Mudhiatulfata - Rasanya tiada yang akan menolak jika Habib Riziq menjadi orang nomor satu di republik ini. Siapa orangnya yang tidak mau atau menolaknya kecuali hanyalah orang-orang yang takut kepada Allah dan tegaknya agama islam di negara ini.
Semua orang yang mencintai damai di negara ini mendambakan suasana negeri muslim yang terbesar ini sebagai pengayom umat beragama lainnya, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Rasulullah.
Islam juga menuntun ketentraman bagi kehidupan bermasyarakat dan menghormati prinsip-prinsip keagamaan yang saling menjunjung tinggi nilai-nilai perbedaan sehingga dapat terciptanya islam yang rahmatan lil alamin.
Mengenai sosok Haib Riziq, sebagian besar rakyat Indonesia sangat mengenali kepribadiannya yang tegas dan lugas. Ia yang sangat toleran dan menghormati perbedaan. Sikap dan tindakannya pun telah dibuktikannya bahwa ia adalah seorang yang benar-benar sebagai perwujudan murni dari Pancasila dan UUD 1945.
Tapi sayangnya, ternyata sikap dan kepribadiannya itu telah salah dipersepsikan oleh sebagian orang yang tidak suka padanya. Padahal ia merupakan sosok penjaga NKRI ini yang sangat menjaga kebinnekaan dan keberagaman.
Sebagaimana yang dilansir situs Postmetro 22 November 2016, meski masih sekitar 3 tahunan lagi digelarnya pemilihan kepala negara (pilpres) tahun 2019 nanti. Namun, oleh sejumlah tokoh mulai disebut-sebut layak untuk maju sebagai calon presiden RI.
Ada yang menarik dari pembicaraan tersebut yaitu, dari beberapa tokoh yang muncul terdapat nama Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq. Dia bersanding dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Tito Karnavian, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Analisis ini disampaikan Pendiri lembaga Kedai Kopi (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) Hendri Satrio. Pendapat Hendri ini didasari pada aksi unjuk rasa 411 yang diikuti ratusan ribu umat islam.
"Ahok Effect ini nilai positif�nya telah memunculkan tokoh-tokoh baru yang diperhitungkan di pentas nasional, dan layak untuk dimajukan pada Pilres 2019," kata Hendri dalam dis�kusi di Jakarta, kemarin.
Dalam aksi tersebut, kata dia, ada nama-nama yang dianggap mendapat sorotan positif dari masyarakat. Sebut saja ada nama Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo yang disebut-sebut pantas jadi capres, lalu Sri Mulyani, Tito Karnavian, hingga Habib Rizieq.
Bahkan Hendri menilai, Habib Rizieq bisa saja mencuat kalau dia tampil elegan dalam masa-masa mendatang. "Misalnya, nanti ketika demo 212 atau 2 Desember, Habib Rizieq mampu berpidato mendayu-dayu me�nyejukkan umat, maka bukan tak mungkin akan memberi pesona kepada masyarakat luas," kata Hendri.
Dalam diskusi tersebut, Ustaz Zaitun Rasmin yang sempat mengangkat nama itu menyatakan, dirinya hanya bercanda kalau menyebut Habib Rizieq capres. "Saya hanya bercanda, jangan sampai saya dimarahi Habib RIzieq. Tapi, saya mene�kankan, Jangan sampai diang�gap, yang bisa memimpin hanya tokoh-tokoh nasionalis. Tokoh Islam juga bisa. Hanya saja, soal ustaz Habib Rizied, beliau tidak ada orientasi ke sana," ungkapnya.
Sekadar catatan, munculnya nama Rizieq sebagai capres bu�kan kali pertama. Nama Rizieq mulai digadang-gadang seba�gai capres saat FPI menggelar Munas III di Asrama Haji, Kota Bekasi, Jawa Barat pada Agustus 2013 atau menjelang pelaksan�aan Pilpres 2014.
Dalam Munas III FPI itu, terdapat dukungan dari berbagai pihak agar Habib Rizieq maju sebagai calon presiden. Bahkan saat itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Achmad Cholil Ridwan dan Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khathath optimistis Rizieq mendapatkan suara sebanyak 30 persen.
"Insya Allah, kalau (Habib Rizieq ) mau maju, semua umat mendukung," kata Achmad Cholil saat itu.
Menanggapi dukungan dari pengikutnya, Rizieq mengata�kan, itu bagian dari hak politik para pengikutnya. Rizieq men�gaku masih fokus menjalankan tugasnya. Kalaupun dukungan secara politik itu ada, Rizieq men�gaku belum menentukan sikap.
Sedangkan Habib Riziq sendiri mengatakan masih enjoy dengan memimpin ormasnya FPI, kalau ada yang mendu�kung pun silahkan dan ia tidak men�erima atau pun menolaknya. (yma)
loading...
Post a Comment