BR (21) mahasiswi cantik semester akhir salah satu perguruan tinggi negeri di Palembang diperkosa oleh seorang dosen berinisial DS. BR usai melapor ke Polisi. (Ad H/Koran SINDO) |
AMP - BR (21) mahasiswi cantik semester akhir salah satu perguruan tinggi negeri di Palembang diperkosa oleh seorang dosen berinisial DS. Pelaku DS merupakan dosen salah satu universitas di Kota Palembang yang tak lain merupakan orang tua angkat sekaligus suami dari EL dosen pembimbing skripsi BR.
Dugaan pemerkosaan itu terungkap setelah BR didampingi orang tuanya mendatangi Polresta Palembang, Jum'at (29/4/2016), untuk memenuhi panggilan penyidik unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) guna dilakukan pemeriksaan lanjutan terhadap dirinya.
Dari cerita BR, dugaan pemerkosaan berawal ketika saat dirinya sedang menyelesaikan skripsi miliknya. Lantaran skripsi yang dikerjakannya cukup rumit, membuat BR akhirnya rutin berkunjung ke kediaman EL, dosen pembimbingnya di univeritas untuk berdiskusi terkait kendala yang dialaminya dalam menyelesaikan skripsi itu.
Dari situ, BR sering bertemu dengan DS suami EL yang juga seorang dosen hingga terjadi keakraban antara mereka. Bahkan diketahui, karena tidak mempunyai anak, DS dan EL menganggap BR sebagai anak mereka. Begitu juga BR yang menganggap kedua pasangan tersebut sebagai orang tuanya.
Singkat cerita, keakraban sebagai orang dan anak pun terjalin. Sehingga BR pun tak canggung untuk menginap di kediaman keluarga dosen tersebut.
"Mereka mempunyai rumah di Indralaya. Tapi karena pak DS ini dosen univeritas swasta, jadi dia ngekos di Palembang, sementara EL dosennya sendiri. Saya memang sering main ke kediaman mereka, kami sudah dekat. Bahkan seperti keluarga," ujar korban BR, saat di Polresta Palembang.
Dikatakan korban, DS juga kerap membantunya untuk menyelesaikan skripsi tersebut. Termasuk mencari sample penelitian yang dibutuhkan BR dalam skripsi tersebut.
Namun petaka itu datang pada awal Januari silam, atau tepatnya enam bulan setelah perkenalan BR dengan DS.
Sebelum kejadian itu, BR yang sedang pulang ke kampung halamannya di Jambi, tiba-tiba mendapat telepon dari DS dan mengatakan jika sample penelitian yang dibutuhkan BR sudah ditemukannya.
"Pak DS itu membantu saya untuk mencarikan sample yang saya butuhkan. Malam itu dia mengabarkan jika samplenya sudah ada dan saya disuruh datang malam itu juga," terangnya.
Tiba di Palembang, BR pun dijemput oleh DS. Tapi karena sudah larut malam, DS akhirnya menawarkan korban BR untuk menginap di kamar kostnya.
"Awalnya saya tidak mau karena istri pak DS (EL) tidak bisa datang. Tapi karena pak DS meyakinkan saya jika tak akan terjadi apa-apa, jadi saya mau," ungkapnya.
Lelah dengan perjalanan jauh, akhirnya BR langsung tertidur saat tiba di kamar kost milik DS. "Baru saja tidur, saya terbangun dan melihat pak DS sudah berada di atas badan saya. Saya mencoba melawan pak, tapi tenaganya terlalu kuat," keluhnya.
Setelah kejadian itu, kata BR, DS mengancam dirinya agar tidak menceritakan kejadian tersebut ke orang lain.
"Dia mengancam akan menghambat penyelesaian skripsi dan menunda wisuda saya. Dia mengatakan punya hak untuk itu karena dia suami dosen pembimbing saya," timpalnya.
Rupanya, perbuatan itu DS kembali diulangi. Sejak awal Januari 2016 lalu, sedikitnya sudah tiga kali aksi bejat DS dilakukan terhadap korban.
"Saya tidak berani bercerita karena diancam itu. Karena saya tertunda wisuda, kasihan dengan orang tua saya," katanya.
Namun, BR ternyata tak mampu untuk menutupi aibnya tersebut, dan akhirnya bercerita kepada EL. Malangnya, bukan tanggapan perihatin yang diterima olehnya, EL justru menuduh BR sudah berselingkuh dengan DS.
"Ibu EL tidak mau mendengar penjelasan saya. Dia juga akhirnya menelepon orang tua saya, sehingga orang tua saya yang ada di Jambi datang ke Palembang," ungkapnya.
Setelah ibunda BR datang ke Palembang, terjadilah pertemuan diantara kedua keluarga ini. Keluarga BR menuntut tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan oleh DS. Namun DS enggan bertanggung jawab, dan akhirnya BR beserta keluarga memutuskan untuk menempuh jalur hukum.
"Pak DS itu juga sebelumnya sempat mengajari saya untuk tidak menceritakan kejadian itu, tapi saya tidak mau. Intinya dia tidak mau tanggung jawab," terangnya.
Sementara ibunda BR, Nurhayati mengatakan, awalnya ketika terjadi pertemuan antar kedua korban DS sempat membantah peristiwa itu, namun setelah diajak berkomunikasi secara kekeluargaan, DS akhirnya mengakui semua perbuatannya.
"DS mengaku hanya sekali melakukan itu. Saya hanya menuntut tanggung jawab, agar anak saya ini cepat selesai kuliahnya, dan setelah itu akan saya bawa pulang, namun ternyata tidak ada tanggapan. Saya hanya menutut kebenaran saja. Saya harap pelakunya ditangkap dan dihukum sesuai apa yang dia lakukan," kata Nurhayati.
Kasatreskrim Polresta Palembang Kompol Maruly Pardede mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan saksi-saksi.
"Saksi-saksi masih kita periksa. Sekaligus menunggu hasil visum dari rumah sakit. Pasti akan kita lakukan pemanggilan terhadap terlapor," timpal Kasat. [Sindonews]
Dugaan pemerkosaan itu terungkap setelah BR didampingi orang tuanya mendatangi Polresta Palembang, Jum'at (29/4/2016), untuk memenuhi panggilan penyidik unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) guna dilakukan pemeriksaan lanjutan terhadap dirinya.
Dari cerita BR, dugaan pemerkosaan berawal ketika saat dirinya sedang menyelesaikan skripsi miliknya. Lantaran skripsi yang dikerjakannya cukup rumit, membuat BR akhirnya rutin berkunjung ke kediaman EL, dosen pembimbingnya di univeritas untuk berdiskusi terkait kendala yang dialaminya dalam menyelesaikan skripsi itu.
Dari situ, BR sering bertemu dengan DS suami EL yang juga seorang dosen hingga terjadi keakraban antara mereka. Bahkan diketahui, karena tidak mempunyai anak, DS dan EL menganggap BR sebagai anak mereka. Begitu juga BR yang menganggap kedua pasangan tersebut sebagai orang tuanya.
Singkat cerita, keakraban sebagai orang dan anak pun terjalin. Sehingga BR pun tak canggung untuk menginap di kediaman keluarga dosen tersebut.
"Mereka mempunyai rumah di Indralaya. Tapi karena pak DS ini dosen univeritas swasta, jadi dia ngekos di Palembang, sementara EL dosennya sendiri. Saya memang sering main ke kediaman mereka, kami sudah dekat. Bahkan seperti keluarga," ujar korban BR, saat di Polresta Palembang.
Dikatakan korban, DS juga kerap membantunya untuk menyelesaikan skripsi tersebut. Termasuk mencari sample penelitian yang dibutuhkan BR dalam skripsi tersebut.
Namun petaka itu datang pada awal Januari silam, atau tepatnya enam bulan setelah perkenalan BR dengan DS.
Sebelum kejadian itu, BR yang sedang pulang ke kampung halamannya di Jambi, tiba-tiba mendapat telepon dari DS dan mengatakan jika sample penelitian yang dibutuhkan BR sudah ditemukannya.
"Pak DS itu membantu saya untuk mencarikan sample yang saya butuhkan. Malam itu dia mengabarkan jika samplenya sudah ada dan saya disuruh datang malam itu juga," terangnya.
Tiba di Palembang, BR pun dijemput oleh DS. Tapi karena sudah larut malam, DS akhirnya menawarkan korban BR untuk menginap di kamar kostnya.
"Awalnya saya tidak mau karena istri pak DS (EL) tidak bisa datang. Tapi karena pak DS meyakinkan saya jika tak akan terjadi apa-apa, jadi saya mau," ungkapnya.
Lelah dengan perjalanan jauh, akhirnya BR langsung tertidur saat tiba di kamar kost milik DS. "Baru saja tidur, saya terbangun dan melihat pak DS sudah berada di atas badan saya. Saya mencoba melawan pak, tapi tenaganya terlalu kuat," keluhnya.
Setelah kejadian itu, kata BR, DS mengancam dirinya agar tidak menceritakan kejadian tersebut ke orang lain.
"Dia mengancam akan menghambat penyelesaian skripsi dan menunda wisuda saya. Dia mengatakan punya hak untuk itu karena dia suami dosen pembimbing saya," timpalnya.
Rupanya, perbuatan itu DS kembali diulangi. Sejak awal Januari 2016 lalu, sedikitnya sudah tiga kali aksi bejat DS dilakukan terhadap korban.
"Saya tidak berani bercerita karena diancam itu. Karena saya tertunda wisuda, kasihan dengan orang tua saya," katanya.
Namun, BR ternyata tak mampu untuk menutupi aibnya tersebut, dan akhirnya bercerita kepada EL. Malangnya, bukan tanggapan perihatin yang diterima olehnya, EL justru menuduh BR sudah berselingkuh dengan DS.
"Ibu EL tidak mau mendengar penjelasan saya. Dia juga akhirnya menelepon orang tua saya, sehingga orang tua saya yang ada di Jambi datang ke Palembang," ungkapnya.
Setelah ibunda BR datang ke Palembang, terjadilah pertemuan diantara kedua keluarga ini. Keluarga BR menuntut tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan oleh DS. Namun DS enggan bertanggung jawab, dan akhirnya BR beserta keluarga memutuskan untuk menempuh jalur hukum.
"Pak DS itu juga sebelumnya sempat mengajari saya untuk tidak menceritakan kejadian itu, tapi saya tidak mau. Intinya dia tidak mau tanggung jawab," terangnya.
Sementara ibunda BR, Nurhayati mengatakan, awalnya ketika terjadi pertemuan antar kedua korban DS sempat membantah peristiwa itu, namun setelah diajak berkomunikasi secara kekeluargaan, DS akhirnya mengakui semua perbuatannya.
"DS mengaku hanya sekali melakukan itu. Saya hanya menuntut tanggung jawab, agar anak saya ini cepat selesai kuliahnya, dan setelah itu akan saya bawa pulang, namun ternyata tidak ada tanggapan. Saya hanya menutut kebenaran saja. Saya harap pelakunya ditangkap dan dihukum sesuai apa yang dia lakukan," kata Nurhayati.
Kasatreskrim Polresta Palembang Kompol Maruly Pardede mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan saksi-saksi.
"Saksi-saksi masih kita periksa. Sekaligus menunggu hasil visum dari rumah sakit. Pasti akan kita lakukan pemanggilan terhadap terlapor," timpal Kasat. [Sindonews]
loading...
Post a Comment