AMP - Tahun 1998 seiring dengan reformasi yang digulirkan di Indonesia,
Amiruddinpun telah memasuki babak baru kehidupannya. Dia mencatatkan
diri sebagai anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Tahun itu merupakan tahun yang penuh dengan catatan penting sejarah Aceh, selain reformasi yang diperjuangkan oleh mahasiswa mencapai klimaks, di Aceh sendiri pada 7 juli Panglima ABRI jenderal Wiranto mencabut status Aceh sebagai DAerah Operasi Militer (DOM) setelah 10 tahun diterapkan.
Awal perkenalan dengan Mirik, Saiful alias Cage masih sebagai prajurit biasa di Kamp 09 (Kosong Sikureung) Palu Beueh Awee Geutah.
Saat itu yang menjadi pembesar di kawasan itu masih para desertir polisi seperti Husaini Franco, Razali dan beberapa orang lainnya. Saat masih sebagai tentara kecil di gerakan yang ia bela, Cagee sudah dikenal sebagai pemberani dan nekat
Pada tahun 2001 GAM daerah III Wilayah Batee Iliek membentuk pasukan operasi khusus Tgk Batee dgn nama asli Husaini M Amin yang sekarang mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Bireun untuk Periode 2017/2022 melalui jalur independen
Setelah pasukan itu dibentuk, eskalasi konflik semakin meningkat. Saat menjadi komandan pasuka operasi pada tahun 2002, kiprah Cage semkain dikenal karena kesukaannya bertempur. Ibarat kata, dia menyukai pertempuran melebihi kesukaan pada dirinya sendiri, dan pada tahun yang sama dia membentuk Kamp Gurkha di Gampong Darul Aman, Peusangan Selatan.
Kondisi semakin genting, dimana-mana aparat keamanan Indonesia sudah tersebar. Untuk mengefektifkan pergerakan dan memperkuat pertahanan pasukan, Cage kemudian memecah anggotannya menjadi tujuh regu. Dua diantaranya bernama regu Singa Bate yang dikomandoi oleh Mirik dan regu Geubina yang dipimpin oleh Obeng (Almarhum). "saat kondisi semakin genting, cage memecah kami dalam tujuh regu, saya sudah lupa nama-nama regu tersebut selain Singa Bate yang saya pimpin dan Geubina yang dikomandoi oleh Obeng, dia sudah almarhum" Kata Mirik mengenang masa lalu. Regu-regu tersebut terus bertempur melawan tentara pemerintah Republik Indonesia dengan cara mandiri. Hidup semakin sulit, logistik masih tersedia, namun terkadang makan beras mentah jadi pilihan, karena tempat persembunyian tidak boleh berasap.
Tahun 2003 Zona damai hadir di Aceh. Perwakilan GAM dan RI yang difasilitasi oleh Hendry Dunant Centre (HDC) meresmikan Zona Damai pertama di Indrapuri, Aceh Besar. kejadian itu terjadi pada tanggal 13 januari 2003.
Pasukan Cage yang sempat terpecah disatukan kembali. Mereka kembali dikumpulkan di Kamp Gurkha. Ada persyaratan bahwa pasukan GAM tidak boleh berserak
Masa Darurat Militer
Menjelang penerapan Darurat Militer di Aceh, kondisi keamanan dan perpolitikan semakin memburuk. Para petinggi GAM dilapangan sudah tidak bisa lagi mengendalikan keadaan. Saat itulah Cage kembali tampil kedepan dengan menyandang empat jabatan sekaligus yaitu sebagai Panglima Daerah, Panglima Muda, Panglima Sagoe serta Komandan Operasi GAM.
Satu hari menjelang Darurat Militer (DM) disahkan (17/10/2003) pasukan TNI bergerak ke Ule Jalan Peusangan Seulatan. Mengetahui informasi pasukan pemerintah semakin mendekat, Cage memanggil semua pasukannya. Dalam rapat, mereka memutuskan untuk menghadang tentara yang datang dari seberang laut itu. Mereka kemudian menunggu kedatangan TNI di ujung jembatan Ule Jalan (seberang sungai).
Tak lama kemudian pecahlah perang yang dahsyat. Pertempuran kedua belah pihak anak manusia yang berbeda ideologi itu memakan waktu 8 hari 8 malam. Jumlah pasukan GAM bersenjata dalam pertempuran itu sekitar 80 orang. hari kedelapan penerapan DM pasukan GAM mundur dan bergerak ke Blang Mane Kecamatan Peusangan Selatan. Hari ke 9 DM, Cage kembali memecah pasukannya menjadi 2 kelompok yaitu Gurkha dan Singa Batee.
Sejak awal DM, pasukan Cage sudah terisolir dan kehilangan kontak dengan GAM yang berada dibawah. Satu bulan DM, Cage kembali memecah pasukan menjadi tujuh regu. Kembali dipecahkan pasukan tersebut untuk terus memaksimalkan kekuatan dan meratakan pertahanan. Menurut analisa Cage waktu itu, taktik gerilya yang dimainkan tidak memungkinkan pasukan seluruhnya dikonsentrasikan pada satu titik pertahanan.
"Sejak awal penerapan DM, pasukan Gurkha sudah terputus hubungan dengan GAM yang berada dibawah. Sebab pasukan keamanan Pemerintah sudah berhasil mengisolasi kami dari hubungan luar. Sejak saat itu informasi tentang kami semakin sedikit yang tau," Kata Mirik sambil menghisap asap rokok dalam-dalam. kemudian dengan berat asap perusak kesehatan itu dihembuskan kembali ke udara.
Setahun darurat, Mualem (Muzakir Manaf) beserta Sofyan Dawood. Nek Tu Peureulak, Cut Manyak dan petinggi GAM lainnya tiba di daerah basis pertahanan Saiful Cage mereka dengan susah payah melalui jalan-jalan hutan menuju ke basis Kamp Gurkha utnuk mencari perlindungan. Saat itu kondisi pada petinggi GAM itu rata-rata kurus dan kurang sehat. Bukan saja para petinggi GAM yang mencari selamat ke wilayah Cage, GAM lain seperti pasukan dari Linge Aceh Tengah dan Pase juga merapat ke wilayah pegunungan tersebut.
Sejak kedatangan para petinggi GAM, perjuangan Cage untuk mempertahankan wilayah dari serbuan TNI semakin berat. Untuk memperkuat perlindungan, Cage membuat dua tim lagi. Saat melakukan upaya perlindungan terhadap Mualem, Cage tidak memberitahukan kepada khalayak. Bahkan banyak diantara pasukan GAM sendiri tidak tahu bahwa sang pimpinan berada didalam garis pertahanan mereka.
Setelah Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 menerjang dan meluluhlantahkan Aceh, kehidupan gerilyawan Aceh Merdeka semakin sulit. Sebab hampir semua wilayah pertahanan sudah diduduki oleh tentara pemerintah. Hampir setiap gampong yang ada di Aceh sudah didirikan pos-pos pertahanan satuan non organik baik dari unsur TNI maupun polisi.
Tanggal 27 Desember 2004 GAM secara sepihak menyatakan gencatan senjata dengan alasan demi kemanusiaan. Sebab hampir semua elemen baik sipil maupun militer sedang memfokuskan perhatiannya pada tindakan emergensi untuk menolong korban bencana.
Menjelang Mou Helsinki
Ketika dialog antara GAM dan RI yang difasilitasi oleh Crisist Management Initiative (CMI) semakin menunjukkan hasil positif, pertempuran sengit pecah antara pemerintah dengan pasukan Cage di daerah Gampong Darul Aman Peusangan Selatan. Pertempuran itu terjadi mulai jam 05.00 WIB (Subuh) sampai menjelang magbrib. Saat maghrib tiba, pasukan TNI mundur setelah seharian bertempur.
Pasukan GAM sendiri saat itu sudah berserak-serak karena bertempur. Cage sendiri terpisah dengan pasukannya. Saat itu 19 butir peluru sukses menembus tubuh sang Panglima. Peluru-peluru itu menembus pantat, bahu, paha, tangan dan tempat-tempat lain. Melihat tubuhnya telah dipenuhi lubang bekas bersarangnya peluru, Cage dengan pengalaman bertempur gerilya yang matang, mengikat dan menutup lukanya dengan tumbuhan hutan menjalar. Darah yang sempat keluar dipaksakan berhenti dengan ditutupi lubang tubuh yang penuh luka itu.
Dengan tubuh penuh luka, kemudia Cage merangkak ke rumah warga yang berjarak 300 meter dari lokasi pertempuran. Saat sedang merangkak, seorang gadis melihat dan kemudian membawa pulang kerumahnya untuk diobati. Tiga hari bersama si gadis, TNI datng lagi dan melakukan penggerebekan nemun beruntung, Cage berhasil diselamatkan dengan didandani seperti perempuan dan dibonceng dengan sepeda. Saat itu pasukan pemerintah tidak mengenalinya lagi.
Setelah disembunyikan ditempat ditempat yang lebih ama, disitulah Cage diobati sampai sembuh. Pasukan GAM sendiri saat itu tidak mengetahui kabar tentang Sang Panglima. Tidak ada yang bisa memastikan apakah dia hidup atau mati. Apakah terkena tembakan atau tidak.
Setelah sembuh, Cage kembali ke pasukannya. Saat itu isu akan terjadinya perdamaian semakin gencar. cage sempat membangun komunikasi dengan Bakhtiar Abdullah yang saat itu masih berada di luar negeri. Disaat itu dia baru tau bahwa lobi-lobi perdamaian semakin intensif dilakukan kedua belah pihak. cage merasa bahagia mendengar berita itu. Tak menunggu lama dia langsung mengumpulkan kembali pasukan Gurkha untuk memberitahukan berita gembira itu sekaligus mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Kemudian tanggal 15 Agustus 2055 ditanda tanganilah pernajnjian damai di Helsinki Finlandia antara Pemerintah Indonesia dengan GAM.
"Saat itu wajah bang Saiful memancarkan rona kegembiraan. Padahal saya tau dia sangat menikmati peperangan ini, namun karena kecintaannya pada perdamaian lebih besar, maka dia gembira luar biasa" kata Mirik mengenang.
Beberapa hari setlah MoU helsinki, cage diangkat menjadi Panglima Wilayah Bate Ilik yang membawahi empat daerah, mulai D-I sampai D-IV. Dua bulan sesudah damai, Cage baru turun ke kota. Saat itu Muzakir Manaf selaku Mualem menghadiahkan satu unit speda motor ninja untuk Cage sebagai bentuk apresiasi terhadap konsistensinya dalam berperang dan bertahan dengan ideologinya.
Masalah Keuangan Kombatan
Lima bulan kemudian, Cage mendapatkan proyek yang diberikan oleh pasangan Bupati Bireun saat itu Mustafa Geuanggang-Amiruddin Idris. Proyek yang diberikan itu berupa pembangunan jalan Pulo Panyang Kecamatan Peusangan Selatan. kemudian olehnya, proyek itu dijual kepada kontraktor lain. Uang hasil penjualan proyek itu dibelinya mobil Estrada Double Cabin warna merah.
Perpecahan ditubuh GAM muali terjadi saat cairnya dana reintegrasi yang diluncurkan oleh Badan Reintegrasi Aceh (BRA) tahun 2006. Cage selaku Panglima membagikan uang tersebut kepada seluruh jajarannya. Namun dalam pembagian uang tersebut dia membedakan antara GAM yang bertahan dipusaran konflik dengan GAM yang melarikan diri keluar daerah. Untuk yang bertahan jatah diberikan lebih besar, sedangkan yang lari keluar daerah lebih sedikit. Sehingga GAM yang mendapatkan jatah sedikit marah dan memberontak pada barisan Cage.
Ekses dari kejadian itu, Amirudin Husen dicopot dari jabatannya sebagai Panglima Wilayah. Sebagai penggantinya diangkatlah Dedi bin Hamzah. Setahun setelah itu GAM pecah kembali, mereka sudah tidak lagi sepaham. Melihat situasi ini, kalangan cerdik pandai agama dan petinggi GAM meminta Cage kembali naik sebagai Panglima, namun Cage menolak tawaran itu.
Tak hilang akal, cerdik pandai agama dan Irwandi kemudian kembali membujuk Saiful untuk menerima tawaran itu, akhirnya Cage lulu juga. Namun Cage membuat persyaratan yaitu dia akan bersedia jadi Panglima kembali dengan dibantu oleh cerdik pandai agama sebagai penasehat. Setelah mendapat kata setuju, diapun kembali ke "tahta: yang sempat dicopot paksa. Diantara cerdik pandai agama yang bersedia menjadi penasehat Cage adalah Abu Kuta Krueng, Waled Mudawali dan Abu Tumin Blang Blahdeh.
Saat Cage kembali ke puncak wilayah, semua lapisan pasukan mendukungnya, setelah GAM bersatu kembali, merekapun semakin mantap mendirikan partai politik tersendiri sebagai wadah perjuangan mantan kombatan. Setelah berproses dari partai GAM, Partai Aceh Mandiri yang kesemuanya ditolak oleh Kemenkumham, akhirnya dengan nama Partai Aceh (PA) mereka bisa merajai dunia "persilatan" politik ditataran Aceh.
Selain sangat tegas dalam bertinda dan menahkodai wilayah Batwe Iliek, Cage tidak pernah melupakan janda dan anak yatim korban konflik. Setiap meugang, dia selalu membagikan daging gratis untuk anak yatim korbna konflik diseluruh wilayah Batee Iliek, bahkan ada yang disekolahkan olehnya sampai perguruan tinggi.
Menolak Mendukung ZIKIR sebagai Calon Gubernur periode 2012/2017
Cage menolak perintah komando saat pencalonan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (Zikir) sebagai Cagub dan Cawagub Aceh.
Dia dengan lantang menolak pencalonan itu karena dianggap tidak demokratis dan petinggi dikomando pusat telah berbuat sesuka hati dengan asal tunjuk. Cage beserta KPA di 13 wilayah secara bersama-sama menolak pencalonan duet "Zikir" yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai keterbukaan dan putusan bersama. Hanya empat wilayah yang mengakui dan mendukung putusan komando, dua diantaranya adalah Sigli dan Pase.
Setelah berdiskusi dengan beberapa kalangan, akhirnya Cage memutuskan untuk mendukung Irwandi Yusuf sebagai calon gubernur. Jabatan Panglima Wilyah Batee Iliek dikembalikan ke komando beserta dengan stempel.
Pasca mendukung Irwandi, hubungan Cage dengan pihak komando semakin memanas.
Akhirnya pada jumat (22/7) sekitar pukul 23.00 WIB, Cage menghembuskan nafas terakhirnya stelah timah panas dari senjata api jenis AK menembus bahu dan kepalanya. Dia menghembuskan nafas terakhir didepan warung kopi miliknya yang diberi nama sama seperti Kamp-nya dulu yaitu Gurkha.
Amiruddin Husein alias Saiful Cage merupakan salah seorang pelaku sekaligus saksi sejarah pergolakan Aceh melawan dominasi Jakarta.
Banyak kisah yang telah ditorehkan oleh lelaki 42 tahun yang lalu di Gampong Pulo Panyang dusun Cot Kala Peusangan Selatan.
SUMBER: Yusnaidi alias Mirik orang kepercayaan almarhum sampai ajal menjemput.
Tahun itu merupakan tahun yang penuh dengan catatan penting sejarah Aceh, selain reformasi yang diperjuangkan oleh mahasiswa mencapai klimaks, di Aceh sendiri pada 7 juli Panglima ABRI jenderal Wiranto mencabut status Aceh sebagai DAerah Operasi Militer (DOM) setelah 10 tahun diterapkan.
Awal perkenalan dengan Mirik, Saiful alias Cage masih sebagai prajurit biasa di Kamp 09 (Kosong Sikureung) Palu Beueh Awee Geutah.
Saat itu yang menjadi pembesar di kawasan itu masih para desertir polisi seperti Husaini Franco, Razali dan beberapa orang lainnya. Saat masih sebagai tentara kecil di gerakan yang ia bela, Cagee sudah dikenal sebagai pemberani dan nekat
Pada tahun 2001 GAM daerah III Wilayah Batee Iliek membentuk pasukan operasi khusus Tgk Batee dgn nama asli Husaini M Amin yang sekarang mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Bireun untuk Periode 2017/2022 melalui jalur independen
Setelah pasukan itu dibentuk, eskalasi konflik semakin meningkat. Saat menjadi komandan pasuka operasi pada tahun 2002, kiprah Cage semkain dikenal karena kesukaannya bertempur. Ibarat kata, dia menyukai pertempuran melebihi kesukaan pada dirinya sendiri, dan pada tahun yang sama dia membentuk Kamp Gurkha di Gampong Darul Aman, Peusangan Selatan.
Kondisi semakin genting, dimana-mana aparat keamanan Indonesia sudah tersebar. Untuk mengefektifkan pergerakan dan memperkuat pertahanan pasukan, Cage kemudian memecah anggotannya menjadi tujuh regu. Dua diantaranya bernama regu Singa Bate yang dikomandoi oleh Mirik dan regu Geubina yang dipimpin oleh Obeng (Almarhum). "saat kondisi semakin genting, cage memecah kami dalam tujuh regu, saya sudah lupa nama-nama regu tersebut selain Singa Bate yang saya pimpin dan Geubina yang dikomandoi oleh Obeng, dia sudah almarhum" Kata Mirik mengenang masa lalu. Regu-regu tersebut terus bertempur melawan tentara pemerintah Republik Indonesia dengan cara mandiri. Hidup semakin sulit, logistik masih tersedia, namun terkadang makan beras mentah jadi pilihan, karena tempat persembunyian tidak boleh berasap.
Tahun 2003 Zona damai hadir di Aceh. Perwakilan GAM dan RI yang difasilitasi oleh Hendry Dunant Centre (HDC) meresmikan Zona Damai pertama di Indrapuri, Aceh Besar. kejadian itu terjadi pada tanggal 13 januari 2003.
Pasukan Cage yang sempat terpecah disatukan kembali. Mereka kembali dikumpulkan di Kamp Gurkha. Ada persyaratan bahwa pasukan GAM tidak boleh berserak
Masa Darurat Militer
Menjelang penerapan Darurat Militer di Aceh, kondisi keamanan dan perpolitikan semakin memburuk. Para petinggi GAM dilapangan sudah tidak bisa lagi mengendalikan keadaan. Saat itulah Cage kembali tampil kedepan dengan menyandang empat jabatan sekaligus yaitu sebagai Panglima Daerah, Panglima Muda, Panglima Sagoe serta Komandan Operasi GAM.
Satu hari menjelang Darurat Militer (DM) disahkan (17/10/2003) pasukan TNI bergerak ke Ule Jalan Peusangan Seulatan. Mengetahui informasi pasukan pemerintah semakin mendekat, Cage memanggil semua pasukannya. Dalam rapat, mereka memutuskan untuk menghadang tentara yang datang dari seberang laut itu. Mereka kemudian menunggu kedatangan TNI di ujung jembatan Ule Jalan (seberang sungai).
Tak lama kemudian pecahlah perang yang dahsyat. Pertempuran kedua belah pihak anak manusia yang berbeda ideologi itu memakan waktu 8 hari 8 malam. Jumlah pasukan GAM bersenjata dalam pertempuran itu sekitar 80 orang. hari kedelapan penerapan DM pasukan GAM mundur dan bergerak ke Blang Mane Kecamatan Peusangan Selatan. Hari ke 9 DM, Cage kembali memecah pasukannya menjadi 2 kelompok yaitu Gurkha dan Singa Batee.
Sejak awal DM, pasukan Cage sudah terisolir dan kehilangan kontak dengan GAM yang berada dibawah. Satu bulan DM, Cage kembali memecah pasukan menjadi tujuh regu. Kembali dipecahkan pasukan tersebut untuk terus memaksimalkan kekuatan dan meratakan pertahanan. Menurut analisa Cage waktu itu, taktik gerilya yang dimainkan tidak memungkinkan pasukan seluruhnya dikonsentrasikan pada satu titik pertahanan.
"Sejak awal penerapan DM, pasukan Gurkha sudah terputus hubungan dengan GAM yang berada dibawah. Sebab pasukan keamanan Pemerintah sudah berhasil mengisolasi kami dari hubungan luar. Sejak saat itu informasi tentang kami semakin sedikit yang tau," Kata Mirik sambil menghisap asap rokok dalam-dalam. kemudian dengan berat asap perusak kesehatan itu dihembuskan kembali ke udara.
Setahun darurat, Mualem (Muzakir Manaf) beserta Sofyan Dawood. Nek Tu Peureulak, Cut Manyak dan petinggi GAM lainnya tiba di daerah basis pertahanan Saiful Cage mereka dengan susah payah melalui jalan-jalan hutan menuju ke basis Kamp Gurkha utnuk mencari perlindungan. Saat itu kondisi pada petinggi GAM itu rata-rata kurus dan kurang sehat. Bukan saja para petinggi GAM yang mencari selamat ke wilayah Cage, GAM lain seperti pasukan dari Linge Aceh Tengah dan Pase juga merapat ke wilayah pegunungan tersebut.
Sejak kedatangan para petinggi GAM, perjuangan Cage untuk mempertahankan wilayah dari serbuan TNI semakin berat. Untuk memperkuat perlindungan, Cage membuat dua tim lagi. Saat melakukan upaya perlindungan terhadap Mualem, Cage tidak memberitahukan kepada khalayak. Bahkan banyak diantara pasukan GAM sendiri tidak tahu bahwa sang pimpinan berada didalam garis pertahanan mereka.
Setelah Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 menerjang dan meluluhlantahkan Aceh, kehidupan gerilyawan Aceh Merdeka semakin sulit. Sebab hampir semua wilayah pertahanan sudah diduduki oleh tentara pemerintah. Hampir setiap gampong yang ada di Aceh sudah didirikan pos-pos pertahanan satuan non organik baik dari unsur TNI maupun polisi.
Tanggal 27 Desember 2004 GAM secara sepihak menyatakan gencatan senjata dengan alasan demi kemanusiaan. Sebab hampir semua elemen baik sipil maupun militer sedang memfokuskan perhatiannya pada tindakan emergensi untuk menolong korban bencana.
Menjelang Mou Helsinki
Ketika dialog antara GAM dan RI yang difasilitasi oleh Crisist Management Initiative (CMI) semakin menunjukkan hasil positif, pertempuran sengit pecah antara pemerintah dengan pasukan Cage di daerah Gampong Darul Aman Peusangan Selatan. Pertempuran itu terjadi mulai jam 05.00 WIB (Subuh) sampai menjelang magbrib. Saat maghrib tiba, pasukan TNI mundur setelah seharian bertempur.
Pasukan GAM sendiri saat itu sudah berserak-serak karena bertempur. Cage sendiri terpisah dengan pasukannya. Saat itu 19 butir peluru sukses menembus tubuh sang Panglima. Peluru-peluru itu menembus pantat, bahu, paha, tangan dan tempat-tempat lain. Melihat tubuhnya telah dipenuhi lubang bekas bersarangnya peluru, Cage dengan pengalaman bertempur gerilya yang matang, mengikat dan menutup lukanya dengan tumbuhan hutan menjalar. Darah yang sempat keluar dipaksakan berhenti dengan ditutupi lubang tubuh yang penuh luka itu.
Dengan tubuh penuh luka, kemudia Cage merangkak ke rumah warga yang berjarak 300 meter dari lokasi pertempuran. Saat sedang merangkak, seorang gadis melihat dan kemudian membawa pulang kerumahnya untuk diobati. Tiga hari bersama si gadis, TNI datng lagi dan melakukan penggerebekan nemun beruntung, Cage berhasil diselamatkan dengan didandani seperti perempuan dan dibonceng dengan sepeda. Saat itu pasukan pemerintah tidak mengenalinya lagi.
Setelah disembunyikan ditempat ditempat yang lebih ama, disitulah Cage diobati sampai sembuh. Pasukan GAM sendiri saat itu tidak mengetahui kabar tentang Sang Panglima. Tidak ada yang bisa memastikan apakah dia hidup atau mati. Apakah terkena tembakan atau tidak.
Setelah sembuh, Cage kembali ke pasukannya. Saat itu isu akan terjadinya perdamaian semakin gencar. cage sempat membangun komunikasi dengan Bakhtiar Abdullah yang saat itu masih berada di luar negeri. Disaat itu dia baru tau bahwa lobi-lobi perdamaian semakin intensif dilakukan kedua belah pihak. cage merasa bahagia mendengar berita itu. Tak menunggu lama dia langsung mengumpulkan kembali pasukan Gurkha untuk memberitahukan berita gembira itu sekaligus mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Kemudian tanggal 15 Agustus 2055 ditanda tanganilah pernajnjian damai di Helsinki Finlandia antara Pemerintah Indonesia dengan GAM.
"Saat itu wajah bang Saiful memancarkan rona kegembiraan. Padahal saya tau dia sangat menikmati peperangan ini, namun karena kecintaannya pada perdamaian lebih besar, maka dia gembira luar biasa" kata Mirik mengenang.
Beberapa hari setlah MoU helsinki, cage diangkat menjadi Panglima Wilayah Bate Ilik yang membawahi empat daerah, mulai D-I sampai D-IV. Dua bulan sesudah damai, Cage baru turun ke kota. Saat itu Muzakir Manaf selaku Mualem menghadiahkan satu unit speda motor ninja untuk Cage sebagai bentuk apresiasi terhadap konsistensinya dalam berperang dan bertahan dengan ideologinya.
Masalah Keuangan Kombatan
Lima bulan kemudian, Cage mendapatkan proyek yang diberikan oleh pasangan Bupati Bireun saat itu Mustafa Geuanggang-Amiruddin Idris. Proyek yang diberikan itu berupa pembangunan jalan Pulo Panyang Kecamatan Peusangan Selatan. kemudian olehnya, proyek itu dijual kepada kontraktor lain. Uang hasil penjualan proyek itu dibelinya mobil Estrada Double Cabin warna merah.
Perpecahan ditubuh GAM muali terjadi saat cairnya dana reintegrasi yang diluncurkan oleh Badan Reintegrasi Aceh (BRA) tahun 2006. Cage selaku Panglima membagikan uang tersebut kepada seluruh jajarannya. Namun dalam pembagian uang tersebut dia membedakan antara GAM yang bertahan dipusaran konflik dengan GAM yang melarikan diri keluar daerah. Untuk yang bertahan jatah diberikan lebih besar, sedangkan yang lari keluar daerah lebih sedikit. Sehingga GAM yang mendapatkan jatah sedikit marah dan memberontak pada barisan Cage.
Ekses dari kejadian itu, Amirudin Husen dicopot dari jabatannya sebagai Panglima Wilayah. Sebagai penggantinya diangkatlah Dedi bin Hamzah. Setahun setelah itu GAM pecah kembali, mereka sudah tidak lagi sepaham. Melihat situasi ini, kalangan cerdik pandai agama dan petinggi GAM meminta Cage kembali naik sebagai Panglima, namun Cage menolak tawaran itu.
Tak hilang akal, cerdik pandai agama dan Irwandi kemudian kembali membujuk Saiful untuk menerima tawaran itu, akhirnya Cage lulu juga. Namun Cage membuat persyaratan yaitu dia akan bersedia jadi Panglima kembali dengan dibantu oleh cerdik pandai agama sebagai penasehat. Setelah mendapat kata setuju, diapun kembali ke "tahta: yang sempat dicopot paksa. Diantara cerdik pandai agama yang bersedia menjadi penasehat Cage adalah Abu Kuta Krueng, Waled Mudawali dan Abu Tumin Blang Blahdeh.
Saat Cage kembali ke puncak wilayah, semua lapisan pasukan mendukungnya, setelah GAM bersatu kembali, merekapun semakin mantap mendirikan partai politik tersendiri sebagai wadah perjuangan mantan kombatan. Setelah berproses dari partai GAM, Partai Aceh Mandiri yang kesemuanya ditolak oleh Kemenkumham, akhirnya dengan nama Partai Aceh (PA) mereka bisa merajai dunia "persilatan" politik ditataran Aceh.
Selain sangat tegas dalam bertinda dan menahkodai wilayah Batwe Iliek, Cage tidak pernah melupakan janda dan anak yatim korban konflik. Setiap meugang, dia selalu membagikan daging gratis untuk anak yatim korbna konflik diseluruh wilayah Batee Iliek, bahkan ada yang disekolahkan olehnya sampai perguruan tinggi.
Menolak Mendukung ZIKIR sebagai Calon Gubernur periode 2012/2017
Cage menolak perintah komando saat pencalonan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (Zikir) sebagai Cagub dan Cawagub Aceh.
Dia dengan lantang menolak pencalonan itu karena dianggap tidak demokratis dan petinggi dikomando pusat telah berbuat sesuka hati dengan asal tunjuk. Cage beserta KPA di 13 wilayah secara bersama-sama menolak pencalonan duet "Zikir" yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai keterbukaan dan putusan bersama. Hanya empat wilayah yang mengakui dan mendukung putusan komando, dua diantaranya adalah Sigli dan Pase.
Setelah berdiskusi dengan beberapa kalangan, akhirnya Cage memutuskan untuk mendukung Irwandi Yusuf sebagai calon gubernur. Jabatan Panglima Wilyah Batee Iliek dikembalikan ke komando beserta dengan stempel.
Pasca mendukung Irwandi, hubungan Cage dengan pihak komando semakin memanas.
Akhirnya pada jumat (22/7) sekitar pukul 23.00 WIB, Cage menghembuskan nafas terakhirnya stelah timah panas dari senjata api jenis AK menembus bahu dan kepalanya. Dia menghembuskan nafas terakhir didepan warung kopi miliknya yang diberi nama sama seperti Kamp-nya dulu yaitu Gurkha.
Amiruddin Husein alias Saiful Cage merupakan salah seorang pelaku sekaligus saksi sejarah pergolakan Aceh melawan dominasi Jakarta.
Banyak kisah yang telah ditorehkan oleh lelaki 42 tahun yang lalu di Gampong Pulo Panyang dusun Cot Kala Peusangan Selatan.
SUMBER: Yusnaidi alias Mirik orang kepercayaan almarhum sampai ajal menjemput.
loading...
Post a Comment