Berkata Syeh Muda Waly; " Syeh Zakariya Labai Sati, murid fiddzahir wa mursyid fil batin ( pada dzahir ia Muridku, pada batin ia Mursyid Ku ).
Syeh Zakariya Labai Sati nama kecilnya " Buyuang Malalo ". Beliau mengaji kurang lebih selama tujuh tahun di Pesantren Jaho Padang. Ia berguru pada Ulama besar Minangkabau Syeh Muhammad Jamil Jaho. Ilmu yang dipelajarinya di pesantren Jaho seperti ilmu Nahu, Sharaf, Bayan, Ma'ani, Badi', Mantiq, Tauhid, Fiqh, Ushul Fiqh, Tafsir, Hadits, Tasawuf, dan lain-lain. Tepat pada tahun 1926 beliau mendapat Ijazah dari Madrasah yang masyhur ini.
Adapun Syeh Muda Waly, setelah belajar di Dayah-dayah Aceh, beliau dikirim oleh Tokoh Modernism ke Normal Islam Padang. Namun Syeh Muda Waly hanya bertahan tiga bulan di Normal Islam, karena di Normal Islam lebih banyak pelajaran umumnya daripada pelajaran agama. Syeh Muda Waly kemudian tinggal di rumah kakek dari istrinya ( Ummi Rasimah ibunda Abuya Prof.Dr.Muhibbuddin Waly ) seorang Ulama besar Padang yaitu Syeh Khatib Ali al Fadany ( pengarang Boerhanul Haq dan Soeloeah Melajoe ).
Syeh Khatib Ali ini murid juga menantu Syeh As'ad Mungka Syaikhul Masyaaikh ( Gurunya para Ulama ) di Minangkabau Padang, juga beliau murid Imam besar Mufti Mazhab Syafi'i Makkah Syeh Ahmad Khatib Minangkabawi ( pengarang kitab Ushul Fiqh Nafahat Waraqat yang dikaji di Dayah-dayah Aceh ).. Syeh Muda Waly sudah begitu sangat Alim, hafidz segala " matan " kitab, cakap mensyarahnya, sehingga membuat beliau seketika terkenal di Minangkabau.
Karena kealimannya itulah banyak ulama Minang yang terpikat, sampai menjadikannya sebagai menantu. Selain Syeh Khatib Ali, ulama besar Minangkabau Syeh Muhammad Jamil Jaho juga menjadikan Syeh Muda Waly sebagai menantunya.
Syeh Zakariya dan Syeh Muda Waly sangat erat hubungannya, sehingga dua orang ulama ini saling mengaku menjadi murid. Syeh Zakariya mengaku menjadi murid Syeh Muda Waly, begitu juga Syeh Muda Waly mengaku menjadi murid Syeh Zakariya. Sehingga Syeh Muda Waly pernah berkata;" Syeh Zakariya, murid fiddzahir wa mursyid fil batin ( pada zahir ia muridku, namun pada batin ia mursyid/guruku ).Begitulah kerendahan hati dari kedua orang Ulama yang Alim pada masa dulu.
Konon kabarnya yang memberi nama " Zakariya " ialah Syeh Muda Waly. Kisahnya ketika Syeh Muda Waly membuka pengajian di Lubuk Alung Padang yang cukup ramai orang yang datang. Di suatu waktu datang seorang yang serba putih, berjubah putih dan berkopiah putih. Pengajian saat itu tentang Ilmu Ushul Fiqh.
Setelah Syeh Muda Waly selesai mensyarahkannya, seorang yang berjubah putih itu mengajukan pertanyaan tentang Ushul Fiqh. Syeh Muda Waly dapat menjawabnya, tapi setelah merujuk kitab " Waraqat ".
Pada hari berikutnya, pada pengajian yang sama, seorang yang berkopiah putih itu bertanya lagi tentang Ushul Fiqh. Dan Syeh Muda Waly pun dapat menjawabnya, namun setelah merujuk " Lathaif al-Isyarat " ( lebih tinggi dari Waraqat ).
Pada hari berikutnya, pada pengajian yang sama juga, seorang yang berkopiah putih itu lagi-lagi bertanya tentang masalah Ushul Fiqh. Syeh Muda Waly akhirnya dapat menjawab, namun setelah merujuk kitab " Ghayah al Wushul " ( lebih tinggi dari Lathaif al-Isyarat ).
Rupa-rupanya seorang yang serba putih itu ialah seorang ahli Ushul Fiqh dan Ahli Mantiq, yang cukup membuat Syeh Muda Waly berpikir keras untuk menjawab soal yang diajukannya. Lelaki yang serba putih itu tak lain ialah " Buyuang Malalo ".
Karena kealimannya tentang Ushul Fiqh itu, Syeh Muda Waly memberikannya nama Zakariya al-Anshari, mengambil berkat dengan pengarang kitab Ushul Fiqh " Syaikhul Islam Syeh Zakariya al-Anshari al-Syafi'i ". Semenjak itu " Buyuang Malalo " masyhur dengan nama Syeh Zakariya al Anshari Labai Sati, atau lebih dikenal dengan Syeh Zakariya Labai Sati Malalo. Demikianlah penjelasan Buya Laskar Harun Tuanku Sutan Nan Kuniang.
Diceritakan di suatu tempat ada orang yang membatalkan amalan Thariqat. Kemudian datanglah Syeh Muda Waly dan Syeh Zakariya Labai Sati untuk meluruskan bantahan itu. Kedua orang ulama ini saling isi mengisi, Syeh Muda Waly sangat hafidznya akan kitab, sedangkan Syeh Zakariya pintar mensyarahnya. Ketika Syeh Muda Waly membacakan " matan " dari hafalannya, ketika itu Syeh Zakariya mensyarahkannya dengan cemerlang. Sehingga tiada yang dapat menegakkan hujjah di depan dua orang Ulama besar ini.
Demikianlah sepenggal kisah tentang hubungan Syeh Muda Waly dan Syeh Zakariya Labai Sati. Semoga kita semua bisa mendapat keberkahan dengan berkah kedua Ulama besar ini bi-Jaahi Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammad SAW.
Amien...
Sumber: Surautuo
Sumber: Surautuo
loading...
Post a Comment