Kerumunan warga Rohingya termasuk anak-anak mengevakuasi jasad tiga anak kecil termasuk bayi di tepi Sungai Naf. Foto/ABC |
AMP - Tiga jasad anak kecil etnis Muslim Rohingya, termasuk bayi ditemukan terdampar di tepi Sungai Naf, sungai perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Ketiga jasad itu diduga korban penembakan aparat polisi Myanmar saat para korban melarikan diri bersama keluarganya dari Rakhine.
Penemuan jasad anak-anak Rohingya itu direkam dan videonya telah dirilis media, Australia, ABC.
Dalam video tersebut, beberapa anggota sebuah keluarga telah berhasil sampai ke sisi Sungai Naf yang berada di Bangladesh. Namun, ada anggota keluarga lainnya yang putus asa sedang menarik jasad anak-anak yang tewas dari air sungai.
Para pengungsi menyatakan, jasad-jasad itu merupakan korban tindakan keras polisi Myanmar di wilayah perbatasan. Namun, klaim dan video tersebut belum bisa diverifikasi karena polisi Myanmar tindak memberikan konfirmasi.
Video itu juga diteima pemimpin masyarakat Rohingya, Anwar Sha, yang kini tinggal di Australia. Anwar telah kehilangan kontak dengan keluarganya sejak kekerasan terbaru pecah di negara bagian Rakhine atau Arakan 25 Agustus 2017 lalu.
”Saya mendengar salah satu saudara perempuan saya telah menyeberang ke Bangladesh, tapi dua saudara perempuan lainnya, saya belum pernah mendengar tentang mereka,” kata Anwar.
”Tidak ada kontak dengan mereka dan saya tidak tahu di mana mereka berada,” ujarnya. Selama dua minggu terakhir, dia telah menerima banyak video yang direkam oleh warga sipil Rohingya dan sejumlah wartawan.
Sebuah laporan dari para aktivis mengatakan bahwa pelanggaran HAM secara sistematis terhadap etnis Rohingya terjadi di Rakhine. Tindakan itu mendekati definisi genosida.
”Ada sekitar 30.000 orang yang terjebak di perbukitan jauh dari Bangladesh,” kata Anwar. ”Mereka tidak punya makanan, mereka tidak memiliki tempat berlindung. Mereka sekarat di sana,” ujarnya.
”Begitu mereka mencoba keluar dari sana, kelompok demi kelompok, militer dan polisi menyerang mereka dan membantai mereka,” imbuh dia.
Citra satelit menunjukkan ribuan rumah warga Rohingya telah dibakar sejak 25 Agustus.
”Kami melihat desa-desa dibakar sampai rata dengan tanah dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya,” kata Kayleigh Long, seorang jurnalis lepas yang meliput tragedi Rohingya, kepada Lateline.
”Ada laporan yang keluar dari orang-orang yang melarikan diri, tentara menembaki tanpa pandang bulu, orang-orang hanya melarikan diri dengan apapun yang mereka miliki dan dalam banyak kasus semuanya telah terbakar,” ujarnya.
Anwar menambahkan, sebuah video yang direkam oleh stasiun televisi Myanmar menunjukkan bahwa desa masa kecilnya terbakar. ”Suatu hari saya pernah bermimpi untuk pergi ke desa saya,” katanya. ”Saya tidak punya harapan lagi.”
Dalam video tersebut, beberapa keluarga yang tampak ketakutan berkumpul bersama di hutan.
Pria yang direkam sedang berdoa agar mendapat bantuan.”Oh, ayah, cobalah untuk kami, selamatkan hidup kami,” katanya. [Sindo]
Penemuan jasad anak-anak Rohingya itu direkam dan videonya telah dirilis media, Australia, ABC.
Dalam video tersebut, beberapa anggota sebuah keluarga telah berhasil sampai ke sisi Sungai Naf yang berada di Bangladesh. Namun, ada anggota keluarga lainnya yang putus asa sedang menarik jasad anak-anak yang tewas dari air sungai.
Para pengungsi menyatakan, jasad-jasad itu merupakan korban tindakan keras polisi Myanmar di wilayah perbatasan. Namun, klaim dan video tersebut belum bisa diverifikasi karena polisi Myanmar tindak memberikan konfirmasi.
Video itu juga diteima pemimpin masyarakat Rohingya, Anwar Sha, yang kini tinggal di Australia. Anwar telah kehilangan kontak dengan keluarganya sejak kekerasan terbaru pecah di negara bagian Rakhine atau Arakan 25 Agustus 2017 lalu.
”Saya mendengar salah satu saudara perempuan saya telah menyeberang ke Bangladesh, tapi dua saudara perempuan lainnya, saya belum pernah mendengar tentang mereka,” kata Anwar.
”Tidak ada kontak dengan mereka dan saya tidak tahu di mana mereka berada,” ujarnya. Selama dua minggu terakhir, dia telah menerima banyak video yang direkam oleh warga sipil Rohingya dan sejumlah wartawan.
Sebuah laporan dari para aktivis mengatakan bahwa pelanggaran HAM secara sistematis terhadap etnis Rohingya terjadi di Rakhine. Tindakan itu mendekati definisi genosida.
”Ada sekitar 30.000 orang yang terjebak di perbukitan jauh dari Bangladesh,” kata Anwar. ”Mereka tidak punya makanan, mereka tidak memiliki tempat berlindung. Mereka sekarat di sana,” ujarnya.
”Begitu mereka mencoba keluar dari sana, kelompok demi kelompok, militer dan polisi menyerang mereka dan membantai mereka,” imbuh dia.
Citra satelit menunjukkan ribuan rumah warga Rohingya telah dibakar sejak 25 Agustus.
”Kami melihat desa-desa dibakar sampai rata dengan tanah dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya,” kata Kayleigh Long, seorang jurnalis lepas yang meliput tragedi Rohingya, kepada Lateline.
”Ada laporan yang keluar dari orang-orang yang melarikan diri, tentara menembaki tanpa pandang bulu, orang-orang hanya melarikan diri dengan apapun yang mereka miliki dan dalam banyak kasus semuanya telah terbakar,” ujarnya.
Anwar menambahkan, sebuah video yang direkam oleh stasiun televisi Myanmar menunjukkan bahwa desa masa kecilnya terbakar. ”Suatu hari saya pernah bermimpi untuk pergi ke desa saya,” katanya. ”Saya tidak punya harapan lagi.”
Dalam video tersebut, beberapa keluarga yang tampak ketakutan berkumpul bersama di hutan.
Pria yang direkam sedang berdoa agar mendapat bantuan.”Oh, ayah, cobalah untuk kami, selamatkan hidup kami,” katanya. [Sindo]
loading...
Post a Comment