AMP - Perang Suriah yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir kini kian panas dengan terpicunya 'perang informasi' antara media Barat dengan situasi nyata di Suriah. Sumber: Alla Shadrova, Spike Rogers
KONFRONTASI - Saat tentara Suriah bertempur untuk mengusir teroris dari Aleppo dan menyelamatkan warga sipil yang terjebak di dalamnya dengan bantuan tentara Rusia, masyarakat di negara-negara Eropa melakukan aksi demonstrasi yang memprotes kehadiran pasukan pemerintah Suriah di Aleppo, demikian dikabarkan Sputnik, Sabtu (17/12).
Radio Sputnik membahas isu ini dengan seorang pakar akademik dalam bidang ekonomi dan politik internasional dari Universitas Sydney yang juga penulis buku “The Dirty War in Syria” Tim Anderson.
“Saya rasa ini merupakan perbedaan terbesar yang pernah saya lihat dalam publisitas saat ini. Di satu sisi, Anda melihat warga menari di jalanan Aleppo atau setidaknya sangat lega dapat keluar dari lingkungan buruk yang mereka tinggali, dan kita melihat media Barat yang memberitakannya seperti bencana besar dengan warga yang dibantai di jalanan — ini benar-benar polemik yang luar biasa,” kata Anderson.
Membahas mengenai kesalahan yang ditujukan kepada pasukan Suriah atas kejahatan melawan warga sipil Suriah, sang analis mengatakan bahwa PBB bahkan ikut menyalahkan mereka.
"White Helmets merupakan badan fiktif yang diciptakan dan ditetapkan dan didirikan oleh pemerintah Inggris, AS, dan Prancis." — Tim Anderson
“PBB menerbitkan beberapa foto dari pusat media Aleppo, dari White Helmets, yang merupakan badan fiktif yang diciptakan dan ditetapkan dan didirikan oleh pemerintah Inggris, AS, dan Prancis. Mereka sejak dulumenyebarkan gambar-gambar palsu dan bahkan beberapa pejabat PBB memasangnya dengan menyebutkan sumber anonim atau sumber yang melekat dengan kelompok ekstremis,” kata Anderson.
Lebih lanjut Anderson membicarakan mengenai konflik Suriah dan bagaimana budaya Barat sangat sulit untuk menerima kenyataanyang ada.
Anderson mengatakan bagaimana walikota Paris memadamkan lampu di Menara Eiffel, yang sebenarnya sang walikota menutupi serangan besar yang terjadi selama berbulan-bulan di sana.
"Mereka (White Helmets) sejak dulu menyebarkan gambar-gambar palsu." — Tim Anderson
“Para pekerja pada hari itu tidak ada yang bekerja di Menara Eiffel sama sekali. Tempat itu ditutup dan sang walikota ternyata adalah seorang pendukung Israel dan ia memutuskan untuk memadamkan lampu selama lima menit, namun kenyataannya hal tersebut adalah isyarat publisitas besar untuknya,” terang Anderson.
Selanjutnya, Anderson membahas tentang kekonyolan betapa seringnya Barat mengulang narasi yang menyebutkan bahwa pasukan bersenjata Suriah menyerang dan membunuh warganya sendiri selama enam tahun terakhir dan kelompok pemberontak yang tidak membunuh siapa pun.
"Budaya Barat sangat sulit untuk menerima kenyataan yang ada." — Tim Anderson
Anderson membicarakan tentang bukunya yang berjudul “The Dirty War in Syria” dan bagaimana ia melakukan riset materi untuk karyanya tersebut. Ia berbicara kepada berbagai sumber di Lebanon, Israel, dan tentu saja Suriah.
“Saat itu ada jurnalis dari Rusia, Jerman, dan Belanda yang telah berada di Suriah dan mereka menjadi saksi mata atas apa yang terjadi di sana. Ini bahkan terjadi sebelum tahun 2012, setelah itu orang-orang mulai meninggalkan Suriah. Kemudian kami mendapat pengakuan dari berbagai narasumber dari pemerintah, bahkan seperti wakil presiden AS,”kata Anderson.
Sang analis berbicara tentang bagaimana Barat sangat berkomitmen terhadap perang ini sehingga mereka hanya menunjukkan satu sisi narasi, yaitu bahwa tentara Suriah adalah penjahat, sedangkan kelompok pemberontak yang sebenarnya telah membunuh para warga, yang telah memotong kepala orang-orang dan merekamnya dengan kamera selama enam tahun terakhir, ditunjukkan sebagai pihak yang baik.
KONFRONTASI - Saat tentara Suriah bertempur untuk mengusir teroris dari Aleppo dan menyelamatkan warga sipil yang terjebak di dalamnya dengan bantuan tentara Rusia, masyarakat di negara-negara Eropa melakukan aksi demonstrasi yang memprotes kehadiran pasukan pemerintah Suriah di Aleppo, demikian dikabarkan Sputnik, Sabtu (17/12).
Radio Sputnik membahas isu ini dengan seorang pakar akademik dalam bidang ekonomi dan politik internasional dari Universitas Sydney yang juga penulis buku “The Dirty War in Syria” Tim Anderson.
“Saya rasa ini merupakan perbedaan terbesar yang pernah saya lihat dalam publisitas saat ini. Di satu sisi, Anda melihat warga menari di jalanan Aleppo atau setidaknya sangat lega dapat keluar dari lingkungan buruk yang mereka tinggali, dan kita melihat media Barat yang memberitakannya seperti bencana besar dengan warga yang dibantai di jalanan — ini benar-benar polemik yang luar biasa,” kata Anderson.
Membahas mengenai kesalahan yang ditujukan kepada pasukan Suriah atas kejahatan melawan warga sipil Suriah, sang analis mengatakan bahwa PBB bahkan ikut menyalahkan mereka.
"White Helmets merupakan badan fiktif yang diciptakan dan ditetapkan dan didirikan oleh pemerintah Inggris, AS, dan Prancis." — Tim Anderson
“PBB menerbitkan beberapa foto dari pusat media Aleppo, dari White Helmets, yang merupakan badan fiktif yang diciptakan dan ditetapkan dan didirikan oleh pemerintah Inggris, AS, dan Prancis. Mereka sejak dulumenyebarkan gambar-gambar palsu dan bahkan beberapa pejabat PBB memasangnya dengan menyebutkan sumber anonim atau sumber yang melekat dengan kelompok ekstremis,” kata Anderson.
Lebih lanjut Anderson membicarakan mengenai konflik Suriah dan bagaimana budaya Barat sangat sulit untuk menerima kenyataanyang ada.
Anderson mengatakan bagaimana walikota Paris memadamkan lampu di Menara Eiffel, yang sebenarnya sang walikota menutupi serangan besar yang terjadi selama berbulan-bulan di sana.
"Mereka (White Helmets) sejak dulu menyebarkan gambar-gambar palsu." — Tim Anderson
“Para pekerja pada hari itu tidak ada yang bekerja di Menara Eiffel sama sekali. Tempat itu ditutup dan sang walikota ternyata adalah seorang pendukung Israel dan ia memutuskan untuk memadamkan lampu selama lima menit, namun kenyataannya hal tersebut adalah isyarat publisitas besar untuknya,” terang Anderson.
Selanjutnya, Anderson membahas tentang kekonyolan betapa seringnya Barat mengulang narasi yang menyebutkan bahwa pasukan bersenjata Suriah menyerang dan membunuh warganya sendiri selama enam tahun terakhir dan kelompok pemberontak yang tidak membunuh siapa pun.
"Budaya Barat sangat sulit untuk menerima kenyataan yang ada." — Tim Anderson
Anderson membicarakan tentang bukunya yang berjudul “The Dirty War in Syria” dan bagaimana ia melakukan riset materi untuk karyanya tersebut. Ia berbicara kepada berbagai sumber di Lebanon, Israel, dan tentu saja Suriah.
“Saat itu ada jurnalis dari Rusia, Jerman, dan Belanda yang telah berada di Suriah dan mereka menjadi saksi mata atas apa yang terjadi di sana. Ini bahkan terjadi sebelum tahun 2012, setelah itu orang-orang mulai meninggalkan Suriah. Kemudian kami mendapat pengakuan dari berbagai narasumber dari pemerintah, bahkan seperti wakil presiden AS,”kata Anderson.
Sang analis berbicara tentang bagaimana Barat sangat berkomitmen terhadap perang ini sehingga mereka hanya menunjukkan satu sisi narasi, yaitu bahwa tentara Suriah adalah penjahat, sedangkan kelompok pemberontak yang sebenarnya telah membunuh para warga, yang telah memotong kepala orang-orang dan merekamnya dengan kamera selama enam tahun terakhir, ditunjukkan sebagai pihak yang baik.
"Barat sangat berkomitmen terhadap perang ini sehingga mereka hanya menunjukkan satu sisi narasi." — Tim Anderson
“Ini adalah teka-teki yang luar biasa dan tantangan besar untuk para pendidik dan orang-orang yang memiliki komitmen dengan budaya Barat, serta apa yang saat ini terjadi pada budaya Barat dalam badai buruk misinfomasi di Suriah,” kata Anderson.
Saat Tentara Suriah sedang melawan untuk mengusir teroris dari Aleppo dan menyelamatkan warga sipil yang terjebak di sana, ratusan orang memenuhi Downing Street di London pada Selasa (13/12) dalam protes yang diatur oleh para aktivis dengan hashtag (tagar) 'pemuda untuk Aleppo'.
Pada Rabu (14/12), ribuan orang dilaporkan melakukan protes di Denmark dan ratusan orang bergerak di Paris.
"Walikota Paris memadamkan lampu di Menara Eiffel, yang sebenarnya sang walikota menutupi serangan besar yang terjadi selama berbulan-bulan di sana." — Tim Anderson
Lampu Menara Eiffel dipadamkan sebagai tanda dukungan untuk masyarakat di Aleppo.
Dalam dua hari terakhir, setidaknya dua ribu orang memenuhi jalanan di ibu kota Turki, Ankara, mengibarkan bendera oposisi Suriah di depan Kedutaan Besar Iran dan Rusia.
Protes dan demonstrasi muncul di tengah laporan media mainstream yang menunjukkan tentara pemerintah Suriah dan sekutunya sebagai penjahat di Aleppo. Beberapa bahkan mengklaim bahwa tentara Suriah melukai warga sipil, tanpa memberikan bukti apa (RBTH.Ind)
loading...
Post a Comment