AMP - Kesepakatan damai antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005 silam. Ternyata, tak semuanya disepakati warga (diaspora) Aceh dibelahan Uni Eropa. Lihat saja, walau jumlahnya terbatas, namun mereka masih sepakat untuk melakukan 'perlawanan’ pada pernjanjian damai tersebut hingga saat ini. Bahkan, sejumlah aktivis dan pimpinan Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF), terus melakukan lobi serta pelatihan dan pengetahuan tentang mekanisme PBB, jaringan Hak Asasi Manusia, ketrampilan diplomasi publik hingga strategi komunikasi. Itu sebabnya, Pemerintah Indonesia perlu melakukan komunikasi dan lobi-lobi politik di tingkat Internasional.
Tanggal 9-11 November 2016 misalnya, Organisasi Bangsa dan Rakyat yang tak Terwakili (UNPO) kembali menyelenggarakan pelatihan Hak Asasi Manusia (HAM) SpeakOut! 2016 terhadap anggotanya di Den Haag, Belanda. Pelatihan ini merupakan acara tahunan yang diberikan kepada setiap anggota organisasi internasional tersebut dengan tujuan mendapatkan ketrampilan dalam bidang advokasi dan juga seluk beluk perjuangan HAM di kancah internasional.
Dalam siaran pers yang dikirim ke media ini menyebutkan. Sebagai anggota UNPO, Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF) tahun ini mengirimkan empat aktivisnya dengan pimpinan delegasi Nasir Usman beserta tiga anggotanya M Hanafiah Abdullah, Rozi Syahputra Hanafiah dan Ubaidillah Lukman. Mereka berasal dari Denmark. Dua dari nama terakhir tersebut adalah pelajar tingkat SMU yang sedang digodok untuk pemantapan ideologi Aceh Merdeka. Kegiatan ini merupakan perwujudan dari dukungan UNPO yang berkomitmen untuk membantu setiap anggotanya dalam bidang edukasi kelas internasional. Selama mengikuti pelatihan itu mereka dibekali pengetahuan tentang mekanisme PBB, perihal jaringan Hak Asasi Manusia, ketrampilan diplomasi publik hingga strategi komunikasi.
Melalui akun media sosial Nasir Usman menjelaskan, bahasa pengantar dalam even tersebut adalah bahasa Inggris dan tutor program SpeakOut! 2016, tahun ini salah satunya akan menghadirkan politisi senior Belanda seperti Norbert Klein dan Marc Bentinck, yang berpengalaman dalam bidang konsultan di lembaga Uni Eropa, Brussels.
Program materi lainnya akan mempelajari mekanisme Universal Periodic Review (UPR) dan cara membuat sebuah even di Kantor PBB, Jenewa. Panitia acara dari UNPO Den Haag, Danique de Jonge, kepada seluruh peserta Selasa pagi (8/11), mengatakan mereka akan mengunjungi Kantor International Criminal Court (ICC) dan Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.
Beberapa hari sebelum berangkat ke Belanda, delegasi ASNLF dari Denmark menerima briefing singkat dari Ketua Presidum ASNLF di Jerman, Ariffadhillah. Misal, soal tips informasi tambahan dan pengalaman yang bisa digunakan selama pelatihan. Ilmu dari Workshop tersebut diharapkan bisa digunakan untuk kemajuan pergerakan organisasi Aceh Merdeka di dalam dan di luar negeri terutama bidang kaderisasi di kalangan aktivis ASNLF.
Tanggal 9-11 November 2016 misalnya, Organisasi Bangsa dan Rakyat yang tak Terwakili (UNPO) kembali menyelenggarakan pelatihan Hak Asasi Manusia (HAM) SpeakOut! 2016 terhadap anggotanya di Den Haag, Belanda. Pelatihan ini merupakan acara tahunan yang diberikan kepada setiap anggota organisasi internasional tersebut dengan tujuan mendapatkan ketrampilan dalam bidang advokasi dan juga seluk beluk perjuangan HAM di kancah internasional.
Dalam siaran pers yang dikirim ke media ini menyebutkan. Sebagai anggota UNPO, Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF) tahun ini mengirimkan empat aktivisnya dengan pimpinan delegasi Nasir Usman beserta tiga anggotanya M Hanafiah Abdullah, Rozi Syahputra Hanafiah dan Ubaidillah Lukman. Mereka berasal dari Denmark. Dua dari nama terakhir tersebut adalah pelajar tingkat SMU yang sedang digodok untuk pemantapan ideologi Aceh Merdeka. Kegiatan ini merupakan perwujudan dari dukungan UNPO yang berkomitmen untuk membantu setiap anggotanya dalam bidang edukasi kelas internasional. Selama mengikuti pelatihan itu mereka dibekali pengetahuan tentang mekanisme PBB, perihal jaringan Hak Asasi Manusia, ketrampilan diplomasi publik hingga strategi komunikasi.
Melalui akun media sosial Nasir Usman menjelaskan, bahasa pengantar dalam even tersebut adalah bahasa Inggris dan tutor program SpeakOut! 2016, tahun ini salah satunya akan menghadirkan politisi senior Belanda seperti Norbert Klein dan Marc Bentinck, yang berpengalaman dalam bidang konsultan di lembaga Uni Eropa, Brussels.
Program materi lainnya akan mempelajari mekanisme Universal Periodic Review (UPR) dan cara membuat sebuah even di Kantor PBB, Jenewa. Panitia acara dari UNPO Den Haag, Danique de Jonge, kepada seluruh peserta Selasa pagi (8/11), mengatakan mereka akan mengunjungi Kantor International Criminal Court (ICC) dan Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.
Beberapa hari sebelum berangkat ke Belanda, delegasi ASNLF dari Denmark menerima briefing singkat dari Ketua Presidum ASNLF di Jerman, Ariffadhillah. Misal, soal tips informasi tambahan dan pengalaman yang bisa digunakan selama pelatihan. Ilmu dari Workshop tersebut diharapkan bisa digunakan untuk kemajuan pergerakan organisasi Aceh Merdeka di dalam dan di luar negeri terutama bidang kaderisasi di kalangan aktivis ASNLF.
Sumber: modusaceh.co
loading...
Post a Comment