AMP - Di rumah berdinding tepah dan beratap daun rumbia yang sudah usang dimakan waktu itu, terlihat sosok wanita dengan kaki besar berpostur tubuh kurus duduk di atas sebuah dipan yang hannya beralaskan bambu selama 4,5 tahun lamanya.
Sore itu tampak sorot matanya berkaca-kaca, sesekali dirinya tak kuasa untuk membendung tangis ketika rumah berukuran 4x5 disambangi Wakil Bupati Aceh Utara, Fauzi Yusuf dan Kadis Kesehatan Mahcrozal untuk melihat langsung kondisi Suhati Sailis (39) yang divonis pihak medis mengalami kanker tulang ganas (Chondrosarcoma) sejak 2011 lalu.
Suhati Sailis adalah warga pedalaman Gampong Coet Lambideung, Kecamatan, Sawang, Kabupaten Aceh Utara, sudah menderita kanker tulang pada level stadium ganas.
“Awalnya pada tahun 2011 istri saya Suhati pernah terjatuh dan mengalami lembam dan bengkak. Setelah di bawa ke dukun urut kaki Istri saya pun sempat sembuh,” kata Hasan Basri (41) suami Suhati kepada AJNN, Rabu (4/10) sore.
Hasan yang berprofesi sebagai seorang petani upahan tak mampu berbuat banyak. Sepulang istrinya dari Bogor, pada pertengahan 2011, kaki istrinya semakin membesar dan terus dihantui rasa sakit.
“Melihat kondisi itu, saya langsung membawa dia ke Rumah Sakit Cut Mutia (RSUCM) untuk memeriksa atas keluhan yang dialami istri saya. Dari hasil pemeriksaan di rumah sakit oleh pihak medis menyarankan agar kaki istri saya dioperasi,” sebutnya.
Namun kaki Suhati juga tidak bisa dilakukan operasi karena saat itu dalam kondisi hamil lima bulan, bila dipaksakan operasi Suhati harus terlebih dulu mengugurkan janin yang ada di kandungannya
Tak patah arang, Hasan pun kembali dengan usaha bagi kesembuhan istrinya, pada tahun 2013 Hasan kembali membawa sang istri berobat ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh.
“Disana setelah dilakukan serangkain pemeriksaan dan diambil sempel, dokter memvonis kaki istri saya harus diamputasi. Setelah saya musyawarah dengan keluarga dan istri saya maka kami memutuskan untuk mengurungkan saran dokter tersebut,” imbuhnya.
Sambungya, harapan untuk kesembuhan kaki istrinya pun tidak seperti harapan, maka setelah itu dirinya bersama istrinya pun berjak kembali ke kampung halamannya mereka.
“Setelah divonis amputasi kami pun sempat kembali lagi ke Banda Aceh sebanyak tiga kali. Namun pihak rumah sakit tetap dengan vonis yang sama, yaitu harus di amputasi," katanya
Menurut keterangan pihak rumah sakit, pembuluh darah Suhati sudah dimakan tumor.
"Bilapun ada cara lain, yaitu dengan memasang alat peganti yang harganya mencapai Rp 180 juta,” kata Hasan.
Suhati Sailis, adalah keluarga miskin di pedalaman Aceh Utara, dia memiliki tiga anak. Anak pertamanya bernama Dede Hermawan masih duduk di bangku klas II SMP, yang kedua Nafasabira Klas 4 SD dan yang terlahir Muhammad Maulidi masih berumur 4 tahun.
Suhati mengaku dirinya tidak pernah menerima dan mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk biaya pengobatan kakinya
“Kami tidak ada harta benda, untuk saya berobat selama ini suami saya terpaksa berutang kesana-kemari kepada suadara dan tetangga yang jumlahnya sampai Rp 15 juta,” keluhnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Aceh Utara Fauzi Yusuf didampingi Kadis Kesehatan Aceh Utara, Machrozal mengatakan, Pemerintah Aceh Utara bersama Dinkes Aceh Utara akan mengupayakan segala cara untuk kesembuhan Suhati.
“Kita sudah melihat langsung kondisi Suhati, sangatlah miris. Suhati sesegera mungkin akan kita upayakan untuk kita rujuk kembali ke Banda Aceh lagi,” kata Fauzi Yusuf.
Fauzi menyebutkan, dirinya sudah memerintahkan Kadis Kesehatan untuk berkomunikasi dengan pihak dokter di Rumah Sakit Zainal Abidin, agar dalam waktu dekat Suhati bisa di bawa ke Banda Aceh dengan di dampingi pihak dinas.
“Bila nanti saat dirujuk ke RS Banda Aceh dinyatakan harus di rujuk ke luar Aceh, maka kita Pemerintah Kabupaten Aceh Utara bersama pihak BPJS akan mempersiapkan segala fasilitasnya,” tegasnya.(AJNN.Net)
Sore itu tampak sorot matanya berkaca-kaca, sesekali dirinya tak kuasa untuk membendung tangis ketika rumah berukuran 4x5 disambangi Wakil Bupati Aceh Utara, Fauzi Yusuf dan Kadis Kesehatan Mahcrozal untuk melihat langsung kondisi Suhati Sailis (39) yang divonis pihak medis mengalami kanker tulang ganas (Chondrosarcoma) sejak 2011 lalu.
Suhati Sailis adalah warga pedalaman Gampong Coet Lambideung, Kecamatan, Sawang, Kabupaten Aceh Utara, sudah menderita kanker tulang pada level stadium ganas.
“Awalnya pada tahun 2011 istri saya Suhati pernah terjatuh dan mengalami lembam dan bengkak. Setelah di bawa ke dukun urut kaki Istri saya pun sempat sembuh,” kata Hasan Basri (41) suami Suhati kepada AJNN, Rabu (4/10) sore.
Hasan yang berprofesi sebagai seorang petani upahan tak mampu berbuat banyak. Sepulang istrinya dari Bogor, pada pertengahan 2011, kaki istrinya semakin membesar dan terus dihantui rasa sakit.
“Melihat kondisi itu, saya langsung membawa dia ke Rumah Sakit Cut Mutia (RSUCM) untuk memeriksa atas keluhan yang dialami istri saya. Dari hasil pemeriksaan di rumah sakit oleh pihak medis menyarankan agar kaki istri saya dioperasi,” sebutnya.
Namun kaki Suhati juga tidak bisa dilakukan operasi karena saat itu dalam kondisi hamil lima bulan, bila dipaksakan operasi Suhati harus terlebih dulu mengugurkan janin yang ada di kandungannya
Tak patah arang, Hasan pun kembali dengan usaha bagi kesembuhan istrinya, pada tahun 2013 Hasan kembali membawa sang istri berobat ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh.
“Disana setelah dilakukan serangkain pemeriksaan dan diambil sempel, dokter memvonis kaki istri saya harus diamputasi. Setelah saya musyawarah dengan keluarga dan istri saya maka kami memutuskan untuk mengurungkan saran dokter tersebut,” imbuhnya.
Sambungya, harapan untuk kesembuhan kaki istrinya pun tidak seperti harapan, maka setelah itu dirinya bersama istrinya pun berjak kembali ke kampung halamannya mereka.
“Setelah divonis amputasi kami pun sempat kembali lagi ke Banda Aceh sebanyak tiga kali. Namun pihak rumah sakit tetap dengan vonis yang sama, yaitu harus di amputasi," katanya
Menurut keterangan pihak rumah sakit, pembuluh darah Suhati sudah dimakan tumor.
"Bilapun ada cara lain, yaitu dengan memasang alat peganti yang harganya mencapai Rp 180 juta,” kata Hasan.
Suhati Sailis, adalah keluarga miskin di pedalaman Aceh Utara, dia memiliki tiga anak. Anak pertamanya bernama Dede Hermawan masih duduk di bangku klas II SMP, yang kedua Nafasabira Klas 4 SD dan yang terlahir Muhammad Maulidi masih berumur 4 tahun.
Suhati mengaku dirinya tidak pernah menerima dan mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk biaya pengobatan kakinya
“Kami tidak ada harta benda, untuk saya berobat selama ini suami saya terpaksa berutang kesana-kemari kepada suadara dan tetangga yang jumlahnya sampai Rp 15 juta,” keluhnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Aceh Utara Fauzi Yusuf didampingi Kadis Kesehatan Aceh Utara, Machrozal mengatakan, Pemerintah Aceh Utara bersama Dinkes Aceh Utara akan mengupayakan segala cara untuk kesembuhan Suhati.
“Kita sudah melihat langsung kondisi Suhati, sangatlah miris. Suhati sesegera mungkin akan kita upayakan untuk kita rujuk kembali ke Banda Aceh lagi,” kata Fauzi Yusuf.
Fauzi menyebutkan, dirinya sudah memerintahkan Kadis Kesehatan untuk berkomunikasi dengan pihak dokter di Rumah Sakit Zainal Abidin, agar dalam waktu dekat Suhati bisa di bawa ke Banda Aceh dengan di dampingi pihak dinas.
“Bila nanti saat dirujuk ke RS Banda Aceh dinyatakan harus di rujuk ke luar Aceh, maka kita Pemerintah Kabupaten Aceh Utara bersama pihak BPJS akan mempersiapkan segala fasilitasnya,” tegasnya.(AJNN.Net)
Suhati Sailis di rumahnya di Gampong Coet Lambideung, Kecamatan, Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (4/10) |
loading...
Post a Comment