AMP - Penampungan para pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Aceh menjadi pusat keramaian. Banyak warga datang berduyun-duyun, untuk memberikan bantuan atau sekadar melihat dan bersenda gurau dengan para pengungsi.
Pemandangan ini terlihat di dua pengungsian, baik di kantor imigrasi Kecamatan Blangmangat, Lhokseumawe, tempat pengungsi Bangladesh, dan di tempat pelelangan ikan Kuala Cangkoy, Aceh Utara, lokasi penempatan para pengungsi Rohingya.
Di Blang Mangat, warga berdatangan dengan sepeda motor. Mengintip dari jendela, warga berusaha berkomunikasi seadanya dengan para warga asal Bangladesh. Tidak ketinggalan mereka berfoto bersama para pengungsi.
Di antaranya adalah siswi SMA yang terlihat tertawa ketika berbicara dengan mereka.
Salah seorang petugas imigrasi, Abu Husain, mengatakan, bahwa warga Bangladesh tidak mengerti bahasa Melayu, bahasa Inggris pun seadanya.
Namun ada satu kalimat dalam bahasa Inggris yang mereka bisa, dan dilontarkan pada para siswi yang datang.
"Mereka bilang 'I love you' sama anak-anak sekolah itu," kata Abu dilansir CNN Indonesia, Selasa (19/5).
Kepincut dengan Aceh
Kalimat ini bisa jadi hanya seloroh biasa atau tulus dari hati. Pasalnya, warga Bangladesh dan Rohingya kepincut dengan warga Aceh karena kebaikan hati mereka.
Sejak awal tiba di pantai Aceh pekan lalu, warga Aceh berbondong-bondong memberi bantuan, yang kini menggunung di Kuala Cangkoy.
"Saya tidak ingin kembali ke kampung, saya ingin menjadi warga Aceh," kata Muhammad Hasyim, salah satu pengungsi Bangladesh, dengan bahasa Melayu seadanya.
Di tempat pelelangan ikan Kuala Cangkoy, pemandangan yang sama juga bisa disaksikan.
Ibu-ibu dan wanita remaja Aceh bersenda gurau dengan wanita Rohingya. Bertanya nama, berbincang dan tertawa lepas, kendati tidak mengerti bahasa satu sama lain.
Anak-anak Rohingya, sebagian bertelanjang dada, terlihat riang memainkan mainan yang diberi para relawan.
Ingin tinggal di Aceh
Kebahagiaan masyarakat Rohingya ini seakan menghapuskan penderitaan mereka setelah berada di ujung tanduk kematian saat empat bulan terkatung-katung di lautan.
Para pengungsi mengaku senang disambut baik di Indonesia, khususnya di Aceh.
Warga Rohingya, Muhammad Kamal Hussain, berharap bisa terus tinggal di provinsi ini. Namun warga Bangladesh yang kini dipisahkan dari Rohingya kemungkinan besar akan dideportasi ke negara mereka. Sementara Hussain belum jelas nasibnya.
"Saya ingin tinggal di sini. Lebih baik saya mati dari pada tidak bisa tinggal di sini," ujar pria 22 tahun ini.
Warga Aceh sendiri mengaku tidak keberatan menerima para pengungsi Rohingya, apalagi mereka adalah saudara sesama Muslim yang harus dibantu.
"Kami menerima mereka di sini, bahkan jika boleh menjadi warga Aceh," kata Sofiah Farhan, 17, pelajar di Kuala Cangkoy.
"Tidak ada ruginya menerima mereka di sini," ujar Muhammad Rizal, 35, guru madrasah setempat. (CNN)
Pemandangan ini terlihat di dua pengungsian, baik di kantor imigrasi Kecamatan Blangmangat, Lhokseumawe, tempat pengungsi Bangladesh, dan di tempat pelelangan ikan Kuala Cangkoy, Aceh Utara, lokasi penempatan para pengungsi Rohingya.
Di Blang Mangat, warga berdatangan dengan sepeda motor. Mengintip dari jendela, warga berusaha berkomunikasi seadanya dengan para warga asal Bangladesh. Tidak ketinggalan mereka berfoto bersama para pengungsi.
Di antaranya adalah siswi SMA yang terlihat tertawa ketika berbicara dengan mereka.
Salah seorang petugas imigrasi, Abu Husain, mengatakan, bahwa warga Bangladesh tidak mengerti bahasa Melayu, bahasa Inggris pun seadanya.
Namun ada satu kalimat dalam bahasa Inggris yang mereka bisa, dan dilontarkan pada para siswi yang datang.
"Mereka bilang 'I love you' sama anak-anak sekolah itu," kata Abu dilansir CNN Indonesia, Selasa (19/5).
Kepincut dengan Aceh
Kalimat ini bisa jadi hanya seloroh biasa atau tulus dari hati. Pasalnya, warga Bangladesh dan Rohingya kepincut dengan warga Aceh karena kebaikan hati mereka.
Sejak awal tiba di pantai Aceh pekan lalu, warga Aceh berbondong-bondong memberi bantuan, yang kini menggunung di Kuala Cangkoy.
"Saya tidak ingin kembali ke kampung, saya ingin menjadi warga Aceh," kata Muhammad Hasyim, salah satu pengungsi Bangladesh, dengan bahasa Melayu seadanya.
Di tempat pelelangan ikan Kuala Cangkoy, pemandangan yang sama juga bisa disaksikan.
Ibu-ibu dan wanita remaja Aceh bersenda gurau dengan wanita Rohingya. Bertanya nama, berbincang dan tertawa lepas, kendati tidak mengerti bahasa satu sama lain.
Anak-anak Rohingya, sebagian bertelanjang dada, terlihat riang memainkan mainan yang diberi para relawan.
Ingin tinggal di Aceh
Kebahagiaan masyarakat Rohingya ini seakan menghapuskan penderitaan mereka setelah berada di ujung tanduk kematian saat empat bulan terkatung-katung di lautan.
Para pengungsi mengaku senang disambut baik di Indonesia, khususnya di Aceh.
Warga Rohingya, Muhammad Kamal Hussain, berharap bisa terus tinggal di provinsi ini. Namun warga Bangladesh yang kini dipisahkan dari Rohingya kemungkinan besar akan dideportasi ke negara mereka. Sementara Hussain belum jelas nasibnya.
"Saya ingin tinggal di sini. Lebih baik saya mati dari pada tidak bisa tinggal di sini," ujar pria 22 tahun ini.
Warga Aceh sendiri mengaku tidak keberatan menerima para pengungsi Rohingya, apalagi mereka adalah saudara sesama Muslim yang harus dibantu.
"Kami menerima mereka di sini, bahkan jika boleh menjadi warga Aceh," kata Sofiah Farhan, 17, pelajar di Kuala Cangkoy.
"Tidak ada ruginya menerima mereka di sini," ujar Muhammad Rizal, 35, guru madrasah setempat. (CNN)
loading...
Post a Comment