Gempa bumi yang menerpa wilayah Kabupaten Pidie Jaya, Nanggroe Aceh Darussalam, Rabu (7/12), juga bukan sebuah pengecualian. Saudara-saudara kita para penyintas dalam tragedi itu tanpa terkecuali juga merasakan penderitaan yang sama. Apalagi, gempa berkekuatan 6,4 pada skala Richter itu dilaporkan telah merenggut lebih dari 100 korban jiwa, juga meluluhlantakkan puluhan tempat ibadah dan ratusan tempat tinggal.
Meskipun skala dan spektrum gempa kali ini tidak semasif tragedi tsunami 2004, tetap saja hal itu tidak mampu menghilangkan penderitaan saudara-saudara kita di Aceh yang kini kembali diempas musibah. Karena itu, simpati dan empati sudah sepatutnya terus kita curahkan untuk mengurangi penderitaan mereka. Tanpa mengurangi penghargaan kepada negara yang telah hadir untuk mengatasi situasi di wilayah terdampak, kita sebagai sesama anak bangsa perlu terus bahu-membahu menghimpun dukungan untuk membuat upaya pemulihan di Pidie Jaya berlangsung lebih cepat.
Pemerintah memang telah memperlihatkan reaksi cepat begitu gempa dilaporkan mengguncang wilayah yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka itu. Sejumlah menteri pada Kabinet Kerja dilaporkan turun langsung meninjau wilayah terdampak untuk menilai situasi dan mengukur dukungan yang dibutuhkan untuk mengatasi kondisi darurat. Bahkan, Presiden Joko Widodo pun tadi malam sudah bertolak dari Jakarta dan hari ini dijadwalkan tiba di lokasi bencana untuk memimpin langsung proses pemulihan wilayah tersebut.
Atas kehadiran simbol-simbol negara di lokasi bencana tersebut, apresiasi tentu kita sampaikan. Akan tetapi, kehadiran negara itu tidak serta-merta membuat sesama anak bangsa yang berada di luar pemerintahan boleh berpangku tangan. Karena itu, simpati, empati, dan solidaritas tetap harus kita alirkan kepada saudara-saudara kita di Pidie Jaya. Sebagai satu kesatuan tubuh dalam berbangsa dan bernegara, Pidie Jaya di Nanggroe Aceh Darussalam adalah bagian tidak terpisahkan dari tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Jika salah satu anggota tubuh bangsa mengalami luka dan derita, seperti yang kini tengah dialami Pidie Jaya, kita sebagai bagian tubuh lain dari NKRI pun ikut merasakan derita itu. Karena itu, mengalirnya simpati, empati, dan solidaritas seluruh komponen bangsa ke Pidie Jaya ini perlu kita rawat, jaga, dan arahkan bersama agar pemulihan pascagempa di wilayah itu berlangsung lebih cepat dan lebih menyeluruh.
Di luar penanganan kondisi darurat, evakuasi, dan program rehabilitasi melalui jalur-jalur resmi pemerintah, kita patut bersyukur karena bantuan makanan, obat-obatan, pakaian, tenda permukiman, uang tunai, dan bentuk-bentuk bantuan lain terus mengalir dari seluruh komponen bangsa. Itu pertanda bahwa solidaritas sosial kita sebagai sesama anak bangsa masih dapat kita banggakan.
Kita mau solidaritas ini dapat terus kita rawat, tunjukkan, dan tingkatkan, kapan pun dan di mana pun. Solidaritas yang ditunjukkan anak-anak bangsa kepada korban bencana gempa di Aceh menunjukkan betapa kemanusiaan bisa merekatkan kita. Kemanusiaan terbukti melampauai batas-batas etnik, ras, agama, bahkan bangsa. Keberpihakan kepada manusia dan kemanusiaan inilah yang harus terus kita rawat karena ia menjadi wahana jitu untuk mempersatukan.
Sumber: mediaindonesia.com
loading...
Post a Comment