Hambali dalam gubuk reot miliknya |
AMP - Hambali (41) bertahun-tahun hidup sebatang kara di sebuah gubuk tua di tengah kebun warga. Pria asal Gampong Manekawan, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara tersebut hidup dalam kondisi miris.
Hambali mengalami cacat fisik sejak lahir. Kesehariannya ditemani sepasang sepatu bot (pacuk) dan sebuah sepeda kesayangan. Lelaki paruh baya tersebut tidak memiliki penghasilan tetap untuk bertahan hidup. Tak jarang ia menahan lapar dan dahaga.
Gubuk tempat ia tinggal juga mulai reot. Bagian atap banyak yang bocor. Tak ayal saat hujan tiba, ia harus tidur dalam kondisi kebasahan di atas tempat tidur yang terbuat dari pelepah pinang dan beralaskan selembar tikar. Tepat disamping tempat tidur terdapat dapur sederhana yang ia gunakan untuk menanak nasi dan lauk jika ada kemudahan rezeki terutama jika ada bantuan dari masyarakat, khususnya dari tetangga di sekelilingnya.
"Hambali sudah bertahun tahun hidup di gubuk ini. Dia tinggal di gubuk di atas sebidang kebun milik warga, karena tidak ada tanah keluarga yang diwariskan kepadanya. Beliau salah seorang fakir miskin di gampong kami yang selama ini tidak tersentuh bantuan apapun," ujar Andri salah seorang tokoh masyarakat setempat kepada AJNN, Minggu, (17/9).
Bahkan tak jarang, binatang berbisa seperti ular dan kalajengking sering masuk ke gubuknya. Apalagi jika melihat kondisi di sekitar kebun dipenuhi semak belukar tak terawat.
Meski bertahun hidup dalam penderitaan, kini Hambali mulai bisa bernafas lega. Ia mendapat kabar gembira jika ada dermawan di Jakarta yang ingin membanun tempat tinggal baru yang lebih layak baginya.
"Tempat tinggal saat ini tidak layak di tempati manusia. Maka atas prakarsa seorang dermawan, saat ini kita sedang membangun sebuah tempat tinggal baru selakadarnya. Insya Allah dalam waktu dekat akan segera siap dan bisa ditempati oleh Hambali," ungkapnya.[AJNN]
Hambali mengalami cacat fisik sejak lahir. Kesehariannya ditemani sepasang sepatu bot (pacuk) dan sebuah sepeda kesayangan. Lelaki paruh baya tersebut tidak memiliki penghasilan tetap untuk bertahan hidup. Tak jarang ia menahan lapar dan dahaga.
Gubuk tempat ia tinggal juga mulai reot. Bagian atap banyak yang bocor. Tak ayal saat hujan tiba, ia harus tidur dalam kondisi kebasahan di atas tempat tidur yang terbuat dari pelepah pinang dan beralaskan selembar tikar. Tepat disamping tempat tidur terdapat dapur sederhana yang ia gunakan untuk menanak nasi dan lauk jika ada kemudahan rezeki terutama jika ada bantuan dari masyarakat, khususnya dari tetangga di sekelilingnya.
"Hambali sudah bertahun tahun hidup di gubuk ini. Dia tinggal di gubuk di atas sebidang kebun milik warga, karena tidak ada tanah keluarga yang diwariskan kepadanya. Beliau salah seorang fakir miskin di gampong kami yang selama ini tidak tersentuh bantuan apapun," ujar Andri salah seorang tokoh masyarakat setempat kepada AJNN, Minggu, (17/9).
Bahkan tak jarang, binatang berbisa seperti ular dan kalajengking sering masuk ke gubuknya. Apalagi jika melihat kondisi di sekitar kebun dipenuhi semak belukar tak terawat.
Meski bertahun hidup dalam penderitaan, kini Hambali mulai bisa bernafas lega. Ia mendapat kabar gembira jika ada dermawan di Jakarta yang ingin membanun tempat tinggal baru yang lebih layak baginya.
"Tempat tinggal saat ini tidak layak di tempati manusia. Maka atas prakarsa seorang dermawan, saat ini kita sedang membangun sebuah tempat tinggal baru selakadarnya. Insya Allah dalam waktu dekat akan segera siap dan bisa ditempati oleh Hambali," ungkapnya.[AJNN]
loading...
Post a Comment