AMP - Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah kembali menjadi buah bibir. Hal ini setelah dia melemparkan pernyataan kontroversial saat pidato di pembukaan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) II Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Aceh di Hotel The Pade, Aceh Besar, kemarin.
Seperti diberitakan serambinews.com, Nova di antaranya mengatakan, “Sudah mulai ada gejala kita selalu dihempang di DPRA. Sudah mulai ada gejala, single majority itu digunakan untuk menghambat program-program yang sudah kita susun dengan baik.”
Pernyataan ini sesungguhnya diarahkan untuk membakar semangat partai politik agar bisa meraih hasil maksimal di pemilu 2019 nanti itu.
“Di DPRA merah harus dilawan dengan merah. Biru, kuning, biru muda, hijau belum cukup mampu, jadi kami butuh merah, merah yang lain (PDIP),” katanya.
Pernyataan tersebut kontan menuai reaksi dari kalangan DPRA, khususnya Fraksi Partai Aceh.
Politisi Partai Aceh di DPRA Abdullah Saleh dengan tegas menilai pernyataan Nova itu sebagai sebuah tantangan perang--meski belakangan Nova telah minta maaf.
“Mari kita jawab tantangan ini. Alangkah konyol bila kita sudah tau musuh yang akan menyerang kita, namun kita tidak mengambil sikap mematahkan serangan musuh,” katanya.
Kontroversi ini bukanlah yang pertama dilakukan Nova Iriansyah. Dua pernyataan Nova sebelumnya juga sempat menuai kontroversi.
Yang pertama adalah pernyataan dalam rapat tertutup Demokrat Aceh yang bocor ke luar pada April 2017 lalu. Saat itu, sebuah media online melaporkan bahwa ketua DPD Demokrat Aceh itu menyatakan, "Saya heran dan tidak habis pikir, berada di mall kok malah loncat ke kaki lima."
Hal ini langsung menuai reaksi, terutama dari Hanura Aceh. Meski pernyataan dalam rapat internal, Satria Hanura Aceh saat itu menilai pernyataan itu sangat menyudutkan partai lain. Sebab, pernyataan ini diyakini menyasar sejumlah politisi Demokrat yang pindah partai ke Hanura beberapa waktu lalu.
Baru-baru ini, Nova juga melempar penyataan kontroversial ihwal modifikasi Syariat Islam.
Seperti diketahui, gagasan memodifikasi hukuman cambuk itu disampaikan Nova Iriansyah awal Juli 2017 lalu di Jakarta, usai bertemu presiden. Gagasan itu tentang teknis hukuman cambuk tak lagi dilakukan di depan umum.
Pernyataannya itu langsung viral dan menuai reaksi negatif dari banyak kalangan.
Nova lantas mencoba memberi klarifikasi ihwal gagasan yang banyak menuai kritik itu. Nova mengajak semua pihak tak merespon berlebihan terhadap gagasan tersebut. Sebab, hal itu justru akan membuat Aceh tak produktif.(beritakini.co)
Seperti diberitakan serambinews.com, Nova di antaranya mengatakan, “Sudah mulai ada gejala kita selalu dihempang di DPRA. Sudah mulai ada gejala, single majority itu digunakan untuk menghambat program-program yang sudah kita susun dengan baik.”
Pernyataan ini sesungguhnya diarahkan untuk membakar semangat partai politik agar bisa meraih hasil maksimal di pemilu 2019 nanti itu.
“Di DPRA merah harus dilawan dengan merah. Biru, kuning, biru muda, hijau belum cukup mampu, jadi kami butuh merah, merah yang lain (PDIP),” katanya.
Pernyataan tersebut kontan menuai reaksi dari kalangan DPRA, khususnya Fraksi Partai Aceh.
Politisi Partai Aceh di DPRA Abdullah Saleh dengan tegas menilai pernyataan Nova itu sebagai sebuah tantangan perang--meski belakangan Nova telah minta maaf.
“Mari kita jawab tantangan ini. Alangkah konyol bila kita sudah tau musuh yang akan menyerang kita, namun kita tidak mengambil sikap mematahkan serangan musuh,” katanya.
Kontroversi ini bukanlah yang pertama dilakukan Nova Iriansyah. Dua pernyataan Nova sebelumnya juga sempat menuai kontroversi.
Yang pertama adalah pernyataan dalam rapat tertutup Demokrat Aceh yang bocor ke luar pada April 2017 lalu. Saat itu, sebuah media online melaporkan bahwa ketua DPD Demokrat Aceh itu menyatakan, "Saya heran dan tidak habis pikir, berada di mall kok malah loncat ke kaki lima."
Hal ini langsung menuai reaksi, terutama dari Hanura Aceh. Meski pernyataan dalam rapat internal, Satria Hanura Aceh saat itu menilai pernyataan itu sangat menyudutkan partai lain. Sebab, pernyataan ini diyakini menyasar sejumlah politisi Demokrat yang pindah partai ke Hanura beberapa waktu lalu.
Baru-baru ini, Nova juga melempar penyataan kontroversial ihwal modifikasi Syariat Islam.
Seperti diketahui, gagasan memodifikasi hukuman cambuk itu disampaikan Nova Iriansyah awal Juli 2017 lalu di Jakarta, usai bertemu presiden. Gagasan itu tentang teknis hukuman cambuk tak lagi dilakukan di depan umum.
Pernyataannya itu langsung viral dan menuai reaksi negatif dari banyak kalangan.
Nova lantas mencoba memberi klarifikasi ihwal gagasan yang banyak menuai kritik itu. Nova mengajak semua pihak tak merespon berlebihan terhadap gagasan tersebut. Sebab, hal itu justru akan membuat Aceh tak produktif.(beritakini.co)
loading...
Post a Comment