Ini Sosok Brigadir Santoso, Polisi yang Nyambi Jual Sayur
Opini Bangsa - Brigadir Santoso, anggota Polres Lamongan ini tidak canggung saat bertemu dengan ibu � ibu pedagang sayuran di pasar tradisional. Dia memilih nyambi sebagai penjual sayur untuk tambahan tabungan.
Lamongan, Jarum jam menunjukkan pukul 05.00. Jalanan di Kota Lamongan masih diselimuti kabut. Hempasan angin pagi itu menusuk ke kulit menciptakan rasa dingin.
Dari kejauhan, seorang pengendara motor bebek tampak memasuki Desa Pule, Kecamatan Tikung. Pengendara motor itu membawa dua ronjot hijau yang ditaruh di sisi kanan dan kiri. Isinya, sayuran kangkung, sawi, dan bumbu dapur untuk keperluan rumah tangga.
Pria itu, Brigadir Santoso. Anggota Polres Lamongan itu tidak sedang mempersiapkan hajatan keluarga hingga belanjaannya menumpuk. Namun, dia membawa bahan kulakan kebutuhan dapur rumah tangga warga di desanya.
Sayuran di ronjot belum diturunkan dari motor, sejumlah ibu sudah mendekat. Mereka menanyakan sayuran yang hendak dimasak untuk sarapan keluarganya.
Pria bertubuh kurus itu melayani para pembeli bersama istrinya. ��Sabar dulu ya Mas, saya masih melayani pembeli terlebih dahulu,�� tuturnya saat ditemui Selasa (17/1) pagi.
Meski menjadi anggota Shabara dan Babinkamtibmas di Desa Wonokromo, Kecamatan Tikung, dia tidak malu berbelanja sayuran dan bumbu dapur ke pasar tradisional setiap hari.
Dia berangkat menuju Pasar Sidoharjo, Lamongan sekitar pukul 03.00. Santoso harus membawa barang belanjaannya ke rumah sekitar pukul 04.30 � 05.00. Sebab, ibu � ibu di sekitar rumahnya sudah biasa berbelanja pada jam tersebut.
Jika bulan puasa, maka jam belanjanya dimajukan menjadi pukul 01.00. �Karena harus menemani keluarga sahur bersama di rumah,� tutur pria masuk Tamtama di Polda Jawa Timur pada 1999 tersebut.
Awalnya, para pedagang di Pasar Sidoharjo tidak mengetahui bahwa Santoso seorang anggota polisi. Suatu hari, sepulang dari dinas, istrinya minta dibelikan gula dan minyak. Saat itu, Santoso masih mengenakan baju seragam polisi. Baju itu hanya ditutupi jaket.
�Jadinya mampir ke pasar terlebih dahulu, untuk membeli pesanan tersebut. Banyak orang kaget ternyata anggota polisi mau berjualan sayur,� kenangnya.
Meski banyak pedagang di pasar sudah mengenalnya sebagai seorang polisi, Santoso tetap menjalankan aktivitas berbelanja sayuran untuk dijual lagi.
�Kenapa, kan juga hasil jualan tidak mencuri. Jadinya mau saja, lagian untuk tambahan tabungan,� ujar polisi mempunyai dua anak perempuan ini.
Santoso juga tidak minder bila harus menyimpan barang dagangannya di sekitar Mapolres Lamongan. Dua tahun lalu, menjelang hari raya Idul Adha, dia mendapatkan pesanan 30 butir kelapa. Saat itu, kelapa langka. Santoso harus menunggu kiriman barang di pasar. Baju seragam dibawanya untuk antisipasi kesiangan. Ketika kelapa ada, hari sudah pagi. Dia harus berangkat dinas. Akhirnya, kelapa dalam ranjang itu dibawa ke mapolres. Barang bawaan itu diparkir di depan pintu masuk.
Jiwa pedagang sudah ada pada diri Santoso sejak remaja. Ketika duduk di bangku SMP, dia sering menjual buah � buahan pepaya, jambu, mangga dari kebunnya.
Pada 2000 � 2007, saat bertugas ke Brimob Pamekasaan, Madura, Santoso membuka usaha dagang kerupuk dan peyek bersama istrinya. Setiap berangkat dinas, dia membawa kerupuk � kerupuk dan peyek itu ke beberapa warung yang satu jalan ke kantornya.
Saat berpindah tugas ke Tim Gegana Polda Jawa Timur pada 2007 � 2014, Santoso tetap berjualan kerupuk. Dia juga berjualan pentol di depan asrama. Karena padatnya tugas ke luar kota, istrinya kemudian diminta mengantarkan kerupuk ke langganan.
�Saya hanya mengantarkan yang dekat sama asrama dan juga koperasi kantor saja,� kenangnya.
Setelah itu, Santoso pindah tugas ke Polres Lamongan. Pertama kali dagang di Kota Soto ini, dia membeli kebutuhan bumbu dapur kunyit, laos, dan tomat hanya satu kilogram.
�Namun sekarang sudah berani beli satu gelangsing mengambil di Surabaya dengan belanja lainnya,� tuturnya. [opinibangsa.com / psi]
loading...
Post a Comment