santun dalam berjuang,” ungkapnya.
Mantan Sekda Aceh Barat itu juga mengungkapkan kedepan akan lahi koalisi oposisi yang di dalamnya terdapat PAN dan Golkar. Sementara Partai Aceh akan menjadi partai pendukung pemerintahan. Sementara Demokrat, PPP dan PKS, secara otomatis akan membentuk fraksi bersama, namun dirinya tidak tahu akan berlabuh kemana.
"Lewat koalisi poros tengah ini saya sudah sangat siap dikritik kader sendiri. Bahkan jauh hari sebelum berkoalisi saya sudah lebih dulu mewanti-wanti kadernya untuk tidak terpengaruh dengan posisinya sebagai wabup. Saya tetap mengatakan jalankan fungsi dewan, salah satunya pengawasan," kata Banta.
Menurutnya ada dua hal yang harus didorong dalam pemerintahan Ramli-Banta, diataranya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan penegakan syariat Islam secara kaffah.
“Jadi untuk dua hal ini butuh keseimbangan, jika tidak ada keseimbangan dalam penganggaran dan pembangunan, maka inilah yang harus dikritik dan diberikan masukan oleh koalisi poros tengah,” ucapnya.
Sumber: Ajnn.net
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra langsung membangun koalisi. Partai Nanggroe Aceh (PNA) dipilih oleh Gerindra untuk membangun koalisi poros tengah.
Padahal, Ketua Gerindra Aceh Barat Banta Puteh Syam merupakan wakil bupati setempat. Ia maju bersama Ramli MS yang merupakan politisi Partai Aceh. Keputusan Gerindra membangun koalisi dengan PNA menjadi pertanyaan bagi publik di Aceh Barat. Mungkinkan Banta Puteh Syam sudah ditinggal oleh Ramli MS.
Apalagi selama ini kabar keretakan orang nomor satu dan dua di Aceh Barat itu sudah kencang berhembus. Untuk diketahui, Gerindra berhasil meraih empat kursi dalam Pileg yang lalu, sementara PNA hanya mendapatkan satu kursi.
Bahkan, koalisi poros tengah yang dibangun partai nasional dan partai lokal ini digadang-gadang menjadi penyeimbang dalam pengawasan terhadap pemerintahan kabupaten setempat. Banta Puteh Syam mengaku tidak mau kinerja pemerintahnya bersama Ramli MS tidak diawasi oleh anggota DPRK yang berasal dari partai besutannya itu.
Ia malah mengungkapkan koalisi poros tengah ini merupakan koalisi yang akan menjadi penyeimbang dalam menilai kinerja pemerintahan. Sehingga apabila ada kesalahan pemerintah dalam pembangunan agar dikritik, namun apabila kinerjanya bersama Ramli MS berjalan baik, maka wajib juga diapresiasi.
“Koalisi ini bisa terjadi karena kami dengan tujuan yang sama, dengan harapan masa kerja parlemen lima tahun kedepan benar-benar bisa melaksanakan tugas yang baik, dimana tiga fungsi bisa berjalan dengan baik, sehingga dengan demikian tugas pemerintahan pun bisa berjalan,” kata Banta Puteh, Senin (30/7) malam.
Banta Puteh mengungkapkan kalau Partai Gerindra selama selama dua periode yang lalu harus berpuasa atau tidak mendapatkan kursi. Pasalnya sistim pengelolaan partai itu sebelumnya masih kurang sempurna.
"Bahkan saat tongkat kepemimpinan diserahkan kepada saya, Partai Gerindra Aceh Barat tidak memiliki apapun," ungkapnya.
Keberhasilan Gerindra meraih empat kursi di DPRK merupakan perjuangan panjang yang dilakukan dirinya bersama kader lainnya. Bahkan, tekanan-tekanan dari pihaknya lain cukup banyak, namun itu semua mampu dilalui, sehingga mampu mengantarkan beberapa wakil mereka ke dewan.
“Secara etik saya tidak boleh bilang siapa yang tekan, pokoknya Partai Gerindra mendapat tekanan habis, tapi kami menganggap tekanan ini adalah dukungan. Allhamdulillah selama perjuangan tidak ada selisih faham, kemudian dibarengi dengan doa dan saya mengajak teman-teman untuk harus menonjolkan kesabaran dan santun dalam berjuang,” ungkapnya.
Mantan Sekda Aceh Barat itu juga mengungkapkan kedepan akan lahi koalisi oposisi yang di dalamnya terdapat PAN dan Golkar. Sementara Partai Aceh akan menjadi partai pendukung pemerintahan. Sementara Demokrat, PPP dan PKS, secara otomatis akan membentuk fraksi bersama, namun dirinya tidak tahu akan berlabuh kemana.
"Lewat koalisi poros tengah ini saya sudah sangat siap dikritik kader sendiri. Bahkan jauh hari sebelum berkoalisi saya sudah lebih dulu mewanti-wanti kadernya untuk tidak terpengaruh dengan posisinya sebagai wabup. Saya tetap mengatakan jalankan fungsi dewan, salah satunya pengawasan," kata Banta.
Menurutnya ada dua hal yang harus didorong dalam pemerintahan Ramli-Banta, diataranya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan penegakan syariat Islam secara kaffah.
“Jadi untuk dua hal ini butuh keseimbangan, jika tidak ada keseimbangan dalam penganggaran dan pembangunan, maka inilah yang harus dikritik dan diberikan masukan oleh koalisi poros tengah,” ucapnya.
Sumber: Ajnn.net