AMP - wartawan aceHTrend liputan Pase (Lhokseumawe-Aceh Utara) diancam pukul oleh oknum Kader Partai Aceh Pase yang bernama Imran. Peristiwa itu terjadi persis di sisi panggung pengukuhan pengurus lembaga Banta Seudang, sebuah lembaga pemenangan pasangan cabup Cek Mad-Sidom Peng dan Cagup Muzakir Manaf dan TA Khalid, Rabu (9/11/2016) di Lapangan Sepakbola Krueng Geukuh, Dewantara, Aceh Utara.
Bustami mengatakan ketika sedang serius meliput atas undangan lembaga Banta Seudang, Imran datang dan langsung mencengkeram leher bajunya. Dengan wajah penuh amarah Imran –pelaku sering mengaku eks Kombatan GAM Pase– berusaha meninju Bustami yang sedang membidik objek kegiatan.
“Kerah baju saya ditarik dengan kasar. Ia mencoba meninju saya. Untung dilerai oleh beberapa anggota lembaga Banta Seudang. Peristiwa terjadi di depan khalayak ramai,” ujar Bustami.
Bustami juga mengatakan, usai dilerai Imran segera dibawa ke belakang panggung. Bustami pun melanjutkan kegiatan jurnalistiknya. Namun seseorang meminta dirinya ke belakang panggung. Ketika dia ke belakang panggung, Imran kembali merusaha memukulnya. Melihat kondisi tidak memungkinkan melanjutkan tugas jurnalistiknya, Bustami pun pulang.
“Sebelumnya saya pernah menguplod foto melalui Facebook yang sedang santai di warung kopi, sejumlah komentar canda muncul dari sahabat saya, namun tiba-tiba Imran masuk ke komentar fb saya dan langsung mengklaim kalau saya ini wartawan tidak punya kantor.”
“Saya pun melayaninya sampai-sampai dia mengeluarkan komentar dendam terhadap tiga orang di Kecamatan Dewantara, salah satunya adalah diri saya, masalah kenapa Imran dendam kepada saya sangat tidak masuk akal, dan juga saya tidak tahu penyebabnya, karena dari dulu saya tidak pernah mengganggu keluarganya, maupun mengomentari setiap status yang ada di fbnya,” terang Bustami.
Walau tidak merasa takut, pasca kejadian percobaan pemukulan di depan publik, Bustami mengaku agak terganggu.
Bustami mengatakan ketika sedang serius meliput atas undangan lembaga Banta Seudang, Imran datang dan langsung mencengkeram leher bajunya. Dengan wajah penuh amarah Imran –pelaku sering mengaku eks Kombatan GAM Pase– berusaha meninju Bustami yang sedang membidik objek kegiatan.
“Kerah baju saya ditarik dengan kasar. Ia mencoba meninju saya. Untung dilerai oleh beberapa anggota lembaga Banta Seudang. Peristiwa terjadi di depan khalayak ramai,” ujar Bustami.
Bustami juga mengatakan, usai dilerai Imran segera dibawa ke belakang panggung. Bustami pun melanjutkan kegiatan jurnalistiknya. Namun seseorang meminta dirinya ke belakang panggung. Ketika dia ke belakang panggung, Imran kembali merusaha memukulnya. Melihat kondisi tidak memungkinkan melanjutkan tugas jurnalistiknya, Bustami pun pulang.
“Sebelumnya saya pernah menguplod foto melalui Facebook yang sedang santai di warung kopi, sejumlah komentar canda muncul dari sahabat saya, namun tiba-tiba Imran masuk ke komentar fb saya dan langsung mengklaim kalau saya ini wartawan tidak punya kantor.”
“Saya pun melayaninya sampai-sampai dia mengeluarkan komentar dendam terhadap tiga orang di Kecamatan Dewantara, salah satunya adalah diri saya, masalah kenapa Imran dendam kepada saya sangat tidak masuk akal, dan juga saya tidak tahu penyebabnya, karena dari dulu saya tidak pernah mengganggu keluarganya, maupun mengomentari setiap status yang ada di fbnya,” terang Bustami.
Walau tidak merasa takut, pasca kejadian percobaan pemukulan di depan publik, Bustami mengaku agak terganggu.
Jubir PA: Imran Tak Tahu Bustami Seorang Wartawan
Persoalan yang terjadi antara wartawan AceHTrend dengan Imran Pase berawal dari suatu caci maki terhadap Komite Peralihan Aceh (KPA) dan Partai Aceh oleh Bustami, bahkan Bustami pernah meminta untuk menginjak-nginjak Imran melalui akun facebooknya. Hal lainnya, Imran mengaku bila Bustami adalah wartawan media online.
Demikian pernyataan Juru Bicara Partai Aceh, Adi Laweung, menjawab berita tentang percobaan pemukulan yang dilakukan oleh Imran, Kader Partai Aceh, Rabu (9/11/2016) ketika Bustami sedang meliput kegiatan deklarasi organisasi Banta Seudang –organisasi pendukung kandidat yang diusung oleh Partai Aceh di Pilkada 2017).
Berikut redaksi aceHTrend memyat utuh klarifikasi dari Adi Laweung:
Persoalan yang terjadi antara wartawan AceHTrend dengan Imran Pase berawal dari suatu caci maki terhadap Komite Peralihan Aceh (KPA) dan Partai Aceh oleh Bustami, bahkan Bustami pernah meminta untuk menginjak-nginjak Imran melalui akun facebooknya. Namun, waktu itu Imran mendiamkan diri dan tidak melayani Bustami. Sedangkan persoalan yang terjadi Rabu sore 9 Nopember 2016 di lapangan bola kaki Keude Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara Aceh Utara karena kepergok antara Bustami dan Imran. Acara di lapangan tersebut adalah acara pengukuhan tim relawan Partai Aceh dari Banta Seudang dan tim sukses calon bupati Aceh Utara H. Muhammad Thaib-Fauzi Yusuf.
Ketika Bustami mengatakan Imran berupaya menganggu dirinya sebagai wartawan yang meliput acara seremonial pengukuhan tim tersebut hanya upaya pembelaan dirinya, karena saat keduanya kepergok di lokasi acara Bustami tidak menggunakan ID Card sebagai salah wartawan dari media online AcehTrend.co, bahkan Imran sama sekali tidak tau kalau Bustami seorang wartawan media online. Jadi Imran tidak mengganggu liputan wartawan, bahkan Imran memberikan ruang kepada wartawan untuk meliput.
Maka, di sini juga kita meminta kepada semua pihak agar tidak melakukan black campaign atau menghujat KPA, PA dan bahkan para kandidat dari Partai Aceh yang maju dalam pilkada Aceh 2017, baik calon gubernur, bupati maupun walikota. Para kandidat dari Partai Aceh hadir dalam kontestan politik pilkada 2017 mendatang bukan untuk mehujat dan melawan kandidat lainnya, kita hadir untuk menjemput kemenangan dengan cara yang sopan dan santun. Bahkan pimpinan KPA dan PA selalu menghimbau kepada seluruh relawan, simpatisan, kader dan pengurus Partai Aceh serta KPA seluruh Aceh untuk tetap menjaga sopan santun dalam bersosialisasi dan berkampanye untuk kemenangan Partai Aceh.
Demikian pernyataan Juru Bicara Partai Aceh, Adi Laweung, menjawab berita tentang percobaan pemukulan yang dilakukan oleh Imran, Kader Partai Aceh, Rabu (9/11/2016) ketika Bustami sedang meliput kegiatan deklarasi organisasi Banta Seudang –organisasi pendukung kandidat yang diusung oleh Partai Aceh di Pilkada 2017).
Berikut redaksi aceHTrend memyat utuh klarifikasi dari Adi Laweung:
Persoalan yang terjadi antara wartawan AceHTrend dengan Imran Pase berawal dari suatu caci maki terhadap Komite Peralihan Aceh (KPA) dan Partai Aceh oleh Bustami, bahkan Bustami pernah meminta untuk menginjak-nginjak Imran melalui akun facebooknya. Namun, waktu itu Imran mendiamkan diri dan tidak melayani Bustami. Sedangkan persoalan yang terjadi Rabu sore 9 Nopember 2016 di lapangan bola kaki Keude Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara Aceh Utara karena kepergok antara Bustami dan Imran. Acara di lapangan tersebut adalah acara pengukuhan tim relawan Partai Aceh dari Banta Seudang dan tim sukses calon bupati Aceh Utara H. Muhammad Thaib-Fauzi Yusuf.
Ketika Bustami mengatakan Imran berupaya menganggu dirinya sebagai wartawan yang meliput acara seremonial pengukuhan tim tersebut hanya upaya pembelaan dirinya, karena saat keduanya kepergok di lokasi acara Bustami tidak menggunakan ID Card sebagai salah wartawan dari media online AcehTrend.co, bahkan Imran sama sekali tidak tau kalau Bustami seorang wartawan media online. Jadi Imran tidak mengganggu liputan wartawan, bahkan Imran memberikan ruang kepada wartawan untuk meliput.
Maka, di sini juga kita meminta kepada semua pihak agar tidak melakukan black campaign atau menghujat KPA, PA dan bahkan para kandidat dari Partai Aceh yang maju dalam pilkada Aceh 2017, baik calon gubernur, bupati maupun walikota. Para kandidat dari Partai Aceh hadir dalam kontestan politik pilkada 2017 mendatang bukan untuk mehujat dan melawan kandidat lainnya, kita hadir untuk menjemput kemenangan dengan cara yang sopan dan santun. Bahkan pimpinan KPA dan PA selalu menghimbau kepada seluruh relawan, simpatisan, kader dan pengurus Partai Aceh serta KPA seluruh Aceh untuk tetap menjaga sopan santun dalam bersosialisasi dan berkampanye untuk kemenangan Partai Aceh.
Bustami: Setelah Mencoba Memukul, Imran Memfitnah Saya!
Atas klarifikasi Juru Bicara Partai Aceh, Adi Laweung terkait peristiwa upaya pemukulan wartawan aceHTrend, Rabu (9/11/2016) oleh Imran yang merupakan kader PA, Bustami selaku korban merasa Imran telah menceritakan kabar bohong kepada Adi Laweung. Untuk itu ia pun mengirimkan bantahan.
Berikut bantahan Bustami yang dikirim Kamis (10/11/3016):
Saya membantah Pernyataan Kanda Adi Laweung sebagai Jubir PA mengutip pernyataan Imran Pasee. Saya tidak ada urusan dengannya (Imran) dan tidak tahu kalau Imran ada di lokasi saat saya sedang meliput. Secara tiba-tiba dia datang dari belakang dan ingin memukuli saya dengan memegang kerah baju dan tangan mengepal ingin menonjok saya.
Dalam hal ini saya meminta bukti atas tuduhan Imran yg menyebut saya pernah meminta untuk menginjak kepalanya dan juga menjelek-jelekkan KPA dan PA. Yang harus diketahui oleh Imran dan Bang Adi Laweung, keluarga saya juga orang yang membantu perjuangan GAM sejak tahun 1990. Bahkan orang tua saya sendiri pernah terserempet peluru di bagian kepala saat tragedi Simpang KKA.
Tuduhan dia (Imran) terhadap saya tidak masuk akal. Itu fitnah yang dikarang untuk membenarkan tindakannya yang salah. Tugas saya sebagai jurnalis harus netral dalam peliputan baik politik maupun pemberitaannya lainnya.
Saat yang bersangkutan menyerang, saya menggunakan ID Card aceHTrend dan jauh sebelumnya ia sudah tahu bahwa saya seorang wartawan. Saat hendak dipukul saya sedang memotret menggunakan kamera Nikon D3100. Fakta ini bisa ditanyakan kepada wartawan lain yang juga hadir di lokasi.
Sebagai wartawan saya mengharapkan kepada Jubir PA agar mengambil tindakan bijak, bukan sebaliknya membela orang yg jelas telah mengganggu profesi wartawan yang lagi meliput.
Jika saya salah dimana buktinya? Bahkan sejauh ini saya sudah menyimpan file sebagai bukti bahwa dia sudah beberapa kali mengancam keselamatan saya.
Saya percaya perkara ini bisa diselesaikan oleh manajemen di mana saya bekerja serta bantuan dari teman-teman wartawan di wilayah saya meliput. Pun demikian, kiranya Kanda Adi Laweung tidak serta merta percaya laporan dari orang yang demikian.
Berikut bantahan Bustami yang dikirim Kamis (10/11/3016):
Saya membantah Pernyataan Kanda Adi Laweung sebagai Jubir PA mengutip pernyataan Imran Pasee. Saya tidak ada urusan dengannya (Imran) dan tidak tahu kalau Imran ada di lokasi saat saya sedang meliput. Secara tiba-tiba dia datang dari belakang dan ingin memukuli saya dengan memegang kerah baju dan tangan mengepal ingin menonjok saya.
Dalam hal ini saya meminta bukti atas tuduhan Imran yg menyebut saya pernah meminta untuk menginjak kepalanya dan juga menjelek-jelekkan KPA dan PA. Yang harus diketahui oleh Imran dan Bang Adi Laweung, keluarga saya juga orang yang membantu perjuangan GAM sejak tahun 1990. Bahkan orang tua saya sendiri pernah terserempet peluru di bagian kepala saat tragedi Simpang KKA.
Tuduhan dia (Imran) terhadap saya tidak masuk akal. Itu fitnah yang dikarang untuk membenarkan tindakannya yang salah. Tugas saya sebagai jurnalis harus netral dalam peliputan baik politik maupun pemberitaannya lainnya.
Saat yang bersangkutan menyerang, saya menggunakan ID Card aceHTrend dan jauh sebelumnya ia sudah tahu bahwa saya seorang wartawan. Saat hendak dipukul saya sedang memotret menggunakan kamera Nikon D3100. Fakta ini bisa ditanyakan kepada wartawan lain yang juga hadir di lokasi.
Sebagai wartawan saya mengharapkan kepada Jubir PA agar mengambil tindakan bijak, bukan sebaliknya membela orang yg jelas telah mengganggu profesi wartawan yang lagi meliput.
Jika saya salah dimana buktinya? Bahkan sejauh ini saya sudah menyimpan file sebagai bukti bahwa dia sudah beberapa kali mengancam keselamatan saya.
Saya percaya perkara ini bisa diselesaikan oleh manajemen di mana saya bekerja serta bantuan dari teman-teman wartawan di wilayah saya meliput. Pun demikian, kiranya Kanda Adi Laweung tidak serta merta percaya laporan dari orang yang demikian.
Terkait Insiden Upaya Pemukulan Wartawan aceHTrend, Berikut Respon Calon Bupati Partai Aceh Pasee
Kabar insiden upaya pemukulan wartawan aceHTrend yang sedang menjalankan tugas jurnalistik oleh Imran, pada Rabu (9/11/2016) di Lapangan Sepakbola Krueng Geukuh, Dewantara, Aceh Utara bergulir cepat, dan kabar ini juga telah sampai ke telinga calon Bupati Partai Aceh Pasee yaitu H. Muhammad Thaib atau akrab disapa Cek Mad.
Melalui sambungan handphone (HP) Cek Mad menyatakan sangat menyesali kejadian yang menurutnya bukan merupakan bagian dari perilaku politik yang diterapkan untuk semua tim kerja pemenangannya.
“Saya punya romantika panjang bersahabat dengan wartawan, dan wartawan adalah mitra kerja saya dalam memimpin Aceh Utara, rekan rekan jurnalis pula yang selama ini menjadi bridge (jembatan) atau dengan kata lain, corong informasi saya kepada rakyat Pasee dalam memimpin Aceh Utara dalam kurun waktu 4,5 belakangan ini,” jelas Cek Mad secara elegan kepada Pemimpin Umum media aceHTrend, Rabu (9/10) malam.
Sebagai pasangan calon bupati dan calon wakil bupati, Cek Mad-Sidom Peng (H Muhammad Thaib – Fauzi), menjelaskan urgensinya untuk menjalin hubungan baik dengan semua elemen & stakeholders, terkhusus dengan kalangan wartawan.
“Karena semua hasil liputan wartawan adalah kontrol sosial yang merupakan respresentatif rakyat yang menurutnya berharga dan tak ternilai,” tambah Cek Mad.
Cek Mad mengaku sangat paham kedudukan dan peran penting wartawan dalam bertugas menjalankan kerja jurnalistik dan media adalah corong infomasi antara pemimpin dan rakyatnya.
“Dari lubuk hati yang dalam, dengan penuh keikhlasan saya menyampaikan permohonan maaf kepada wartawan dan media aceHTrend atas insiden yang tak pernah saya harapkan ini,” kata Cek Mad dengan nada penuh komunikatif dan menyejukkan.
Pemimpin Umum aceHTrend, Risman A Rachman, menyambut baik respon baik yaitu permintaan maaf secara khusus dari Cek Mad, dan berharap Cek Mad dan pasangannya, dapat menjalankan kerja-kerja pemenangan politik dengan mengaplikasi seluruh nilai-nilai demokratis dengan konsep “ruhama bainahum” (penuh kasih sayang) dalam mewujudkan Insan Qur’ani.
“Kami percaya, kita semua punya tekad yang sama, mewujudkan Pilkada demokratis demi damai yang berkelanjutan, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah bangsa yang beradab dan bermartabat khusus untuk Aceh Utara, maupun di Aceh secara holistik,” pungkas Risman yang menyatakan menghormati permintaan maaf yang disampaikan Cek Mad.(*)
Sumber: acehtrend.co
loading...
Post a Comment