Halloween Costume ideas 2015
August 2017

AMP - Letkol Harold Magallanes Cabunoc cukup populer di Filipina. Meski pangkatnya bukan jenderal, ia dikenal sebagai perwira merangkap blogger. Nama blognya, Ranger Cabunzky's. Di Facebook, Cabunoc memilik Fanpage yang disukai lebih dari 82 ribu akun.

Ulasan alumni Eisenhower Fellowships 2013 ini soal dunia kemiliteran Filipina sering dipuji. Contohnya soal senjata sniper Barrett yang sangat dibanggakan kelompok pemberontak di Mindanao.

Sejak Februari 2017, Cabunoc menjabat komandan Batalion Infanteri Makabayan ke-33. Wilayahnya mencakup dua provinsi: Sultan Kudarat dan Maguindanao. Meski jauh dari Marawi, 149 kilometer ke arah selatan, dua provinsi ini tetap mengerikan.

Saban seminggu sekali, Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF)—yang terafiliasi dengan ISIS—kerap melancarkan aksi teror: menyerang polisi atau tentara. Itu tentu beban berat bagi Cabunoc untuk menjaga anak buahnya tetap aman.

Pada 8 Juni lalu, Cabunoc mengunggah foto senjata-senjata milik milisi ISIS sitaan anak buahnya. Sayang, ia tak memberi info detail di mana senjata itu didapatkan. Yang menarik dari tujuh senjata serbu itu—2 buah M16, 3 buah Karabin M4, 1 buah CAR-15—adalah satu di antaranya tampak seperti SS1 milik PT Pindad (Persero), perusahaan negara Indonesia berpusat di Bandung dan Malang yang memproduksi alat tempur militer.

Foto ini seketika memancing perdebatan. Topik diskusi seputar apakah senjata yang mirip Senapan Serbu 1 itu benar senapan bikinan PT Pindad atau FN-FNC (Fabrique Nationale Carabine) buatan Belgia?

Mundur jauh ke belakang, pada 1982, Indonesia membeli 10.000 pucuk senjata FN-FNC dan dua tahun kemudian PT Pindad membeli lisensinya untuk memproduksi dan menduplikasi senjata tersebut guna dijadikan senapan standar TNI/Polri. Karena itulah kenapa prototipe SS1 dan FN-FNC amat begitu mirip.

Seiring waktu, modifikasi-modifikasi kecil dilakukan. Dari sanalah kita bisa melihat perbedaan mencolok antara SS1 dan FN-FNC, khususnya pada front grip (pegangan muka pelatuk). Pada FN-FNC, alur lade (pelindung laras) horizontal searah laras. Sedangkan alur lade pada SS1 berbentuk vertikal mirip seperti pagar.

Menilik foto Cabunoc, front grip pada satu senjata serbu itu memang terlihat mirip SS1. Konfirmasi bahwa itu SS1 diutarakan langsung oleh Cabunoc.

Ketika dihubungi lewat pesan singkat, ia membenarkan senjata yang disita anak buahnya adalah SS1.

"Senjata SS1 yang disita itu kini sudah disimpan oleh Pasukan Operasi Gabungan Marawi. Silakan Anda berkoordinasi dengan Kantor Urusan Publik AFP (Militer Filipina) jika ingin tahu detail soal itu,” ucap Cabunoc kepada saya.

Ketika di Marawi, 22 Juli lalu—perjalanan 18 hari saya di selatan Filipina—saya sempat berdiskusi masalah SS1 dengan juru bicara Pasukan Operasi Gabungan Marawi, Letkol Jo-Ar Hererra, di pusat komando Capitol Hill, Provinsi Lanao del Sur.

Saya minta izin kepada Hererra agar diberi akses ke gudang tempat menyimpan senjata sitaan. Logikanya, dengan memegang senjata itu secara langsung, saya bisa melihat cap resmi PT Pindad dan nomor rangkanya.

“Sebelum Anda ke sana, saya harus menghubungi petugas di sana dan mencarikannya untuk Anda,” kata Hererra.

Namun, setelah menunggu lebih dari dua hari, izin itu tak kunjung diberikan.

“Senjata yang Anda minta dan disita oleh Cabunoc tidak ada di sini. Pasukan Cabunoc tidak beroperasi di Marawi tapi di Sultan Kudarat. Jika menyita senjata, mereka sendiri yang akan menyimpannya, tidak akan mungkin dibawa ke Marawi" kata Kapten Mike Malacad, staf humas AFP di Marawi.

Untuk bisa membuktikan ada sepucuk senjata SS1 disita di Marawi, rekan jurnalis Filipina membantu saya dengan menyodorkan banyak puluhan foto dan video saat proses rilis senjata sitaan dilakukan AFP. Beberapa hari sebelum kedatangan saya—dan sejumlah wartawan lain—Presiden Filipina Rodrigo Duterte berkunjung ke Marawi. Namun, hasilnya tetap nihil.

Potongan gambar SS1 itu akhirnya bisa dilihat lewat video yang dirilis Mocha Uson di Facebook. Mocha adalah penyanyi dan model cantik terkenal di Filipina. Ia dikenal sebagai propagandis Duterte dan diperkerjakan di Biro Kehumasan Istana Malacanang. Di video itu, Mocha disambut hangat oleh pasukan Filipina yang mengerubunginya.

Mata kamera lantas mengarah ke deretan senjata yang ditumpuk berjejer pada meja yang disusun melingkar. Kamera bergerak lamban mengambil gambar satu per satu senjata itu. Pada detik 1.17, terlihatlah senjata SS1. Terlihat kontras karena SS1 ditumpuk dengan senapan-senapan lawas yang masih berpopor kayu.

Tapi, berbeda dari SS1 di foto Cabunoc yang terlihat SS1-V2 atau berlaras lebih pendek, laras SS1 di video Mocha Uson lebih panjang seperti SS1-V1.

Aib Pindad di Captain Ufuk
Kemunculan SS1-V1 dipakai kelompok pemberontak Filipina bisa dilacak dari insiden penangkapan Kapal kargo M.V. Captain Ufuk pada 2009 di Pelabuhan Batangas, Filipina bagian utara.

Penangkapan Captain Ufuk jadi heboh karena belakangan diketahui bahwa kapal ini membawa senjata serbu milik Pindad sebanyak 20 boks kayu. Setiap kotak berisi lima pucuk SS1-V1 kaliber 5,56 lengkap dengan 15 magasin, lima bayonet, dan lima tali sandang.

Namun, yang lebih ramai, dari 100 pucuk senjata jenis SS1-V1 itu, hampir separuhnya raib entah kemana. Alhasil, yang disita Polisi Filipina hanya 50 pucuk SS1-V1. Tudingan bahwa sisa senjata jatuh ke tangan pemberontak pun muncul.

Mengutip Philstar, aparat penjaga pantai Filipina sebelumnya mengakui telah terjadi pergantian kapten kapal Captain Ufuk. Kapten kapal asal Inggris Bruce Jones diganti oleh John Lawrence Burne.

Jones kabur meninggalkan kapal dengan menumpang perahu kecil. Senjata kiriman yang raib telah dipindahkan ke perahu kecil yang datang dari Subic Bay Yacht Club dan terindikasi dibawa ke Filipina selatan.

Di Indonesia, keterlibatan PT Pindad membikin DPR buka suara. Yang paling vokal menyuarakan isu tersebut saat itu adalah Wakil Ketua Komisi I DPR-RI, Yusron Ihza Mahendra.

“Oh, iya, saya ingat kasus itu cukup heboh,” kata Yusron saat saya bertanya dan mengingatkan kasus tersebut, baru-baru ini. “Setahu saya, Pindad memang tidak salah. Salah itu di Filipina,” ucapnya, lagi.

Majalah Tempo pernah menurunkan isu ini dalam laporan mendalam berjudul “Pesanan Bodong dari Manila” pada edisi 7 September 2009. Kepada redaksi Tempo, PT Pindad menyatakan pesanan dari Filipina hanyalah pembelian pistol P2, sementara senjata laras panjang tipe SS1-V1 adalah pesanan dari pemerintah Mali, Afrika Barat.

Meski begitu, agen pembelian tetap dipegang seseorang yang mengaku bernama William Nestor del Rosario dari perusahaan agen senjata Red White Blue (RWB) Arms Incorporated, yang berkantor di kawasan bisnis Makati, Manila. Semua proses pemesanan dilakukan secara legal dan menyertakan izin dari Kepolisian Filipina dan Departemen Keamanan Dalam Negeri Republik Mali.

Dalam kontrak itu, Rosario meminta pengiriman senjata menggunakan sistem FOB alias free on board. Artinya, Pindad hanya bertanggung jawab mengurus pengiriman dari pabrik mereka di Bandung hingga Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

“Artinya, jika terjadi sesuatu di laut lepas, setelah keluar dari Tanjung Priok, itu bukan kewenangan kami,” kata Sekretaris perusahaan Pindad Ahmad Jaelani kepada Tempo.

Teka-teki kemana puluhan pucuk SS1-V1 di Captain Ufuk hampir saja terbongkar pada 2010. Saat itu, setelah setahun menghilang, Kapten Bruce Jones akhirnya muncul ke media. Kepada Bulletin, ia bersedia menjadi justice collaborator—saksi pelaku yang mau bekerja sama demi memecahkan sebuah kasus—asalkan aparat memberinya perlindungan keamanan dan jaminan hukum.

Namun, beberapa pekan setelah ia berbicara ke media, Bruce tewas ditembak oleh pengendara motor tak dikenal. Dugaan kuat, Bruce ditembak oleh sindikat internasional perdagangan senjata ilegal.

Alhasil, misteri kemana sisa SS1-V1 yang hilang sampai sekarang belum terpecahkan. Teori saya, kemungkinan salah satu senjata itu berasal dari peristiwa 2009, bagian kecil dari puluhan senjata sitaan milik ISIS di Marawi.

Apa Mungkin SS1 dibuat oleh Pabrik Rumahan, atau Justru Diselundupkan?
Bagaimana dengan SS1-V2 laras pendek yang disita oleh pasukan Cabunoc?

Varian ini tak masuk dalam paket yang dikirim dari Bandung ke Filipina pada 2009 .

Filipina dikenal sebagai surga kulakan senjata. Selain senjata standar bikinan produsen resmi, banyak pula senjata dibikin dan dimodifikasi secara rumahan. Bengkel senjata rumahan ini lazim disebut paltik. Banyak paltik-paltik terbaik bukan berasal dari Mindanao, melainkan Cebu—salah satu provinsi paling maju di Filipina.

Saya sempat mendatangi sebuah paltik di Datu Odin Sinsuat, Maguindanao, salah satu provinsi di Region Otonomi Muslim Mindanao.

Darurat Militer yang diterapkan Duterte di seluruh Pulau Mindanao sejak konflik Marawi meletus pada Mei 2017 membuat paltik yang saya temui untuk sementara waktu tidak beroperasi.

Kata sang pemilik, Archie, ia bisa kapan saja digerebek dan diperas oleh polisi dan militer jika tetap nekat memproduksi senjata.

“Akan lebih berbahaya. Kami hanya pembuat senjata. Kami bukan teroris,” katanya.

Ia menuturkan sudah berpengalaman membikin senjata selama lebih dari 15 tahun. Selain revolver, ia biasa membuat dan memodifikasi M-16, AR-15, atau Karabin M4.

Namun, ketika ditanya apakah mungkin ia bisa membuat dan memproduksi SS1, ia menggelengkan kepala.

“FNC? Saya tidak bisa,” ujarnya, menyebut model senjata buatan Belgia yang diduplikasi oleh Pindad sebagai SS1. “Untuk menduplikasi senjata tidaklah mudah. Butuh waktu trial and error yang lama.”

“Kami tidak ada waktu melakukan itu. Lagi pula, senjata itu tidak begitu laku di sini. Lebih baik membuat senjata yang diminati banyak orang,” katanya.

Berbeda dari Filipina, di Indonesia, varian senapan serbu yang dipakai pemberontak bukanlah hal tabu.

Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, menjadikan SS2 sebagai senjata favoritnya. Di Papua, gerilyawan OPM sering terlihat menenteng SS1. Saat konflik Aceh, banyak tokoh GAM membawa senapan serbu ini.

Tidak menutup kemungkinan SS1-V2 yang ditemukan di Sultan Kudarat dibawa langsung dari Indonesia dan berpindah-pindah tangan hingga akhirnya tiba di sana. Apalagi, saat konflik Poso dan Ambon, banyak senjata SS1 pindah tangan dan berakhir ke tangan para kombatan yang hilir mudik ke Mindanao lewat Bitung-Gensan.

Anda bisa mendengar kisah penyelundupan senjata dari Mustajo Taguere Mediang, tetua Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang paling dihormati di General Santos.

Mediang kini sudah tua dan berkata lelah untuk terus berperang. Ia memilih mendekat ke pemerintah. Saat berjumpa dengan saya, ia begitu membanggakan cucunya yang kini jadi anggota Marinir Filipina—kesatuan elite dalam tubuh pasukan militer Filipina.

Semula Mediang dikenal perompak dan penyelundup senjata. Ia pernah ditangkap dan ditahan di Manado selama beberapa pekan. Koneksinya yang luas membuat ia kembali bebas. Berkaca dari pengalamannya, kata Mediang, tidaklah sulit menyeludupkan senjata di perbatasan Filipina-Indonesia.

“Dalam beberapa kasus, biasanya senjata dimasukkan ke dalam karung beras atau ditumpuk bersama ikan di storage. Namun, itu adalah cara yang amatir,” ucap Mediang di kediamannya di Calumpang, Gensan.

“Apakah Anda tahu ada seribu cara untuk melakukan itu. Ini jadi pekerjaan sulit bagi pemerintah saya dan Anda,” tambahnya.
Respons dari Pindad
Soal temuan SS1 yang dipakai di Filipina Selatan, saya coba klarifikasi ke pihak Pindad.

Sejak Selasa pekan lalu, 15 Agustus, saya mengirimkan surat permohonan wawancara kepada humas untuk menemui Ade Bagdja, direktur teknologi dan pengembangan PT Pindad. Sampai laporan ini dilansir, surat tersebut belum direspons.

Saya bertanya kepada sekretaris perusahaan, Bayu A. Fiantoro, dan ia menjawab bahwa informasi soal ini baru ia dengar.

“Terus terang, kok saya baru dengar berita ini. Jadi agak sulit mengonfirmasi," kata Bayu.

“Kita agak sulit mengonfirmasi karena semua peredaran senjata organik sepengetahuan TNI. Oleh karena itu, kita sangat terbuka jika dari pihak TNI maupun Kemenhan (Kementerian Pertahanan) meminta kita untuk menyelidiki lebih lanjut.”[tirto.id]

AMP - Kapolres Pidie AKBP Andi Nugraha Setiawan Siregar melalui Kapolsek Mutiara Timur AKP Aiyub mengatakan, pembunuhan terhadap Nursiah (43), yang berprofesi bidan, diawali dengan pertengkaran serius dengan pelaku HAM (35), tak lain adalah suaminya.

"Sebelum terjadi pembunuhan, awalnya pasangan suami istri (Pasutri) tersebut terlibat pertengakaran di rumah mertua pelaku (suami), di Gampong Blangong Basah, Kecamatan Mutiara Timur, Pidie," ungkap AKP Aiyub kepada wartawan, Selasa (29/8), menurut keterangan saksi di lokasi kejadian.

Sementara hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) pelaku menusuk korban dengan sebilah pisau hingga mengenai bagian tubuhnya.

"Kejadian penusukan di rumah mertua pelaku, namun saat itu korban masih selamat," ujarnya.

Selanjutnya korban lari ke rumah makciknya untuk menyelamatkan diri sekaligus meminta pertolongan, akan tetapi pelaku (suaminya) mengejar korban, namun tidak lagi membawa pisau.

"Di rumah bibik pelaku, korban bersembunyi dalam kamar, selanjutnya pelaku mendobrak pintu kamar dan menghabisi korban dengan sebilah parang hingga tewas bersimbah darah," ujarnya.

Menurut hasil visum di RS Tgk Abdullah Syafi’i, lanjut Aiyub, di tubuh korban terdapat sekitar 20 luka tusukan dan sayatan parang, luka paling serius di wajahnya.

"Di TKP kami mengamankan barang bukti berupa sebilah pisau yang digunakan pelaku untuk menikam korban. Untuk pelaku masih dalam pengejaran," imbuh Aiyub.

Aiyub menuturkan, korban diketahui merupakan istri kedua dari pelaku. Mereka baru delapan bulan berumah tangga, namun belakangan diketahui keluarga pasutri tersebut sering bertengkar.

"Korban warga Bireun, sebelumnya pelaku menjemput korban di tempat kerjanya untuk dibawa pulang ke rumah mertua pelaku," jelasnya.[AJNN]

AMP - Jemaah haji asal Indonesia pada abad ke-19 hingga abad ke-20 acapkali diperdaya penduduk Arab. Mereka kerap diperas, baik oleh syekh, mutawif, maupun pedagang tanpa ampun.

Biasanya, para jemaah disuruh melakukan bermacam ziarah yang aneh, mahal, dan melelahkan karena mereka tak tahu ritus-ritus yang dijalankan dalam ibadah haji. Sasaran utamanya adalah jemaah haji asal Jawa. Orang Arab bahkan menyematkan julukan bernada menghina sebagai sebutan terhadap orang Jawa: farukha (ayam itik) dan Baqar (hewan ternak).

Menurut Islamolog terkemuka Snouck Hurgronje, dikutip Henri Chambert-Loir dalam Naik Haji Masa Silam 1482-1890, peziarah Nusantara menjadi sasaran empuk karena umumnya tak menguasai bahasa Arab dan tak tahu rukun, kewajiban, dan sunah haji.

“Mereka cenderung mengagumi segala sesuatu yang berbau Arab; meyakini diri mereka berasal dari suatu peradaban yang hina dan menganggap perlu membersihkan diri dari berbagai kenistaan itu,” tulis Chambert-Loir.

Tipu muslihat ini terus berlangsung dari waktu ke waktu hingga berdirinya Kerajaan Arab Saudi yang kemudian menerapkan regulasi.[Historia]

AMP - Konflik antara militer Myanmar dengan kelompok militan Rohingya telah menewaskan 89 orang. Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak pihak berwenang Myanmar menahan diri untuk menghindari respons yang akan mengobarkan ketegangan.

Ke-89 korban tewas dalam konflik di Myanmar barat itu terdiri dari 12 pasukan keamanan dan 77 warga Muslim Rohingya, termasuk dari kelompok militan.

Pertempuran antara militer dan militan Rohingya terjadi sejak hari Jumat setelah lebih dari  20 pos polisi di Rakhine diserang ratusan gerilyawan. Kantor Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto negara itu, mengatakan bahwa polisi militer dan perbatasan menanggapi serangan gerilyawan tersebut dengan meluncurkan ”operasi pembersihan”.

Menurut kantor Suu Kyi, ratusan gerilyawan yang menyerang pos-pos polisi dipersenjatai dengan senjata api, parang dan granat buatan sendiri. Pemerintah telah merilis foto-foto senjata yang disita dari para gerilyawan.

Seorang saksi di Kota Maungdaw di negara bagian Rakhine, yang dihubungi melalui telepon, mengatakan bahwa para tentara memasuki desanya sekitar pukul 10.00 pagi pada hari Jumat. Mereka  membakar rumah dan harta benda warga dan menembak mati setidaknya 10 orang.

Saksi meminta hanya diidentifikasi dengan nama panggilannya, Emmar, karena takut jadi korban balas dendam. Dia mengatakan bahwa penduduk desa melarikan diri ke berbagai arah, tapi sebagian besar menuju ke daerah pegunungan terdekat. Menurut Emmar, tembakan senjata dan ledakan terdengar dan asap masih bisa terlihat pada Jumat malam.

Sebuah kelompok militan, Arakan Rohingya Salvation Army atau ARSA, mengklaim bertanggung jawab atas serangan pada Kamis malam di lebih dari 25 pos polisi Myanmar.

Kelompok itu mengaku aksi mereka untuk membela komunitas Rohingya yang telah disiksa oleh pasukan pemerintah. Klaim ini disampaikan dalam pernyataannya di Twitter.

Suu Kyi menyebut serangan kelompok miltan tersebut sebagai usaha untuk melemahkan upaya membangun perdamaian dan harmoni di negara bagian Rakhine.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert, mengatakan bahwa Washington mendesak pasukan keamanan Myanmar untuk menahan diri dan mencegah kekerasan lebih lanjut. Pasukan Myanmar diminta untuk membawa para pelaku serangan pos-pos polisi ke pengadilan dengan menghormati undang-undang, melindungi HAM dan kebebasan fundamental.

Nauert mengatakan bahwa serangan tersebut menggarisbawahi pentingnya pemerintah menerapkan rekomendasi sebuah komisi yang diketuai oleh mantan Sekjen PBB Kofi Annan. Komisi itu merekomendasikan pemerintah Myanmar untuk memperbaiki pembangunan ekonomi dan keadilan sosial di negara bagian Rakhine untuk menyelesaikan kekerasan komunal.

Kantor Suu Kyi mengatakan di halaman Facebook bahwa serangan tersebut dimaksudkan bertepatan dengan dikeluarkannya laporan Annan.

Menurut data PBB, sudah lebih dari 80 ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak konflik pecah bulan Oktober tahun lalu.

Annan mengecam serangan terbaru kelompok militan Rohingya terhadap pos-pos polisi.

”Tidak ada alasan yang bisa membenarkan tindakan brutal dan pembunuhan yang tidak masuk akal,” katanya, seperti dilansir dari Fox News, Minggu (27/8/2017). ”Dan mendesak pemerintah untuk menahan diri dan memastikan bahwa warga sipil yang tidak bersalah tidak dilukai,” lanjut Annan. [Sindo]

AMP - Setidaknya 32 orang, termasuk 11 personil keamanan, tewas saat gerilyawan Rohingya menyerang pos-pos keamanan perbatasan di Rakhine, Myanmar utara.

Panglima Tertinggi Myanmar,  Min Aung Hlaing, mengungkapkan tentang kejadian terbaru itu pada Jumat (25/8/2017) dan menyebutkan insiden itu sebagai kekerasan terburuk di negaranya.

Kantor berita Perancis, AFP, melaporkan, Myanmar terbelah oleh sentimen religius yang berfokus pada warga minoritas Rohingya yang tak memiliki status kewarganegaraan.

Minoritas Rohingya yang beragama Islam itu dianggap sebagai imigran ilegal di negara dengan mayoritas penduduknya adalah Buddhis.

Beberapa minggu terakhir ini telah terjadi peningkatan ketegangan yang ditandai oleh pembunuhan di desa-desa terpencil.

Baca: Myanmar Bunuh Tiga Terduga Militan Rohingya di Rakhine

Myanmar telah mengerahkan tentaranya lebih banyak ke daerah pedalaman.

Pada Jumat ini, lebih dari 20 pos polisi diserang oleh sekitar 150 gerilyawan, beberapa membawa senjata dan menggunakan bahan peledak rakitan sendiri.

"Seorang tentara dan 10 polisi telah mengorbankan nyawa untuk negara ini," kata Min Aung Hlaing dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di Facebook.

Ia menambahkan, 21 gerilyawan juga tewas meski ada yang berhasil merebut senjata api dari aparat keamanan.

"Pertarungan terus berlanjut di pos polisi di desa Kyar Gaung Taung dan Nat Chaung. Anggota militer dan polisi saling bertempur melawan teroris dan ekstremis Bengali."

"Teroris Bengali" adalah deskripsi resmi oleh Myanmar untuk menyebut militan Rohingya.

Baca: Lari dari Myanmar, 10.000 Orang Rohingya Sudah Tiba di Banglades

Kelompok tersebut telah muncul sebagai sebuah kekuatan pada Oktober lalu, di bawah panji Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang mengklaim telah memimpin sebuah pemberontakan di di pegunungan Yu, yang berbatasan dengan Banglades.[kmp]

AMP - Kekerasan marak dan berlanjut hingga Sabtu (26/08) setelah para pejuang Rohingya menyerang sekitar 30 kantor polisi pada Jumat sehari sebelumnya.

Penduduk sipil Muslim Rohingnya mengungsi dengan melintasi perbatasan ke Bangladesh namun penjaga perbatasan mengusir sebagian dari mereka kembali ke wilayah Myanmar.

Di Vatikan, Paus Fransiskus, menyerukan agar kekerasan atas warga Rohingya dihentikan.

"Berita buruk tiba tentang penganiayaan agama minoritas, saudara-saudara kita Rohingya," tulis Paus dalam pernyataannya.

"Saya ingin mengungkapkan kedekatan penuh dengan mereka. Mari kita minta Tuhan menyelamatkan mereka dan memberi pria dan wanita kebaikan untuk membantu mereka, agar mereka mendapat hak-hak penuh."

Umat Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar -yang mayoritas penduduknya beragama Budha- dan sering menjadi korban kekerasan aparat keamanan maupun kelompok militan Budha.

Sebelum kekerasan terbaru ini, puluhan ribu warga Rohingya sudah mengungsi ke Bangladesh karena mengaku menjadi korban penganiayaan.

Rakhine -yang merupakan negara bagian termiskin di Myanmar- menjadi tempat tinggal dari lebih dari satu juta orang Rohingya yang beragama Islam.

Kepolisian Bangladesh mengatakan mengusir 70 orang kembali ke Myanmar pada Sabtu (26/08) setelah berupaya memasuki Bangladesh lewat perbatasan Ghumdhum.

Namun diperkirakan sekitar 3.000 warga Rohingya berhasil melintasi perbatasan dan masuk ke ke kamp pengungsi maupun kampung-kampung di kawasan perbatasan Bangladesh.

Seorang warga, Mohammad Zafar -yang berusia 70 tahun- yang berada di kamp pengungsi di Balukhali menjelaskan kepada kantor berita AFP bahwa dua anknya ditembak mati di lapangan terbuka.

"Mereka menembak begitu dekat sehingga saya tak bisa mendengar apapun sekarang."

Warga lain yang mengungsi ke sebuah kampung di dekah Ghumdhum mengatakan akan dibunuh jika kembali ke kampungnya. "Tolong selamatkan kami. Kami ingin tinggal di sini atau kami dibunuh," katanya kepada kantor berita Reuters.

Sementara itu, sekitar 4.000 penduduk Rakhine yang bukan beragama Islam sudah dievakuasi oleh tentara Myanmar agar tidak terperangkap dalam kekerasan.

Kekerasan terbaru ini marak setelah Oktober 2016, ketika sembilan polisi tewas dalam serangan militan Rohingya di pos perbatasan yang memicu operasi militar besar-besaran dan menyebabkan ribuan umat Muslim Rohingya mengungsi.

Pemerintah Myanmar menegaskan operasi dilancarkan untuk memburu para militan Rohingya. Bagaimanapun PBB sedang menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat keamanan Myanmar, yang membantah tegas.[BBC]

AMP - Memperingati 12 Tahun Perdamaian Aceh pasca penandatanganan MoU Helsinki antara Pemerintah RI dengan GAM, Tim Aceh Tracker bersama Mapala Pintu Rimba FISIP Unsyiah telah menyelesaikan Ekspedisi JELAJAH PUNCAK ACEH (JAPAKEH) XI 2017 dengan tema “The 12th Commemoration Memorandum of Understanding between RI-GAM For The Better Aceh in The Future (2005, August 15 – 2017, August 15)” di wilayah Teritorial 0 Km Indonesia yakni Kawasan Pegunungan Pulau Weh, Sabang mulai tanggal 13 s/d 16 Agustus 2017.

Kegiatan ini menargetkan dua puncak tertinggi di Pulau Weh yakni Puncak Gunung Cot Kulam (617mdpl) dan Puncak Gunung Sarongkris (571mdpl). Ekspedisi ini merupakan bagian dari rangkaian penjelajahan gunung Aceh Tracker, sebelumnya pada Mei 2017 dalam Ekspedisi JAPAKEH X, Tim Aceh Tracker berhasil mencapai Puncak Goh Cumoh (684,6mdpl) yang merupakan daratan tertinggi di Pulau Breueh, Kep.Aceh.

Sayyid Muhammad Chaidir Almahdaly, Wakil Humas Acehtracker, dalam rilisnya, Minggu (27/8/2017) mengatakan, tujuan utama ekspedisi JAPAKEH adalah meningkatkan citra positif kawasan pegunungan Aceh. Selain itu juga menginventarisir keanekaragaman hayati di dalamnya, serta mengembangkan potensi generasi muda Aceh dalam kiprah giat positif berinteraksi dengan alam liar.

“Juga membangun kedisiplinan, terlatih dalam ilmu terapan, berjiwa militan, mandiri, peduli dan berwawasan lingkungan. Semangat juang Tgk.Di Japakeh sebagai figur pemimpin dan pejuang Kerajaan Aceh pada masanya menjadi inspirasi Aceh Tracker dalam berkontribusi pada negeri berbasis keterampilan alam terbuka diluar pendidikan formal,” terangnya.

Ia melanjutkan, perlawanan terhadap degradasi moral para pemuda Aceh, terutama terkait narkoba menjadi motivasi dasar. Dengan strategi mengalihkan generasi muda agar lebih dekat dengan alam pegunungan dan menjauhi perbuatan merusak masa depan.

“Momentum 12 Tahun Damai Aceh diharapkan mampu menjadi sebuah pijakan generasi muda Aceh untuk berjuang meningkatkan SDM, dalam mengisi pembangunan Aceh yang terus berbenah mengejar ketertinggalan setelah bertahun-tahun dilanda konflik bersenjata,” katanya.

Sayyid melanjutkan, pendakian dua puncak tertinggi di Pulau Weh ini serta 16 puncak lainnya di Aceh adalah salah satu refleksi sebagaimana harapan Presiden H. Joko Widodo kepada Gubernur Aceh terpilih, H. Irwandi Yusuf beberapa waktu lalu, agar Aceh harus benar-benar aman. Hal ini akan berdampak pada meningkat dan berkembangnya prospek investasi di Aceh. Melalui Program JAPAKEH, Aceh Tracker berkomitmen dan konsisten melakukan penjelajahan-penjelajahan di hutan gunung Aceh sehingga tercipta opini publik secara global dalam trend positif bahwa Kawasan (pedalaman dan hutan) Aceh adalah zona aman (investasi).

Program ekspedisi JAPAKEH Aceh tracker tahap pertama (2012-2022), menargetkan 100 Puncak Gunung di Aceh yang tersebar di 15 kawasan kabupaten/kota di Aceh. Kegiatan ini telah dilaksanakan di wilayah pegunungan Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh Timur, Gayo Lues dan Aceh Tamiang. Saat ini juga Aceh Tracker bersama UKM-PA JEMPA FE UNSAM dan UKM-PA MATERIAL FT UNSAM sedang mempersiapkan Ekspedisi JAPAKEH XII di 6 Puncak Gunung di Aceh Tengah yang digelar pada Oktober 2017.[acehtrend.co]

Serangan udara AS menewaskan seorang pemimpin senior kelompok al-Shabaab. Foto/Istimewa
AMP - Belum masuk 100 hari kerja, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mulai angkat bicara terkait tender proyek di lingkup Pemerintah Aceh. Tak hanya itu, orang nomor satu di Aceh itu juga mengingatkan kepada Unit Layanan Pelelangan (ULP). Pasalnya apabila bermasalah, ia tak segan-segan mencopot Kepala ULP.

Melalui akun media sosial Facebooknya, Irwandi menuliskan status yang berjudul tender. Ada sembilan kriteria tender yang dituliskan Ketua Partai Nanggroe Aceh (PNA) itu.

Menurut Irwandi semua orang boleh ikut tender, harus sesuai dengan ketentuan, dan jangan berharap menang instan.

"Jangan pernah melobi saya, jangan ngaku-ngaku orang Irwandi, jangan tuding-menuding," kata Irwandi, seperti yang dikutip AJNN, Minggu (26/8).

Selain itu, dalam status itu Irwandi meminta untuk tidak saling mengfitnah, fitnah diselesaikan menurut hukum.

"Bek kameupake naaaa (Jangan bertengkar), ULP bermasalah akan segera diganti dan diinvestigasi, nyan sagai," tulis Irwandi.

Hingga berita ini diunggah, status yang diposting, Minggu (26/8) itu sudah disukai 1,4 ribu netizen, dibagikan 153, dan komentar mencapai 310.(Sindo)

AMP - Belum masuk 100 hari kerja, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mulai angkat bicara terkait tender proyek di lingkup Pemerintah Aceh. Tak hanya itu, orang nomor satu di Aceh itu juga mengingatkan kepada Unit Layanan Pelelangan (ULP). Pasalnya apabila bermasalah, ia tak segan-segan mencopot Kepala ULP.

Melalui akun media sosial Facebooknya, Irwandi menuliskan status yang berjudul tender. Ada sembilan kriteria tender yang dituliskan Ketua Partai Nanggroe Aceh (PNA) itu.

Menurut Irwandi semua orang boleh ikut tender, harus sesuai dengan ketentuan, dan jangan berharap menang instan.

"Jangan pernah melobi saya, jangan ngaku-ngaku orang Irwandi, jangan tuding-menuding," kata Irwandi, seperti yang dikutip AJNN, Minggu (26/8).

Selain itu, dalam status itu Irwandi meminta untuk tidak saling mengfitnah, fitnah diselesaikan menurut hukum.

"Bek kameupake naaaa (Jangan bertengkar), ULP bermasalah akan segera diganti dan diinvestigasi, nyan sagai," tulis Irwandi.

Hingga berita ini diunggah, status yang diposting, Minggu (26/8) itu sudah disukai 1,4 ribu netizen, dibagikan 153, dan komentar mencapai 310.[AJNN]

Ilustrasi
AMP - Seorang gadis berusia 17 tahun, Urul Aini, warga Gampong Sawah, Kecamatan Kluet Tengah, Aceh Selatan, ditemukan tewas gantung diri di kamarnya. Peristiwa itu terjadi kemarin, Rabu (23/8/2017).

"Pulang sekolah, Urul langsung masuk kamarnya untuk istirahat,” kata Idun, ayah korban, Kamis (24/8/2017).

Saat itu, Idun sedang melanjutkan aktivitasnya di kebun mereka di belakang rumah. Sekira pukul 16.00 WIB, Idun mulai merasa ada yang janggal dengan anaknya karna tidak biasanya Urul tidur hingga sore hari.

Idun lantas mencoba membangunkannya dengan mengetuk pintu kamar Urul. Tapi tak ada jawaban dari dalam kamar.

Idun lantas mengambil inisiatif untuk naik ke bagian atas rumahnya dan betapa terkejutnya dia saat melogok ke dalam kamar ternyata anaknya telah tergantung dengan seutas kain jilbab.

Idun langsung turun dan memberitahu istrinya dan suasana pun langsung histeris.

Idun beserta warga setempat membantu memotong kain yang digunakan korban untuk bunuh diri.

Kapolsek Kluet Tengah Ipda Jamaluddin yang dikonfirmasi BERITAKINI.CO melalui telpon selulernya, membenarkan kejadian tersebut.

"Namun untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Kasat Reskrim Polres Aceh Selatan," katanya.(beritakini.co)

AMP - Pemerintah Myanmar mengatakan sedikitnya lima polisi dan tujuh gerilyawan Muslim Rohingya tewas dalam semalam di negara bagian Rakhine. Militan Muslim melancarkan serangan terkoordinasi terhadap 24 pos polisi dan mencoba memasuki sebuah pangkalan militer.

Serangan tersebut menandai peningkatan dramatis dalam konflik yang terjadi di Rakhine sejak Oktober lalu. Kala itu serangan serupa yang menewaskan sembilan polisi memicu serangan militer besar-besaran diiringi tuduhan pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran sipil seperti dilansir dari Reuters, Jumat (25/8/2017).

Operasi militer tersebut kemudian mengakibatkan sekitar 87.000 orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Perserikatan Bangsa-Bangsa pun menuduh pasukan keamanan Myanmar melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pemerintah Myanmar menolak penyelidikan PBB terkait laporan pemerkosaan, pembunuhan dan penyiksaan terhadap komunitas muslim Rohingya di negara bagian Rakhine. Menurut Myanmar, penyelidikan itu hanya memperparah situasi.

Nasib sekitar 1 juta warga muslim Rohingya telah muncul sebagai salah satu isu HAM yang paling diperdebatkan di Dewan HAM PBB.

Status kewarganegaraan komunitas Rohingya ditolak oleh pemerintah Myanmar dan dikategorikan sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.

Pemerintah Suu Kyi sejatinya mencela kekerasan terhadap warga Rohingya, namun tidak berbuat banyak untuk memperbaiki nasib mereka.[Sindonews]

AMP - Kata Nurdin, salah satu perempuan yang masih menetap di lokasi disebut Pulau Seumadu adalah Mak Keng. Perempuan berbadan lebar ini juga menjadi tukang parkir di Pantai Rancong.

SATU lokasi dua nama; Pantai Rancong dan Pulau Seumadu. Kawasan ini menawarkan pemandangan yang memanjakan mata. Belaian angin laut membuat pengunjung betah berlama-lama. Sajian rujak plus air kelapa muda menggoda selera anda.

Menuju ke lokasi wisata ini bisa ditempuh lewat Jalan Banda Aceh-Medan masuk ke Simpang Empat Rancong di sebrang komplek perumahan PT Arun, di Batuphat, Muara Satu, Lhokseumawe. Dari simpang itu melintasi jalan depan kantor Camat Muara Satu hingga menemukan belokan jalan masuk ke kawasan Pantai Rancong (Rancung) yang juga dikenal dengan nama Pulau Seumadu.

Jarak belokan jalan depan kilang Humpuss Aromatic dengan Pulau Seumadu hanya dipisahkan hamparan lahan yang dipadati pepohonan. Pada hari-hari di luar bulan Ramadan, biasanya di bawah pohon yang rimbun itu parkir sepeda motor. Di atas sepeda motor duduk sepasang muda-mudi. Begitu pula di pohon lainnya, satu sepeda motor dan sepasang muda-mudi. Mungkin mereka tengah berhayal sambil menatap Pulau Seumadu.

Di ujung lahan itu ada sejumlah warung, dua lapak parkir khusus sepeda motor, lokasi parkir mobil, balai tempat salat, bangunan kamar mandi lengkap tempat buang air besar dan kecil. “Toilet enam pintu itu dibangun tahun lalu oleh Pemko Lhokseumawe,” kata Nurdin, 35 tahun, warga Batuphat Timur yang menjadi tukang parkir di Pulau Seumadu saat ditemui The Atjeh Post, dua pekan lalu.

Dari lokasi parkir kendaraan menuju ke pantai yang berbentuk pulau kecil hanya ada satu-satunya jalur yaitu jembatan darurat berlantai kayu. Itupun harus jalan kaki sekitar 100 meter. Di ujung jembatan sudah menunggu beberapa bocah.

“Seribu satu orang, pak,” kata bocah perempuan yang berdiri persis di tengah jembatan. Bocah lainnya bergaya mengawal si bocah yang meminta uang pada semua pengunjung.

Uang karcis masuk ke sini ya? “Bukan, uang untuk memperbaiki jembatan ini. Ayah saya yang buat jembatan ini,” kata bocah itu sambil menunjuk ke arah seorang laki-laki paruh baya yang tengah memarkirkan boat di tepi pantai.

Laki-laki itu adalah Mahdi, warga lingkungan Pulau Seumadu. Menurut sejumlah pedagang di lokasi itu, jembatan darurat yang menghubungkan lokasi parkir kendaraan dengan pantai, dibangun oleh Mahdi sejak dua tahun lalu. Dia juga merawat dan memperbaiki jika lantai jembatan rusak.

“Jadi wajar kalau Mahdi mengutip Rp1.000 per pengunjung yang melewati jembatan. Kalau tidak ada jembatan itu, orang-orang tidak bisa sampai ke pantai, kecuali menumpang boat,” kata Suparni, salah satu pemilik warung di Pulau Seumadu.

Selepas melintasi jembatan itu langsung berhadapan dengan warung-warung beratap daun rumbia yang berbaris membentuk tiga deretan. Warung-warung itu menghadap ke pantai yang dibelai ombak berbuih. Angin laut langsung menyapa dan membelai sepenuh hati. Kalau Anda duduk di warung ini pada hari-hari bukan bulan Puasa, pelayan langsung datang menawarkan rujak, air kelapa muda dan minuman botol atau kaleng.

Pulau Seumadu ramai dikunjungi warga dari Lhokseumawe dan Aceh Utara saat akhir pekan. “Pengunjung yang datang Sabtu dan Minggu, dua sampai empat kali lipat dari hari lain,” kata Kak Na, pemilik warung dekat jembatan masuk ke lokasi pantai. “Hari-hari biasa laku Rp50 ribu-Rp70 ribu. Tapi Sabtu dan Minggu bisa laku Rp150 ribu-Rp300 ribu,” Pemasukan sama diperoleh tukang parkir.

Berada di perbatasan Desa Batuphat Timur dan Batuphat Barat, lokasi wisata yang dulu disebut Pantai Rancong, belakangan lebih dikenal Pulau Seumadu. Kok bisa?

“Oh... zaman dulu di dekat komplek Humpuss Aromatic itu (sekitar 500 meter dari Pantai Rancong) ada lokasi berbentuk seperti pulau kecil yang khusus ditempati oleh orang-orang yang punya dua istri dan mereka tinggal bersama istri yang kedua. Tempat itu dikenal dengan Pulau Seumadu,” kata Nurdin diamini Suparni dan Kak Na kompak.

Salah satu laki-laki beristri dua yang tinggal di lokasi itu adalah Bang Jali. Pada tahun 2002, kata Nurdin, Bang Jali membuka warung di Pantai Rancong. “Bang Jali yang pertama buka warung di pantai ini dan warungnya dinamakan Pulau Seumadu, makanya sampai sekarang dikenal Pulau Seumadu,” katanya.

Kata Nurdin, salah satu perempuan yang masih menetap di lokasi disebut Pulau Seumadu adalah Mak Keng. Perempuan berbadan lebar ini juga menjadi tukang parkir di Pantai Rancong.

Ketika ditanya dengan nada sarat canda apakah benar dirinya istri yang dimadu, Mak Keng terkekeh memamerkan giginya yang remuk. “Kon hai... lon meukawen ngon agam kana lakoe, tinggai bak teumpat nyan (bukan, saya kawin dengan pria sudah beristri, tinggal di tempat itu/Pulau Seumadu)”.[atjehpost.co]

AMP - Tim Penyidik Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Satuan Reserse Kriminal Polres Lhokseumawe masih turun ke gampong-gampong di empat kecamatan dalam Kota Lhokseumawe untuk memeriksa anggota kelompok terkait kasus bantuan ternak senilai Rp14,5 miliar bersumber dari APBK tahun 2014. Data dalam dokumen terkait bantuan ternak itu, ada sejumlah nama kelompok yang terkesan aneh, mulai "singa" hingga "karu sabe".

"Hari ini, tim penyidik turun ke Gampong Hagu Barat Laut dan Ujong Blang (Kecamatan Banda Sakti). Hampir tiap hari, tim terus bekerja di lapangan memeriksa saksi-saksi yaitu anggota kelompok yang namanya tercantum dalam dokumen sebagai penerima bantuan ternak tahun 2014. Ini memang membutuhkan waktu lumayan lama karena jumlah kelompok itu mencapai 400 lebih, tapi sudah diperiksa lebih sebagian," ujar Kasat Reskrim Polres Lhokseumawe AKP Budi Nasuha Waruwu menjawab portalsatu.com, Kamis, 24 Agustus 2017.

Budi menyebutkan, kelompok ternak yang belum diperiksa tinggal sekitar 20 persen lagi. Sebagian besar anggota kelompok yang tersebar di gampong-gampong dalam Kecamatan Muara Satu, Muara Dua, Banda Sakti, dan Blang Mangat, memenuhi panggilan penyidik untuk datang ke meunasah atau kantor geuchik setempat untuk diperiksa. "Ada beberapa anggota kelompok yang berhalangan atau tidak bisa datang, mereka akan dipanggil kembali nantinya," kata dia.

Geuchik Hagu Barat Laut Hendra Saputra mengakui tim penyidik turun ke gampong itu, Kamis (hari ini). "Sekarang mereka ada di kantor geuchik, meminta keterangan warga terkait bantuan ternak itu," ujar Hendra dihubungi lewat telepon seluler, sekitar pukul 14.05 WIB.

Hendra menyebutkan, di Hagu Barat Laut ada lima kelompok yang terdata sebagai penerima bantuan ternak bersumber dari APBK Lhokseumawe tahun 2014. "Saat penyerahan ternak itu, saya belum menjabat sebagai geuchik. Namun, ada saya tanyakan kepada yang menjabat Pj (Penjabat) Geuchik saat itu, tidak diperlihatkan kepada beliau saat penyerahan bantuan tersebut, tidak diberitahukan," kata Hendra saat ditanya apakah ia melihat penyerahan bantuan ternak tersebut.

Menurut Hendra, di luar lima kelompok yang terdata sebagai penerima bantuan ternak tahun 2014 itu, di gampong pesisir tersebut sampai sekarang ada sejumlah warga yang menjadi peternak. "Banyak warga yang beternak lembu dan kambing di kawasan dekat sawah seperti daerah Simpang Tiga dan SMA 3. Sedangkan warga kawasan pesisir merupakan para nelayan," ujarnya.

Nama kelompok

Setelah kasus itu ditingkatkan ke penyidikan, tim penyidik Unit Tipikor turun ke Gampong Meunasah Blang, Kandang, Kecamatan Muara Dua, 17 Juli. Setelah itu penyidik turun ke gampong lainnya di Kemukiman Kandang, dan bergerak ke Kecamatan Muara Satu, Banda Sakti dan Blang Mangat sampai saat ini.

Menurut sumber portalsatu.com, di kawasan Kandang yang merupakan kampung halaman Wali Kota dan Ketua DPRK Lhokseumawe, anggota kelompok ternak yang diperiksa bersikap kooperatif. "Jika ada diterima (bantuan ternak) disampaikan ada, jika tidak diterima juga dikatakan tidak ada, mereka kooperatif dan terbuka," kata sumber itu.

Data diperoleh portalsatu.com, anggaran pengadaan ternak senilai Rp14,5 miliar bersumber dari APBK Lhokseumawe tahun 2014 itu ditempatkan di bawah Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian (DKPP). Dalam Rencana Umum Pengadaan (RUP) DKPP Lhokseumawe tahun 2014, tercantum nama-nama kelompok penerima bantuan ternak itu dan jumlah dana yang bervariasi.

Sejumlah nama kelompok terkesan aneh dan unik. Di antaranya, pengadaan ternak lembu untuk Kelompok "Singa" di Gampong Batuphat Timur, dan Kelompok "Singa" di Gampong Paya Punteuet. Selain itu, Kelompok "Bu Tamah" dan Kelompok "Peudeh" di Gampong Paloh Punti, Kelompok "Lets Try" di Gampong Ujong Blang, Kelompok "Crah Cruh" di Gampong Blang Crum, Kelompok "Baladewa" di Gampong Alue Lim, Kelompok "Saket Mangat" di Gampong Cot Trieng, Kelompok "Na Lom" di Gampong Ulee Jalan, Kelompok "Bujang Tulen" di Gampong Meuria Paloh, Kelompok "Nanahan" di Gampong Meunasah Mee, Kelompok "Mameh" hingga Kelompok "Karu Sabe" di Gampong Meunasah Blang.

Geuchik Batuphat Timur, Kecamatan Muara Satu, H. Abdul Hamid mengakui, dalam dokumen terkait bantuan ternak itu ada nama Kelompok "Singa" di gampong tersebut. Kelompok "Singa" itu, kata dia, salah satu dari 10 kelompok penerima bantuan ternak tahun 2014. Namun, Abdul Hamid mengaku tidak mengetahui siapa ketua maupun anggota Kelompok "Singa" tersebut. Ia juga tidak tahu, apakah ada ternak yang dipelihara kelompok itu atau tidak.

"Karena saat penyerahan dulu (tahun 2014) tidak diperlihatkan kepada saya. Kami aparatur gampong baru tahu ada bantuan ternak itu saat polisi turun ke gampong ini tahun 2016 untuk meminta keterangan warga. Dua hari lalu, polisi juga sudah turun kembali ke gampong ini untuk memeriksa 10 kelompok yang tercatat sebagai penerima bantuan ternak tersebut. Saat diperiksa, ada yang mengaku menerima, dan ada juga yang tidak menerima," ujar Abdul Hamid.

Sebelumnya, Kapolres Lhokseumawe AKBP Hendri Budiman, 13 Juli 2017, mengatakan, kasus tersebut ditingkatkan ke penyidikan karena sudah melalui rangkaian kegiatan kepolisian. Di antaranya, pemerikasaan saksi, penelitian surat-surat, audit investigasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Aceh hingga gelar perkara dipimpin Kasat Reskrim AKP Budi Nasuha Waruwu di Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Aceh.

“(Hasil gelar perkara) mendapat rekomendasi layak untuk ditingkatkan statusnya menjadi penyidikan dan menjadi target penyelesaian kasus korupsi di tahun ini,” ujar Kapolres Hendri Budiman.

Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian (DKPP) Lhokseumawe Rizal mengatakan, realisasi pengadaan ternak sumber dana APBK 2014 sudah sesuai ketentuan. Rizal mengatakan itu ketika diwawancara portalsatu.com terkait kasus ternak yang saat itu sedang diselidiki Tim Unit Tipikor Satreskrim Polres Lhokseumawe. “Itu kan akibat fitnah. Akibat fitnah, ya, dia proses begini,” ujar Rizal menjawab portalsatu.com di Gedung DPRK Lhokseumawe, 28 Oktober 2016.

Rizal mengaku tidak ingat lagi jumlah dana pengadaan ternak tahun 2014. Namun, menurut Rizal, realisasi pengadaan tersebut sudah sesuai ketentuan. “Semua kan ada data itu semua,” katanya. Ditanya apakah pengadaan ternak tersebut dari dana aspirasi anggota dewan yang dialokasikan dalam APBK, Rizal mengatakan, “Nggak, itu bantuan sosial semua”.[portalsatu.com]

65 orang terjaring razia di Banda Aceh. (Agus/detikcom)
AMP - Sebanyak 65 orang di Banda Aceh terjaring razia busana yang digelar polisi syariat. Mereka yang tidak berpakaian Islami dinasihati, kemudian dibolehkan melanjutkan perjalanan.

Razia busana digelar di Simpang Mesra di Jalan Teuku Nyak Arif, Kota Banda Aceh, Aceh, Kamis (24/8/2017). Puluhan polisi syariat (Wilayatul Hisbah) berdiri di jalan dan menyetop pengendara yang berpakaian melanggar syariat. Di lokasi razia, juga dipasang papan pengumuman bertuliskan 'razia penegakan syariat Islam'.

Perempuan berpakaian ketat dan lelaki bercelana pendek (di atas lutut) diberhentikan. Mereka kemudian diminta menghadap petugas untuk dicatat identitasnya. Setelah beberapa orang terkumpul, giliran seorang polisi syariat memberi nasihat untuk mereka. Para pelanggar ini selanjutnya dibolehkan melanjutkan perjalanan.

Plt Kepala Seksi Operasi dan Pengawasan Syariat Islam Nasrul Miadi mengatakan razia rutin ini digelar untuk menegakkan Qanun Nomor 11 tahun 2002 tentang syariat Islam bidang akidah, ibadah, dan syiar Islam. Tujuannya menyadarkan masyarakat agar berpakaian secara Islami.

"Kita gelar razia ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang perlunya berpakaian secara Islami," kata Nasrul kepada wartawan.

Pada razia kali ini, para pelanggar tidak diberikan 'oleh-oleh' kain sarung. Mereka cuma dinasihati saja. Beberapa kali razia sebelumnya, para pelanggar diminta untuk mengenakan kain sarung yang diberikan baru kemudian dibolehkan melanjutkan perjalanan.

"Ke depan, kita akan berikan lagi kain sarung untuk pelanggar," jelas Nasrul. [detik.com]

AMP - N (47), seorang pria asal Alue Bili Geulumpang, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara. Terpaksa berurusan dengan aparat hukum karena membawa narkoba jenis sabu seberat satu ons.

Akibatnya dia ditahan di sel untuk mempertanggungjawab perbuatan itu.

Kapolres Bireuen Riza Yulianto melalui WhatsApp grup wartawan dan Polres, Rabu, 23 Agustus 2017 mengatakan. Pria asal Aceh Utara itu ditangkap dikawasan Pante Lhong, Kecamatan Peusangan, siang hari sekira pukul 10.30 WIB.

“Benar personel Polsek Peusangan berhasil menangkap pria itu, keberhasil ini karena laporan masyarakat,” katanya.

Lanjut Kapolres Riza setelah mendapat laporan dari masyarakat yang melihat dan mencurigai pria itu, pesonil langsung menuju ke TKP. “Saat digeledah, personil Polsek Peusangan mendapatkan barang bukti yang diduga narkotika jenis sabu, yang disimpan di bawah bagasi Sepmor milik pelaku,” jelas Riza.

Sementara barang bukti yang disita telah diamankan, satu paket besar sabu seberat satu ons dan satu unit sepeda motor Yamaha Vixion dengan nomor polisi, BL 5777 KAA.[modusaceh.co]

AMP - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyesalkan perbuatan Farhan Balatif alias 'Ringgo' yang menghina Jokowi. Kapolri pun menegaskan, bagi para netizen yang masih berani membuat konten penghinaan atau provokatif pasti akan dikejar dan ditangkap.

"Jajaran kepolisian pasti mengejar (bila ada yang melanggar). Masyarakat jangan membuat konten provokatif yang melanggar Undang-undang, pasti kita kejar," ujar Tito di Kabupaten Karo, Kamis (24/8/2017).

Ia mengatakan, penegakan hukum kasus tersebut harus ditegakkan. Kepada pengguna media sosial, Kapolri mengingatkan netizen agar tidak mengunggah konten negatif.

Terkait kasus Ringgo, Kapolri mengatakan pihaknya sedang melakukan pengejaran.

"Sedang diproses (kasus 'Ringgo'). Kita sayangkan seorang anak melakukan mengunggah dan membuat konten negatif di media sosial," kata Tito.[detik.com]

Polisi saat olah TKP di Rumah Muhammah Husen alias Husen Mob | Foto: BERITAKINI.CO/Firman
AMP - Kapolda Aceh Irjen Rio S Djambak menegaskan akan mengejar dan menindak tegas setiap pelaku kriminal, apalagi yang menggunakan senjata api.

“Untuk kasus di Pidie, kami kategorikan ini kriminal bersenjata, kita akan kejar sampai dapat,” kata Rio pada wartawan usia melakukan pemusnahan barang bukti narkoba di Mapolda Aceh, Kamis (24/8/2017).

Polda Aceh, katanya, juga telah membentuk tim untuk mengungkap kasus ini. Sebab, menurut kapolda, setiap kasus kriminal bersenjata dinilai cukup urgen untuk segera diungkap.

“Untuk kasus urgen, kami selalu menurunkan tim khusus dan ini sudah kami lakukan hampir di setiap kasus yang urgen,” katanya

Polda Aceh memang mimiliki catatan positif dalam mengungkap kasus kriminal bersenjata ini. Di beberapa kasus sebelumnya, polisi tergolong cukup cepat menangkap dan menyeret pelaku ke proses hukum.

Meski begitu, kata Rio, peran serta masyarakat juga sangat penting untuk kelancaran pengungkapan kasus kriminal bersenjata tersebut. Termasuk keterbukaan dari korban apakah memiliki riwayat yang mungkin berkaitan dengan pelaku.

Di samping itu, Rio juga menghimbau agar masyarakat yang masih memiliki senjata api untuk menyerahkannya secara sukarela kepada aparat hukum. “Ini sudah berjalan di sejumlah daerah di Aceh,” katanya.[beritakini.co]

Ilustrasi
AMP - Kejaksaan Negeri (Kejari) Pidie, terus melakukan gerak cepat untuk menuntaskan kasus dugaan korupsi dana gampong yang meilibatkan oknum Keuchik Gampong Mesjid, Kecamatan Muara Tiga, Pidie, M.Daud.

Rencananya, tim penyidik Kejari Pidie akan melakukan penahanan terhadap M.Daud, pada Kais (24/8) besok. Penahanan dilakukan menyusul atas dugaan melakukan tindak pidana korupsi hingga merugikan negara Rp 200 juta.

“Atas tindakannya itu, kami rencananya Kamis akan menahan yang bersangkutan di Rumah Tahanan (Rutan) kelas II B Benteng, Sigli,” ujar Kasi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Pidie, Zulfikar kepada pikiranmerdeka.co, Rabu (23/8).

Dikatakan, keuchik Gampong Mesjid M.Daud telah menyalahgunakan wewenangnya sebagai pimpinan gampong. Karena yang bersangkutan telah melakukan perbuatan melanggar sehingga telah merugikan uang negara sebesar Rp 200 juta.

Menurut Zulfikar, tersangka melanggar Pasal 2 ayat 1 jo pasal 3 jo pasal 18 ayat 1 huruf a ,b ayat 2 dan 3 UU RI Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan uu nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas uu RI nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi‎ dan telah diubah dengan uu nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas uu RI nomor 31 tahun 1999 tentabg pemberantasan tindak pidana korupsi.

“Tersangka bisa dihukum serendah-rendahnya 4 tahun dan setinggi-tingginya 25 tahun penjara,” papar Zulfikar.(pikiranmerdeka.co)

AMP - Sampai akhir masa kekuasaannya, Kerajaan Aceh Darussalam dipimpin oleh 35 sultan. Sebagai sultan terakhir kerajaan yaitu Muhammad Daud Syah yang berkuasa pada 1874-1923.

Sultan Muhammad Daud Syah lahir pada tahun 1871, dua tahun sebelum Belanda menyerang Aceh pada 26 Maret 1873 M. Pada usia tujuh tahun, dia diangkat sebagai sultan Aceh di Masjid Indrapuri pada Kamis, 26 Desember 1878 M, menggantikan Sultan Alaidin Mahmudsyah (1870-1874) yang meninggal pada 28 Januari 1874 karena wabah kolera dan dimakamkan di Cot Bada Samahani, Aceh Besar.

Namun tidak seperti sultan Aceh lainnya, Muhammad Daud Syah memiliki riwayat hidup yang tragis dan menyedihkan. Pemerintah Kolonial Belanda membuang Sultan Muhammad Daud Syah ke Pulau Jawa pada 24 Desember 1907.

Belanda menganggap sultan tidak bisa diajak berkerja sama dengan Belanda yang kala itu sudah menguasai Kutaraja. Sultan menolak menandatangani MoU damai dengan Belanda.

Bahkan draf surat damai dirobek Sultan Muhammad Daud Syah di Pendopo Jenderal Van Heutz (pendopo Gubernur Aceh sekarang). Karena tidak mengakui kekuasaan penjajah, pada 3 Februari 1903, sultan oleh Belanda dijadikan tahanan rumah (diintenir) di kampung Keudah, Banda Aceh.

Dia hanya diperbolehkan bergerak bebas di sekitar Kutaraja. Meski dalam tahanan rumah, sultan masih dapat menjalankan pengaruhnya menyusun siasat menyerang Belanda di Kutaraja secara diam-diam bersama pembesar Aceh seperti Tuanku Hasyem Banta Muda, Teuku Panglima Polem Muda Kuala dan Teungku Syiek di Tanoh Abee.

Pada tahun 1880, Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman yang baru pulang dari Mekkah juga ikut bergabung. Melihat kondisi tak menguntungkan ini, pada 24 Desember 1907 Belanda menangkap dan membuang sultan bersama keluarga inti yaitu anaknya Tuanku Raja Ibrahim dan Teungku Bungsu serta pengikutnya ke Bandung dan Ambon.

Sebelumnya, pada tanggal 26 November 1902, Teungku Putroe Gambo Gadeng bin Tuanku Abdul Majid bersama anaknya Tuanku Raja Ibrahim (6) disandera oleh Belanda di Gampong Glumpang Payong Pidie. Tujuan penyanderaan ini agar Sultan Muhammad Daud Syah menyerahkan diri kepada Belanda.

Pada tahun 1918 kemudian sultan dan keluarga dipindahkan ke Jatinegara, Jakarta sampai meninggal pada 6 Februari 1939 dan dimakamkan di Pekuburan Umum Kemiri, Rawamangun, Jakarta. Lokasi pusaranya berdekatan dengan Kampus Universitas Negeri Jakarta sekarang. Menurut kesaksian sejarawan Aceh Dr M Adli Abdullah kondisi makam sultan terakhir Aceh itu sangat menyedihkah.

"Tidak tampak bahwa di situ terbaring seorang pejuang yang tak pernah kenal menyerah demi membela nasib agama dan bangsanya," tutur Adli seperti dikutip dari tulisannya berjudul Muhammad Daud Syah yang dimuat Harian Serambi Indonesia 24 Februari 2013.

Menurut Adli kehidupan Sultan Muhammad Daud Syah tidak seindah dan semewah raja-raja lain di nusantara yang mengakui keberadaan penjajah kolonial, dimana mereka menerima kemegahan dan status sosial sampai ke keturunannya kini.

Sedangkan Muhammad Daud Syah sejak ditabalkan menjadi raja, hidupnya terus bergerilya dalam hutan-hutan Aceh demi mempertahankan marwah negerinya sampai ia ditangkap dan dibuang oleh Belanda dan meninggal dalam pengasingan, tanpa pernah menyerahkan kedaulatan Aceh kepada kaum penjajah dan tidak pernah dimakzulkan (diturunkan) secara adat Aceh.

Pada awal Desember 2012 Adli berziarah ke makam sultan. Ternyata, tidak sulit menemukannya walaupun tidak ada tanda yang menunjukkan bahwa di tempat itu Sultan Aceh terakhir ini dimakamkan.

Di pusaranya tertulis, “Toeankoe Sultan Muhammad Daoed ibnal Marhoem Toeankoe Zainal Abidin Alaiddin Syah, wafat hari Senen 6 Februari 1939.”

Tim Peubeudoh Sejarah dan Budaya Aceh (Peusaba) sempat mengusulkan Sultan Muhammad Daud Syah menjadi pahlawan nasional. Namun sampai kini usulan itu belum mendapat respons positif dari pemerintah. (serambinews)

Mahasiswa Universitas Malikusaleh (Unimal) sedang kerasukan massal saat mengikuti ospek di aula Masjid Agung Islamic Center Lhokseumawe, Selasa (22/8/2017).
AMP - Saat terjadi kerasukan pada mahasiswa baru Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara yang sedang mengikuti ospek di aula Masjid Agung Islamic Center Lhokseumawe, Selasa (22/8/2017) sore.

Malah ada yang hanya pura-pura pingsan saja. Namun karena tidak dipeduli oleh panitia, pria tersebut bangun kembali.

Berikut cerita Kabag Humas Unimal Masriadi Sambo. Saat mahasiswa mendengar materi di aula masjid, seorang mahasiswi pingsan sehingga langsung dievakuasi.

Sekitar 15 menit kemudian kembali mahasiswi lainnya pingsan dan kerasukan maka langsung dievakuasi.

Kejadian serupa berlangsung sampai empat kali. Kejadian kelima, seorang mahasiswa (pria) yang sedang berbicara langsung jatuh berlagak kayak orang pingsan.

Namun, karena diyakini dia hanya pura-pura, maka tidak dipeduli oleh panitia. "Selanjutnya mahasiswa itu bangun sendiri," ujarnya.

Jadi dari kejadian kerasukan, sebut Masriadi Sambo, hanya tiga mahasiswi yang benar-benar kerasukan. Selebihnya hanya pingsan saja.(serambinews)

Bendera diduga kuat peninggalan Kerajaan Aceh di Trumon
AMP - Kabar mengejutkan dirilis oleh para aktivis Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa). Mereka mengklaim telah menemukan salah satu bendera yang diduga asli peninggalan kerajaan Aceh di Trumon, Kabupaten Aceh Selatan.

Ihwal penemuan bendera-bendera yang sepintas terlihat asli ini diketahui dari 15 foto yang dibagikan oleh Irfan M Nur ke grup MAPESA "MASYARAKAT PEDULI SEJARAH ACEH" di Facebook.

Irfan M Nur merupakan salah satu aktivis Mapesa yang ikut dalam ekspedisi yang diberi tagar #EkspedisiMuhammadGhauts itu.

Sayangnya, tidak banyak penjelasan yang menyertai foto-foto tersebut. Dalam keterangan yang menyertai ke-15 foto itu, Irfan hanya menulis "Bendera (alam) Aceh Darussalam disimpan oleh keluarga Teuku Raja Aceh (Raja Ade) di Trumon, Aceh Selatan. Kondisi fisik bendera ini terlihat original.

Berikut foto-fotonya;
Bendera diduga kuat peninggalan Kerajaan Aceh di Trumon (MAPESA)

Peneliti Mapesa Tgk Taqiyudin Muhammad (baju putih) memperhatikan bentuk bendera (GRUP MAPESA)





Hingga Selasa (22/8/2017) pukul 10.30 WIB, foto-foto yang diunggah pada Senin (21/8/2017) pukul 14.49 WIB, mendapatkan 233 tanggapan, 25 kali dibagikan, dan delapan komentar.

Belum ada netizen yang meragukan keaslian bendera tersebut. Salah satu netizen, Wahyu R. Soemitra Wijaya menulis "pedang zulfikar dalam tafsiran orang nusantara, banyak mempengaruhi dalam bendera-bendera.."

Netizen lainnya menulis bahwa bendera itu adalah bendera kerajaan, bukan mas kesultanan. "Nyan masa kerajeun, kon masa sultan," tulis pemilik akun Renal Naldi.

Sementara Zahrotan Mazanny berharap agar suatu hari kelak, bendera ini akan berkibar kibar kembali di negeri Pasei/Aceh Darussalam.

Nah, bagaimana pendapat Anda??
(tribunnews)

AMP - Seorang perempuan dan laki-laki yang bukan suami-istri ketahuan asyik berduaan di suatu kamar hotel di Kota Palembang. Perempuan itu berinisial NN (35 tahun) dan pacarnya berinisial AR.

Menurut Kepolisian Resor Kota Palembang, mereka adalah dua kader Partai Amanat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Ironisnya, mereka berdua digerebek oleh suami NN.

Penggerebekan ini berawal dari kecurigaan suami NN, karena istrinya sering pulang larut malam. Dia pun membuntuti NN diam-diam sampai ke suatu hotel.

Suami NN juga mengajak keluarganya saat menggerebek. Di dalam suatu kamar hotel, NN didapati sedang berduaan dengan AR.

Pihak keluarga akhirnya menggelandang mereka berdua ke Markas Polres Kota Palembang. "Mereka ditangkap oleh keluarga sendiri dan diserahkan ke kami. Penggerebekan berlangsung pukul 10.00 WIB tadi," kata Kepala Unit PPA Polresta Palembang, Ipda Henny Kristianingsih, Jumat 18 Agustus 2017.

Menurut Henny, berdasarkan keterangan keluarga, NN sudah mulai menjalin hubungan asmara terlarang dengan AR sejak Mei 2017.

"Sampai tetangganya juga tahu kalau keduanya sering pergi berdua. Mereka sudah berhubungan sejak Mei lalu," ujar Henny.

Menurut dia, NN dan AR dijerat dengan Undang-undang tentang perzinahan. Tapi mereka tidak sampai ditahan, karena masing-masing keluarga mengajukan penangguhan penahanan dan membawa mereka ke rumah masing-masing.

"Statusnya tahanan kota dengan ancaman sembilan bulan penjara. Karena ada penjamin jadi tidak ditahan. Tetapi mereka wajib lapor sampai berkasnya lengkap dan dilarang berpergian ke mana-mana," kata Henny.  (toskomi.com)

AMP - Komite Persiapan Pemekaran daerah Otonomi Baru (DOB) Pemko Panton Labu telah melakukan berbagai persiapan terkait cita cita melahirkan Pemerintah Kota Panton Labu.

Ketua Komite Pemekaran DOB Pemko Panton Labu, Muksal Mina dalam konfrensi pers pada Minggu (20/8) mengatakan, tahapan pertama dimulai dengan rapat Konsolidasi pada 26 – 27 Juli 2017 yang lalu di Aula Kecamatan Tanah Jambo Aye di Panton Labu dengan gagasan DOB Kabupaten Pase Raya.

“Ini sebagai reinkarnasi perjuangan dulu dari gagasan orang tua kami pada tahun 2002 sebelum tsunami. tahapan sosialisasi kami lakukan pasca konsolidasi kemarin, kami panitia turun ke tokoh-tokoh masyarakat dan Silaturahmi ke kakanda kami yang di legislatif Pemkab Aceh Utara serta DPRA,” katanya.

Kemudian, kata dia, semua saran dan pendapat sudah mengarah pada usulan agar yang diusulkan itu adalah Pemerintah Kota Panton Labu.

Ia mengaku, saat ini dukungan terus berdatangan dari berbagai pihak terkait cita cita dari empat kecamatan yang menginginkan lahirnya Pemko Panton Labu, adapun Kecamatan yang masuk dalam teritorial tersebut adalah kecamatan Jambo Aye, Seunuddon, Langkahan, Baktiya.

“Semoga cita cita kami kali ini bisa menjadi semangat baru untuk membangun dan mampu mengawal lahirnya Dob Pemko Panton Labu,” harapnya.

“Pasca Idul Adha kami akan melaksanakan FGD dan deklarasi yang dilaksanakan di Panton Labu,” tambahnya.[kanalaceh.com]

AMP - Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah kembali menjadi buah bibir. Hal ini setelah dia melemparkan pernyataan kontroversial saat pidato di pembukaan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) II Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Aceh di Hotel The Pade, Aceh Besar, kemarin.

Seperti diberitakan serambinews.com, Nova di antaranya mengatakan, “Sudah mulai ada gejala kita selalu dihempang di DPRA. Sudah mulai ada gejala, single majority itu digunakan untuk menghambat program-program yang sudah kita susun dengan baik.”

Pernyataan ini sesungguhnya diarahkan untuk membakar semangat partai politik agar bisa meraih hasil maksimal di pemilu 2019 nanti itu.

“Di DPRA merah harus dilawan dengan merah. Biru, kuning, biru muda, hijau belum cukup mampu, jadi kami butuh merah, merah yang lain (PDIP),” katanya.

Pernyataan tersebut kontan menuai reaksi dari kalangan DPRA, khususnya Fraksi Partai Aceh.

Politisi Partai Aceh di DPRA Abdullah Saleh dengan tegas menilai pernyataan Nova itu sebagai sebuah tantangan perang--meski belakangan Nova telah minta maaf.

“Mari kita jawab tantangan ini. Alangkah konyol bila kita sudah tau musuh yang akan menyerang kita, namun kita tidak mengambil sikap mematahkan serangan musuh,” katanya.

Kontroversi ini bukanlah yang pertama dilakukan Nova Iriansyah. Dua pernyataan Nova sebelumnya juga sempat menuai kontroversi.

Yang pertama adalah pernyataan dalam rapat tertutup Demokrat Aceh yang bocor ke luar pada April 2017 lalu. Saat itu, sebuah media online melaporkan bahwa ketua DPD Demokrat Aceh itu menyatakan, "Saya heran dan tidak habis pikir, berada di mall kok malah loncat ke kaki lima."

Hal ini langsung menuai reaksi, terutama dari Hanura Aceh. Meski pernyataan dalam rapat internal, Satria Hanura Aceh saat itu menilai pernyataan itu sangat menyudutkan partai lain. Sebab, pernyataan ini diyakini menyasar sejumlah politisi Demokrat yang pindah partai ke Hanura beberapa waktu lalu.

Baru-baru ini, Nova juga melempar penyataan kontroversial ihwal modifikasi Syariat Islam.

Seperti diketahui, gagasan memodifikasi hukuman cambuk itu disampaikan Nova Iriansyah awal Juli 2017 lalu di Jakarta, usai bertemu presiden. Gagasan itu tentang teknis hukuman cambuk tak lagi dilakukan di depan umum.

Pernyataannya itu langsung viral dan menuai reaksi negatif dari banyak kalangan.

Nova lantas mencoba memberi klarifikasi ihwal gagasan yang banyak menuai kritik itu. Nova mengajak semua pihak tak merespon berlebihan terhadap gagasan tersebut. Sebab, hal itu justru akan membuat Aceh tak produktif.(beritakini.co)

AMP - Penyerahan remisi oleh Bupati Bireuen kepada nara pidana di cabang Rumah Tahanan (Rutan) Kabupaten Bireuen, di kawal ketat oleh pihak keamanan.

Tampak pihak keamanan yang melakukan pengawalan Bupati Bireuen itu menggunakan senjata laras panjang pada upacara penyerahan remisi di hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72, Kamis: 17/08/2017

Namun, Bupati Bireuen H Saifannur, S.Sos merasa nyaman sehingga ia sempat tertidur saat upacara penyerahan remisi sedang berlangsung, meskipun demikian acara tersebut terus di laksanakan.

Sofyan, Kalapas cabang Rutan Bireuen mengatakan bahwa jumlah napi yang memperoleh remisi umum hari ini mencapai 199 orang dengan masa pengurangan hukuman antara 1 sampai 5 bulan", ujarnya

Ia menambahkan bahwa pada hari ini seharusnya ada dua orang napi bebas murni, namun karena tidak bisa membayar subsider sebesar satu milyar rupiah, maka mereka harus menjalani kurungan enam bulan lagi ,jika besok subsidernya dibayar maka napi tersebut langsung bisa di bebaskan" katanya

Pada upacara tersebut turut hadir Bupati Bireuen H.Saifannur, S.Sos, Wakil Bupati Bireuen Dr. H Muzakkar Agani, SH, M.Si, Ketua DPRK Bireuen Ridwan Muhammad.

Selain itu, tampak hadir Kapolres Bireuen AKBP Riza Yulianto, Kasdim 0111 Bireuen Mayor Sujatmiko, beserta sejumlah Kepala Dinas pemkab Bireuen.| Radaraceh

Ilustrasi
AMP - Kejaksaan Negeri (Kejari) Aceh Utara memeriksa kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Pendidikan, Kecamatan Matangkuli, Jamaluddin Puteh dan Kepala SMPN 1 Matangkuli Kamaruddin. Pemeriksaan keduanya terkait dugaan pemotongan gaji 13 guru.

“Kita mau klarifikasi soal dugaan pemotongan gaji ke 13 guru yang heboh di media akhir-akhir ini. Kita akan dengarkan satu per satu keterangan mereka,” kata Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus, Kejari Aceh Utara, Muhammad Riza, kepada AJNN, Kamis (17/8).

Riza menambahkan, pihaknya juga akan memanggil kepala UPTD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di kecamatan lainnya.

“Ini masih kita mintai keterangan pihak yang bersangkutan. Nantinya kita mau lihat, benar atau tidak pemotongan itu,” ujar Riza.

Sementara Bendahara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Aceh Utara, Rusmin menyebutkan pemeriksaan internal telah dilakukan terkait dugaan pemotongan dana itu.

“Hasil pemeriksaan internal, tidak ada pemotongan. Seperti di Matang Kuli itu kita sudah lihat bukti transfer gaji dari UPTD ke sekolah. Angkanya sesuai," sebutnya.

Untuk UPTD Nisam, sambung Rusmin, memang terjadi kekeurangan transfer gaji guru, dari yang seharusnya Rp 1,4 miliar lebih hanya ditranfers Rp 1,2 miliar.

“Kekurangan dana 200 juta lagi itu dibayar dalam bentuk tunai ke kepala sekolah, dan ada bukti penerimaannya,” pungkas Rusmin.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah guru di Kecamatan Nisam Antara, dan Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara mengeluhkan pemotongan gaji ke 13 dengan alasan yang tidak jelas. Angkanya bervariasi mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 600.000 per guru.[AJNN]

AMP - Sudah menjadi kebiasaan, hampir setiap perayaan hari kemerdekaan Indonesia, lomba panjat pinang dan balap karung adalah lomba yg seolah wajib diadakan. Tua muda selalu antusias berpartisipasi dalam lomba yang memang sangat seru ini. Namun tahukah Anda? dibalik kemeriahan suasana panjat pinang dan balap karung tersimpan kisah suram tentang asal usul permainan rakyat ini.

Bila kita mengadakan lomba panjat pinang dan balap karung setiap 17 Agustus, dulu sebelum Indonesia merdeka ternyata lomba ini telah diadakan, namun beda tanggal. Pemerintah Belanda menggelarnya setiap tanggal  31 Agustus untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhemina.

Asep Kambali, pendiri Komunitas Historia Indonesia, melakukan riset tentang asal mula panjat pinang digelar. Dari hasil riset pada koleksi museum Tropen, Belanda, ia mendapati ternyata panjat pinang sebenarnya adalah adaptasi dari permainan serupa asal Belanda yang bernama "De Klimmast" yang berarti panjang tiang. Mereka mengadakan lomba panjat tiang sebagai hiburan pada perayaan-perayaan hari besar disana.

Nah, oleh penjajah Belanda permainan ini diperkenalkan di Tanah air. Namun berbeda dengan di negara asalnya, selama permainan ini di gelar tak satupun orang Belanda yang mau ikut bermain. Mereka hanya tertawa-tawa melihat orang pribumi saling pijak berusaha merebut sekarung makanan dan pakaian yang digantung di pucuk pinang.

Disinilah pribumi dilecehkan, orang-orang pribumi yang bersusah payah jatuh bangun memanjat tiang licin ini menjadi hiburan tersendiri bagi orang Belanda. Mereka memandang pribumi begitu lucu karena mau berebut untuk sesuatu yang bagi mereka tak berharga.

Begitu juga dengan lomba balap karung. Bukti sejarah juga menunjukkan permainan ini telah ada sejak jaman penjajahan. Konon orang-orang pribumi begitu sulit hidupnya hingga mereka hanya mampu berpakaian dengan karung goni. Karena kesal, mereka mneginjak-injak karung dan entah bagaimana akhirnya kekesalan mereka itu berubah menjadi sebuah permainan adu lari memakai karung.

Beberapa pemerhati sejarah telah mengusulkan permainan ini dihapuskan dari perayaan hari kemerdekaan. Mereka menganggap permainan tersebut merupakan peninggalan Belanda yang melecehkan pribumi sehingga tidak pantas dilestarikan. Namun hal itu tak mudah dilakukan karena panjat pinang telah mengakar dalam budaya Indonesia. (.cetroasia.com)

AMP - Pemberitaan yang minim soal krisis Marawi oleh media di Indonesia bukan berarti di sana kini tidak terjadi apa-apa. Sampai tulisan ini diturunkan, perang masih berkecamuk. Pasukan Filipina masih kepayahan menghadapi ISIS. Kematian tetap menghantui prajurit Filipina dan warga sipil. Sampai hari Minggu lalu (6/8), total prajurit yang tewas mencapai 122 orang dan warga sipil 45 orang. Ke depan angka ini sangat mungkin bertambah.

Marawi masih jadi kota mati. Rumah-rumah masih kosong lantaran penduduk setempat—biasa disebut Maranao—mengungsi. Tidak ada aktivitas apa pun selain baku tembak. Tentara atau polisi berlalu-lalang menenteng senjata. Marawi masih muram dan mencekam.

"ISIS belum ditaklukkan. Doakan agar perang ini segera berakhir," kata Ismael Albinner, seorang serdadu yang menemani saya ke garis depan lewat pesan pendek sesaat sebelum saya pulang ke Jakarta, pekan lalu.

Saya sempat mengunjungi Marawi pada 22 Juli lalu. Kedatangan saya tepat 60 hari pendudukan ISIS di Marawi. ISIS memulai keonaran ini pada 23 Mei lalu. Evakuasi besar-besaran warga sipil berselang sesudah ISIS berkuasa di Marawi. Hampir 200-an ribu penduduknya kini terluntang-lantung.

Ini adalah ironis. Padahal suasana ibu kota Provinsi Lanao del Sur ini adalah kota yang indah, dikelilingi perbukitan dan udara sejuk, dengan ketinggian di atas 700 mdpl, terletak di tepian Danau Lanao—danau terbesar kedua di Filipina.

Namun kedamaian dan keindahan itu kini berganti jadi kengerian. Marawi lebih mirip seperti kota hantu. Sampah berserakan di mana-mana. Banyak pintu dan jendela beberapa toko dan rumah terbuka. Pecahan kaca berserakan.

Dari luar, kita bisa melihat tak ada lagi barang berharga. Terkadang alang-alang tumbuh subur di dalam puluhan rumah yang tak berpenghuni itu. Di luar, jalanan lengang. Sesekali hanya melintas truk militer atau kendaraan lapis baja.

Sejak perang berkecamuk, tidak sembarang orang bisa masuk ke Marawi. Mereka yang ingin masuk ke dalam kota mesti mendapatkan surat izin car pass dari pihak militer.

Pusat komando militer operasi gabungan terletak di Perkantoran Gubernur Lanao del Sur, Matampay, di utara kota. Ini lokasi teraman di Marawi—biasa disebut Zona Hijau (Green Zone).

Gerbang selalu tertutup dan dijaga secara bergilir oleh polisi atau tentara. Terlebih di samping perkantoran ini terdapat barak prajurit Filipina.

Tetapi, jangan samakan Green Zone di Marawi seperti di Bagdad, ibu kota Irak. Pos penjagaan di sini tak dilindungi karung-karung pasir. Tidak ada pula beton anti-bom. Pagar di sekeliling kompleks berbentuk teralis. Orang dari luar mudah menembaki kami yang ada di dalam. Nasib apes ini salah satunya dialami Adam Harvey, koresponden ABC, stasiun televisi berita dari Australia. Sebutir peluru kaliber 5.56 dari senjata M-16 nyasar dan menancap ke lehernya.

Kompleks ini tak sepenuhnya aman. Jika ditarik garis lurus, jarak antara Gubernuran dan wilayah ISIS di seberang Sungai Agus, tepatnya Raya Madaya, hanya 1,6-an kilometer.

Itulah sebabnya mayoritas wartawan di Marawi tak pernah melepaskan atribut rompi antipeluru, plus berdiri lama-lama di halaman depan kantor seperti yang dilakukan Harvey.

"Di sini Anda bisa mati gara-gara apes terkena peluru nyasar, dan itu sungguh tidak lucu," kata Divina, jurnalis lokal yang menemani saya di Marawi.

Saya tiba di Kompleks Green Zone sekitar pukul 09.00. Setelah berbincang dengan juru bicara Pasukan Tempur Gabungan Letkol Jo-ar Herrera, saya dipersilakan pergi ke garis depan di Jembatan Mapandi bersama rombongan wartawan lain. Ada dua wartawan asing lain yang diizinkan ikut selain saya: keduanya wartawan Jepang.

Dari kantor gubernur, kami diarahkan menuju ke barak marinir sementara di Mapandi Memorial Center, di Jalan Sultan Omar Dianalan, Lilod Saduc. Jaraknya sekitar 2 kilometer. Herrera menugaskan dua sersan bersenjata lengkap untuk ikut mengawal dan mengantar kami ke lokasi karena kami tertinggal rombongan.

Usai keluar dari kantor gubernur, ketika si sersan mengarahkan mobil berbelok ke arah selatan, saya mulai sedikit was-was. Panduan dari aplikasi Google Maps menunjukkan, untuk menuju Lilod Saduc, kami bisa memutar lewat utara melalui Jalan Campo Nao, Jalan Bacol, dan tiba di Jalan Sultan Omar Dianalan.

Namun, si sersan pilih jalan lain. Ia mengarahkan mobil ke selatan menuju perempatan Sarimanok, lalu berbelok melewati Rumah Sakit Amai Pakpak, dan berhenti sejenak di depan Taman Lanao. Jarak dari lokasi ini ke medan pertempuran hanya 700 meter. Suara rentetan senapan mesin jelas sekali terdengar. Dan benar saja: si sersan ternyata kebingungan.

Hampir saja ia mengarahkan mobil ke Jalan Insinyur Sacar Basman. Jika saja mobil terus melaju, kami akan langsung tembus ke Jembatan Bayabao—salah satu jembatan vital lain yang jadi rebutan antara kombatan ISIS dan pasukan Filipina. Untungnya seorang tentara keluar dari sebuah rumah dan memperingatkan kami serta mengarahkan ke rute yang benar.

"Saya baru dua hari di sini," kata si sersan dengan enteng sambil terkekeh.

Jalan Sultan Omar Dianalan membentang dari utara ke selatan Kota Marawi. Melewati empat desa: Lilod Saduc, Saduc, Lilod Madaya, dan Mocado Colony, serta melintasi Jembatan Mapandi. Lokasi jembatan ini dari barak marinir hanya 400 meter. Tak ayal baku tembak lebih terdengar keras di sini.

Awalnya, Komandan Batalion Tim Pendarat Marinir 7, Letkol Bill Pasla, menjanjikan para wartawan yang berjumlah 15 orang diberi akses melewati Jembatan Mapandi, masuk ke area ISIS di seberang Sungai Agus, dan menyaksikan pertempuran utama dari jarak dekat.

Agar bisa ke sana tentu mesti menaiki kendaraan lapis baja. Bagaimanapun, masih banyak milisi ISIS berjaga di sekitar area jembatan. Mereka bersembunyi di reruntuhan gedung, menembaki pasukan yang hendak menyeberang dan masuk ke arah mereka.

Itu adalah rute yang mengerikan. Selanjutnya
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget