AMP - Presiden Rusia Vladimir Putin marah setelah Duta Besar Rusia untuk Turki Andrey Karlov ditembak mati di Ankara. Putin mengancam akan membalaskan kematian diplomatnya itu.
Dubes Karlov ditembak mati saat pidato pembukaan pameran seni di Ankara, Senin malam. Pelakunya adalah Mevlut Bertemu Altintas, 22 perwira polisi nonaktif Turki. Pelaku mengklaim aksinya sebagai balas dendam atas aksi militer Rusia di Aleppo, Suriah.
“Pembunuhan ini jelas merupakan provokasi yang bertujuan merusak perbaikan dan normalisasi hubungan Rusia-Turki, serta merusak proses perdamaian di Suriah yang dipromosikan oleh Rusia, Turki, Iran dan negara-negara lain yang tertarik dalam menyelesaikan konflik di Suriah,” kata Putin.
Menurutnya, respons terhadap serangan terhadap Moskow adalah meningkatkan perang melawan terorisme. Putin lantas mengancam akan membalaskan kematian diplomatnya itu. ”Para pembunuh akan merasakannya,” ucap Putin yang menduga, pembunuhan diplomatnya terencana.
“Dia (Karlov) tewas saat menjalankan tugasnya. Kita harus tahu siapa mengorganisir pembunuhan ini dan memberi perintah kepada pembunuh,” lanjut Putin, seperti dikutip IB Times.
Tim investigasi Rusia telah terbang ke Ankara yang dijadwalkan tiba hari ini (20/12/2016). Merekaakan mengambil bagian dalam penyelidikan kasus pembunuhan ini bersama tim dari Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, juga sudah mengeluarkan pernyataan serupa, yakni pembunuhan itu sebagai upaya untuk menghancurkan normalisasi hubungan kedua negara. ”Saya yakin ini adalah serangan terhadap Turki, negara Turki dan orang-orang Turki, dan juga provokasi yang jelas untuk hubungan Turki-Rusia,” kata Erdogan.
”Saya yakin teman-teman kita Rusia juga melihat fakta ini,” imbuh Erdogan. Dia dan Putin telah melakukan kontak telepon tak lama setelah pembunuhan terhadap Dubes Karlov. Sementara itu, pengamana telah diperketat untuk misi diplomatik Rusia di luar negeri.(Sindonews)
Dubes Karlov ditembak mati saat pidato pembukaan pameran seni di Ankara, Senin malam. Pelakunya adalah Mevlut Bertemu Altintas, 22 perwira polisi nonaktif Turki. Pelaku mengklaim aksinya sebagai balas dendam atas aksi militer Rusia di Aleppo, Suriah.
“Pembunuhan ini jelas merupakan provokasi yang bertujuan merusak perbaikan dan normalisasi hubungan Rusia-Turki, serta merusak proses perdamaian di Suriah yang dipromosikan oleh Rusia, Turki, Iran dan negara-negara lain yang tertarik dalam menyelesaikan konflik di Suriah,” kata Putin.
Menurutnya, respons terhadap serangan terhadap Moskow adalah meningkatkan perang melawan terorisme. Putin lantas mengancam akan membalaskan kematian diplomatnya itu. ”Para pembunuh akan merasakannya,” ucap Putin yang menduga, pembunuhan diplomatnya terencana.
“Dia (Karlov) tewas saat menjalankan tugasnya. Kita harus tahu siapa mengorganisir pembunuhan ini dan memberi perintah kepada pembunuh,” lanjut Putin, seperti dikutip IB Times.
Tim investigasi Rusia telah terbang ke Ankara yang dijadwalkan tiba hari ini (20/12/2016). Merekaakan mengambil bagian dalam penyelidikan kasus pembunuhan ini bersama tim dari Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, juga sudah mengeluarkan pernyataan serupa, yakni pembunuhan itu sebagai upaya untuk menghancurkan normalisasi hubungan kedua negara. ”Saya yakin ini adalah serangan terhadap Turki, negara Turki dan orang-orang Turki, dan juga provokasi yang jelas untuk hubungan Turki-Rusia,” kata Erdogan.
”Saya yakin teman-teman kita Rusia juga melihat fakta ini,” imbuh Erdogan. Dia dan Putin telah melakukan kontak telepon tak lama setelah pembunuhan terhadap Dubes Karlov. Sementara itu, pengamana telah diperketat untuk misi diplomatik Rusia di luar negeri.(Sindonews)
loading...
Post a Comment