Mengapa Anak-Anak Dilibatkan Dalam Kampanye Politik?
AMP - Merujuk pada pemahaman yang berkembang selama ini mengenai kampanye politik kita dapat mengambil kata kunci bahwa esensi kampanye politik jangka pendek adalah ”menggiring publik menuju pencoblosan di bilik suara”, Jika kita tilik siapa saja yang mempunyai hak untuk memilih maka jelas-jelas sama sekali tidak ada relasinya dengan anak-anak, sehingga tidak ada alasan anak-anak dilibatkan dalam kampanye politik, Sebab, anak bukan seorang pemilih pemula yang telah berusia 17 tahun. Tapi, mengapa keberadaan anak-anak kerap dilibatkan dalam kampanye politik, adalah fenomena menarik.
Kampanye politik merupakan minimalisasi ruang publik, minimalisme ruang publik menciptakan kondisi yang tidak mendukung dalam proses demokratisasi. Minimalisasi ruang publik dalam konteks masyarakat Indonesia diantaranya pendangkalan ruang publik (Piliang, 2005 : 258). Pendangkalan ruang publik cenderung dibangun oleh representasi atau tindakan tanpa dilandasi oleh pengetahuan yang luas, landasan filosofis yang dalam, serta fondasi moral yang kokoh sebagai penopangngya, melainkan oleh berbagai strategi populer yang memanfaatkan model-model psikologi massa populer dalam rangka menguasai ruang publik melalui kekuatan popularitas didalamnya, meskipun popularitas ini tidak didukung oleh pengetahuan, keterampilan dan kecakapan yang sebenarnya.
Dalam kampanye politik dengan memanfaatkan figur populer ”sosok anak-anak” sebenarnya mengkerdilkan wacana politik yang sesungguhnya mempunyai makna dan nilai yang dalam menjadi sebuah fenomena yang dangkal dan permukaan karena hanya menjadi sebuah ”sensasi politik” belaka, anak-anak semata-mata dijadikan sebagai penggembira, penarik simpati dan penyedot perhatian publik. Pada konteks ini juga telah terjadi transparansi ruang publik, yaitu runtuhnya batas-batas yang selama ini memisahkan antara ruang publik dengan apa yang disebut dengan ruang pribadi, keterlibatan anak-anak dalam kampanye politik mengindikasikan runtuhnya batas antara ruang publik orang dewasa dan ruang publik anak-anak. Kampanye politik yang semestinya adalah wacana politiknya orang-orang dewasa menjadi kabur batasannya tatkala anak-anak ternyata bisa dilibatkan di area ini.
Pelibatan anak sebagai simpatisan, sengaja atau tidak akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Perilaku anak bukan sesuatu yang bersifat given, namun merupakan hasil dari proses learning atau peniruan terhadap orangtua atau orang dewasa yang ada di sekitarnya, baik langsung maupun tidak langsung. Proses yang diterima anak dalam masa kampanye itu merupakan memori yang digunakan sebagai reference anak menghadapi hidup dan kehidupannya dikemudian hari. Oleh karena itu, menjadikan anak setara dengan orang dewasa pada masa kampanye parpol, akan mengakibatkan memori anak menancapkan nilai-nilai yang ditanamkan saat kampanye.
Tetapi tidak bisa juga dipungkiri bahwa anak-anak dengan kepolosannya memperoleh kegembiraan dengan kegiatan kampanye, terlebih lagi terlibat dalam arak-arakan kendaraan dengan membawa atribut partai layaknya seperti karnaval, atau meneriakan yel yel tanpa tahu makna teriakannya itu, yang ada dalam benaknya kegiatan semacam itu mendatangkan kesenangan dan hiburan. Tidak jarang polemik dan konflik pun disposisi dan berkembang menjadi sebuah dilematisme disatu sisi sebagai pemberian hak kebebasan anak untuk mendapatkan pendidikan politik dalam rangka proses pembelajaran politik sejak dini dalam upaya memberikan gambaran real tentang proses perpolitikan, disisi lain berbenturan dengan aturan-aturan yang dibuat oleh orang dewasa dalam rangka memberikan perlindungan terhadap keselamatannya.(AMP)
loading...
Post a Comment