Halloween Costume ideas 2015
June 2017

'The war is so cruel; it stained our children's minds with very bad memories and experiences' [Isra Namey/Al Jazeera]
AMP -  Surviving in a dirty tent in southern Gaza, Salman Shigan cannot return home across the border to neighbouring Egypt - because his home no longer exists.

"We escaped from the unbearable persecution and almost certain death carried out by the Egyptian army, during what they called the counterterrorism operations against jihadist groups in Sinai," the 71-year-old told Al Jazeera.

Shigan's family home in northern Sinai was demolished by the Egyptian army in 2015, as soldiers worked to clear areas where armed fighters were alleged to be hiding. The incident prompted him to suffer a heart attack. After partially recovering, he and his family - including 24 children and grandchildren - fled to Gaza through a tunnel used by smugglers.

The Egyptian army has not compensated the family for the destruction of their house. "They left us to face unknown destiny with our young children … Now, we live in abominable conditions and hugely suffer to get the basic services of water and electricity," Shigan said.

Egypt's Sinai province has been rocked by violence and instability since armed groups stepped up attacks against the army after the 2013 overthrow of Mohamed Morsi, the country's first democratically elected president. In response, the Egyptian army launched a massive military campaign, which involved the demolition of hundreds of homes. Caught in the crossfire, hundreds of Bedouin tribespeople have fled the region for Gaza.

The flow of refugees from the Sinai has continued into this year, with many telling of how their homes were demolished, their loved ones persecuted and their lives destroyed. But they are not finding much comfort in the Gaza Strip, where a crippling Israeli-Egyptian siege has made life unbearable for many of the territory's two million residents.

Aisha Silmi, 50, finally made it to Gaza in 2016 after many aborted attempts to cross the border. After living for three decades in the Egyptian half of the divided city of Rafah, Silmi and her family were expelled from their town by the Egyptian army.

She recalls the day an Egyptian battalion raided her house, frightening her children and ordering them to leave.

"They rigged the corners of my house with explosives and set them off by remote control in front of my eyes," Silmi told Al Jazeera. "The ordeal did not stop there; they even started to frantically chase two of my sons, accusing them of having links with the militants."

The Egyptian army ultimately arrested two of her children and brutally beat them before releasing them, she said, noting that the family began preparing to move to Gaza shortly thereafter. They were not compensated for their demolished house and had to start from zero in Gaza. Silmi says that she lives in constant fear over the fate of her relatives remaining in Sinai.

"I am so much afraid for them and their destiny there," she said. "Not every one of us who wanted to travel to Gaza succeeded, and sadly many are still stranded in the desert."

Ziad Sarafandi, the head of refugees' affairs in Gaza, told Al Jazeera that the Egyptians who had fled across the border needed help badly. His office was trying to assist them by securing scholarships for their children to study in local universities, along with coordinating with the United Nations to help provide basic aid.

"Those refugees sought shelter in Gaza, which is mainly constituted of refugees," Sarafandi said. "Despite the bad conditions here, we can never abandon our Egyptian brothers and sisters."

Meanwhile, those Egyptians who have crossed the border say they are continually haunted by their losses as they struggle to survive in the blockaded territory.

Mohammed - who spoke to Al Jazeera on condition of anonymity, fearing retaliation from the Egyptian army - said that he was forced to flee Sinai amid fears of being killed or injured in the ongoing conflict.

"We escaped from certain death. After my son was captured by the army, tortured and lost one of his eyes, I told my family that we cannot continue to live here for one more day," Mohammed said. "We moved to Gaza through the smuggling tunnels. My daughters and my ill wife were very afraid while crossing the tunnels.

"The war is so cruel; it stained our children's minds with very bad memories and experiences," he added. "In spite of our pain and loss, we are trying to remain composed and get back on our feet again. But I am looking for a day when the war is over, to turn back and build my house in Sinai with my family."

Source: Al Jazeera

Putra Mahkota Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Foto/REUTERS/Gonzalo Fuentes
AMP - Sebuah dokumen diplomatik yang dibocorkan WikiLeaks mengungkap bahwa Putra  Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan meminta Amerika Serikat (AS) untuk mengebom kantor Al Jazeera tahun 2004.

Permintaan itu muncul sebelum invasi AS ke Afghanistan. Dokumen yang dibocorkan situs antikerahasiaan WikiLeaks itu merupakan dokumen pembicaraan antara diplomat AS Richard Haass dan Sheikh Mohammed bin Zayed—disebut sebagai “MBZ”—menjelang invasi AS ke Irak pada tahun 2003.

Bangsawan Abu Dhabi itu mendesak Haass untuk mengendalikan liputan media perang dan menekankan pentingnya “penghijauan” di jaringan Al Jazeera yang berbasis di Doha sebelum melakukan tindakan militer.

Kabel diplomatik tersebut juga merinci bagaimana putra mahkota UEA mengingat-ingat sebuah pertemuan antara Emir Qatar Hamad Al-Thani dan Sheikh Zayed bin Sultan, ayah bin Zayed, sebelum invasi AS ke Afghanistan.

”Hamad mengeluh tentang laporan yang dia terima bahwa MBZ telah meminta Jenderal Frank (jenderal AS) untuk mengebom Al Jazeera. Menurut MBZ, Zayed dengan curiga menanggapi; 'Apakah Anda menyalahkannya?',” bunyi bocoran kabel diplomatik tersebut, yang dikutip semalam (29/6/2017).

Kini pensiunan, Jenderal AS Tommy Frank mengawasi operasi militer di Timur Tengah sebagai kepala Komando Pusat AS.

Al Jazeera sebelumnya menuduh AS menargetkan gerai stasiun pemberitaannya. Pada bulan November 2001, kantor Al Jazeera di Kabul diledakkan oleh pengeboman AS. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.

Pada saat itu, pemimpin redaksi Al Jazeera Ibrahim Hilal mengatakan bahwa dia yakin serangan tersebut telah direncanakan lama. Pejabat AS telah mengkritik cakupan liputan media perang di Afghanistan, yang menggambarkan pelaporan pengeboman tersebut sebagai propaganda inflamasi.(Sindo)

NASRUDDIN, pelaku mutilasi terhadap ibu kandungnya, Mise.
AMP - Nasruddin (45), ayah satu anak, tega membunuh ibu kandungnya, Mise (70), dengan cara menggorok leher lalu memutilasi tubuh korban di Desa Titi Mas, Kecamatan Babul Rahmah, Aceh Tenggara (Agara), Kamis (29/6) sekitar pukul 01.00 WIB.

Setelah mengeksekusi ibunya, tersangka dilaporkan warga ke polisi dan terpaksa ditembak kaki kanannya karena melawan petugas. Ia tak mengindahkan permintaan polisi untuk menurunkan parang yang terhunus di tangannya.

Kepala Desa Titi Mas, Ilham, kepada Serambi, Kamis (29/6) mengatakan, selama ini tersangka diduga mengalami depresi karena dua kali menikah dan dua kali ditinggal pergi istrinya. Dari istri pertamanya, tersangka memiliki seorang putra berusia 15 tahun. Mereka tinggal bersebelahan dengan rumah ibu kandungnya.

Pada malam kejadian, tiba-tiba saja Nasruddin mendatangi rumah ibunya dan masuk dengan cara kasar. Ia terjang pintu yang sedang terkunci itu sekuat tenaga, sehingga terbuka.

Nasruddin langsung menuju kamar tempat ibunya terbaring. Lalu dia angkat ibunya yang sudah lanjut usia dan sakit-sakitan itu. Adik tersangka, Maluddin (40), mengetahui kedatangan abangnya pada waktu yang tak lazim bertamu itu. Apalagi kedatangan Nasruddin menimbulkan suara gaduh karena ia menendang pintu sehingga terbuka paksa.

Maluddin berupaya mencegah ketika abang kandungnya itu membopong tubuh renta sang ibu untuk dia bawa ke luar rumah. Namun, Maluddin takut berhadapan secara head to head dengan abangnya itu karena memegang parang tajam. Akhirnya, Maluddin hanya mengikuti abangnya dari belakang.

Tersangka yang seperti orang sedang kerasukan itu langsung meletakkan ibu kandungnya di atas tanah becek, persis di depan rumah sang ibu. Pada saat itu kebetulan ada warga yang melihat, lalu menegurnya. Tapi tak dipeduli Nasruddin. Warga maupun Maluddin yang takut lantaran Nasruddin memegang parang malah masuk ke rumah masing-masing.

Nah, pada saat itulah, di keheningan malam, disaksikan sejumlah mata yang mengintip dari balik jendela rumah dengan penuh ketakutan, tersangka menggorok leher ibunya sehingga nyaris putus. Dalam hitungan menit, korban pun meregang nyawa di tangan putra kandungnya.

Lalu dengan parang itu juga dia mutilasi sang ibunda. Dimulai pada kedua kaki, lalu kedua tangan korban. Darah bermuncratan, termasuk ke muka Nasruddin. Tapi itu tak menghentikannya. Malah tanpa rasa iba, tersangka juga menguliti kepala ibunya dan... membelah perut ibunya. Usus dan beberapa organ dalam tubuh korban pun terburai ke tanah.

Menurut Keuchik Ilham, jasad korban yang dimutilasi itu telah dijahit (diutuhkan kembali) sebelum dimandikan dan dikuburkan pada Kamis kemarin pukul 10.30 WIB di perkuburan umum desa tersebut. Duka menyelimuti kampung itu.

Adapun tersangka, langsung diboyong polisi ke Rumah Sakit Umum (RSU) Sahuddin Kutacane. Namun, pihak dokter merujuknya ke sebuah rumah sakit di Medan, Sumatera Utara, karena tulang miskin kaki kanannya terkena tembakan dan kemungkinan harus diamputasi. (Trb)

Ilustrasi
AMP - Nasruddin (45) warga Desa Titi Mas, Kecamatan Babu Rahmah, Aceh Tenggara tega membunuh ibu kandungnya, Mise (70).

Ia memutilasi ibunya, Kamis (29/6/2017) dini hari, sekitar pukul 01.00 Wib

Warga yang mengetahui peristiwa itu, melaporkan pelaku ke polisi. Saat mau ditangkap, pelaku melawan sehingga polisi menembak bagian kaki Nasruddin.

Polisi sempat membujuk pelaku untuk meletakan parang yang dipakai membunuh ibunya.

Kepala Desa Titi Mas, Ilham, kepada Serambinews.com, Kamis (29/6/2017) menjelaskan, selama ini pelaku  mengalami depresi, karena dua kali menikah dan dua kalinya ditinggalkan istrinya.

Pada saat itu, pelaku yang tinggal bersebelahan rumah dengan ibu kandungnya datang menendang pintu, lalu mengangkat korban yang sudah lanjut usia dan sakit - sakitan itu diletakkan di tanah.

Di saat itu ada warga yang melihatnya dan menegurnya, karena warga takut pelaku memegang parang, mereka pun masuk.

Di saat itulah, pelaku, Nasaruddin, mengorok leher ibunya dengan parang dan kemudian memutilasinya.(trb)

AMP - Inisialnya HR (19), Gadis berhijab ini berasal dari salah satu kecamatan di wilayah timur Kabupaten Aceh Utara. Ia merupakan yatim yang tinggal bersama seorang ibu bernama Maryana (39) dan 2 orang adiknya di sebuah gubuk tak layak huni.

Gadis ini terbilang sangat cantik, kegiatannya sehari - hari menjadi buruh cuci pakaian milik tetangga yang dititipkan kepadanya karena ia tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena terkendala masalah biaya.

Cobaan berat dalam hidup harus ia hadapi, ibu yang sangat ia sayangi harus berbaring lemah karena mengalami penyakit kelenjar getah bening. Sudah beberapa kali bolak - balik Rumah sakit namun tanda - tanda kesembuhan bagi wanita yang telah melahirkannya itu belum terlihat.

Masalah biaya menjadi kendala baginya, memang biaya perawatan sudah ditanggung BPJS, tetapi biaya Transport, Operasional dan pedampingan tidak sedikit. Sedangkan penghasilan yang ia dapatkan dari buruh cuci hanya untuk makan sehari - hari, terlebih 2 adiknya juga masih mengenyam Pendidikan.

Putus asa, ia pernah mencoba untuk bunuh diri dengan minum racun jenis rondap. Tetapi usahanya itu berhasil digagalkan oleh Siti, adik kandungnya.

Penyakit ibunya yang semakin hari semakin parah membuat gadis lulusan salah satu SMA Negeri terbaik di Aceh utara itu terpaksa melelangkan perawannya lewat sebuah sosmed. Dalam postingannya ia menawarkan 1.5 Juta untuk sekali beraksi di ranjang.

Namun postingannya itu dilihat oleh salah seorang tim dari komunitas Sahabat Kita, Komunitas yang baru lahir di Aceh itu cepat - cepat menyambangi kediamannya, Selasa (27/03/2017). kemudian pihak Sahabat kita langsung membawa Maryana (ibunda HR) ke Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan.

Informasi yang diperoleh kabar9news.net, Rabu (28/06/2017), saat ini maryana sudah di tangani oelh Dokter di Rumah Sakit tersebut. Sahabat Kita juga nantinya akan menanggung biaya pendidikan kepada HR sampai S1 di salah satu Universita di Lhokseumawe karena HR termasuk wanita yang berprestasi. (tim kabar9news)


AMP –Sejumlah pemuda  Aceh yang telah lama merantau di Malaysia melakukan aksi membentangkan bendera bintang bulan di Menara Kembar atau Twin Tower Petronas di Kuala Lumpur City Center (KLCC) pada Senin, 26 Juni 2017.

Aksi tersebut dilakukan bertepatan dengan hari kedua lebaran Idul Fitri atau 2 Syawal 1438 H.

Khalil, salah seorang pemuda yang ikut dalam aksi tersebut mengatakan, aksi pembentangan tersebut dilakukan oleh puluhan pemuda Aceh yang merantau di Malaysia.

Seraya membentangkan bendera, puluhan pemuda itu juga berteriak dengan sebutan “merdeka”. Aksi ini mengundang perhatian warga yang melintasi kawasan itu.

“Aksi ini dilakukan untuk minta merdeka kepada Indonesia yang selama ini Indonesia belum penuhi janjinya kepada rakyat Aceh,” kata Khalil saat dihubungi Klikkabar.com dari Bireuen, Aceh, Selasa 27 Juni 2017.

Khalil menambahkan, dengan adanya pembentangan tersebut, mereka berharap polemik persoalan bendera Aceh tersebut dapat diselesaikan secepatnya mungkin.

“Kita berharap pemangku kepentingan di Aceh duduk bersama guna mencari solusi dan melakukan komunikasi lebih baik lagi dengan pusat agar bendera diizinkan berkibar,” pungkas Khalil yang juga pemuda asal Bireuen. [klikkabar]

AMP - Polisi berhasil meringkus pelaku penyerangan kantor Satpol PP dan WH Lhokseumawe, Aceh. Pelakunya ternyata oknum Polres Lhokseumawe.

"Setelah kita menerima laporan dari Satpol PP-WH, tim Reskrim melakukan penyelidikan, termasuk para saksi mata," kata Kabag Ops Polres Lhokseumawe Kompol Ahzan saat konferensi pers di Mapolres setempat, Kamis (22/6/2017).

Setelah mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi, personel mengembangkan dan berhasil mengungkap siapa pelakunya. Ternyata mereka adalah oknum aparat kepolisian setempat.

"Mereka ada delapan orang," tambah Ahzan didampingi Kasat Reskrim AKP Budi Nasuha Waruwu.

Menurut pengakuan pelaku, kejadian tersebut dipicu oleh kesalahpahaman. Waktu itu, oknum polisi sedang duduk bersama teman wanitanya dan ditegur oleh Polisi Syariat.

Dari situlah awal timbul permasalahan yang membuat oknum polisi kesal hingga melempar kantor Satpol PP-WH dengan botol kaca.

"Masalah ini sudah selesai. Polres Lhokseumawe dan Satpol PP-WH sudah melakukan pertemuan dan disepakati prosesnya tidak diperpanjang. Oknum polisi sendiri tetap kita hukum. Mereka terkena sanksi disiplin dan akan diproses," sebut Ahzan.

Sementara itu, Kepala Satpol PP-WH Lhokseumawe M Irsyadi mengatakan pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan pihak Polres Lhokseumawe.

"Kita sudah duduk bersama. Kita tidak memperpanjang lagi masalah tersebut. Apalagi pimpinan polisi setempat akan memberikan sanksi tegas terhadap mereka," sebut Irsyadi.

Diberitakan sebelumnya, kantor Satpol PP-WH Kota Lhokseumawe dilempari dengan botol sirop oleh sejumlah pria bersebo.

"Ada delapan sepeda motor. Mereka berboncengan. Pengendara pakai helm, sedangkan yang di belakang pakai sebo," kata Zikrillah, petugas piket di kantor setempat, Kamis (22/6/2017).

Setelah melakukan aksinya, kawanan pria itu langsung kabur ke arah kota sehingga tak seorang pun dari mereka dapat dikenali. | detik.com

Ilustrasi
AMP - Pihak berwenang di Kashmir yang dikelola India mengatakan seorang polisi telah digantung di luar masjid utama di Srinagar pekan ini.

Polisi nahas itu adalah Muhammad Ayub. Ia digiring dengan pakaian polos di luar Masjid Jamia Masjid selama sholat Jumat siang tadi.

Dikabarkan BBC bahwa warga setempat menuduhnya melepaskan senapannya ke kerumunan orang setelah mengalami perkelahian dengan beberapa pemuda.

Menindaklanjuti hal itu, polisi setempat mengamankan dua orang terkait insiden tersebut.

Kepala polisi Kashmir Sheshpal Ved mengatakan tersangka lain akan segera ditangkap.

"Orang-orang yang terlibat dalam tindakan sombong ini akan menghadapi hukum," jelasnya.

Saksi mata menjelaskan kejadian tersebut.
"Petugas polisi mengalami perkelahian dengan sekelompok anak laki-laki dan dia melepaskan pistol, melukai dua anak laki-laki. Orang banyak menerkamnya dan menggantungnya," jelas saksi mata.

Kepala Menteri setempat Mehbooba Mufti mengatakan bahwa polisi telah melakukan pengamanan maksimal di lokasi.

Pasukan polisi Kashmir yang berkapasitas 130.000 telah mengalami ketegangan setelah militan meningkatkan serangan terhadap orang-orang dan petugasnya.

Telah terjadi pemberontakan bersenjata di wilayah mayoritas Muslim melawan pemerintahan India sejak 1989.

Wilayah yang disengketakan diklaim oleh India dan Pakistan secara keseluruhan. India menyalahkan Pakistan karena memicu kerusuhan tersebut, sebuah klaim ditolak oleh Islamabad.

sumber: rmol

Ilustrasi
AMP - Unit Satuan Reserse Narkoba Polres Labuhanbatu mengamankan JP alias Doli (40) warga Dusun Kuala Meurisi, Desa Keutapang, Kecamatan Kreung Sabee, Kabupaten Aceh Jaya sekaitan kepemilikan 20 kilogram daun ganja kering, Senin (19/6/2017) lalu sekira pukul 07.30.

“Dia diamankan bersama rekannya di jalan WR Supratman, Rantauprapat,” demikian dikatakan Kapolres Labuhanbatu, AKBP Frido Situmorang didampingi Kasat Narkoba, AKP Jamakita Purba saat menggelar paparan, Jumat (23/6/2017).

Diterangkan, Doli saat diamankan disebuah gudang tersebut, ketika sedang bersama rekannya Us (41) warga Jalan Mujahir No.94 B Belawan, Kelurahan Belawan Bahagia, Medan Belawan.

Penangkapan kedua tersangka dan barang bukti itu, berawal dari tertangkapnya HAH alias Ongot (35) warga Jalan WR Supratman, Kelurahan Padang Matinggi, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu.

“Berdasarkan informasi awal, kita amankan HAH memiliki daun ganja kering seberat 5 kilogram yang disimpannya di dalam kotak bekas dispenser. Lalu, setelah dikembangkan, kembali kita amankan Doli dan Us,” ujar Kapolres Labuhanbatu.

Saat ini, lanjut Kasat Narkoba, AKP Jamakita Purba, ketiga tersangka beserta barangbukti tengah diamankan guna penindakan selanjutnya.

“Kita tetap komit untuk memerangi narkoba,” paparnya. (Goaceh)

AMP - Polisi menemukan bukti baru dalam kasus pembunuhan Masdiana (28), guru honorer, warga Alue Geutah, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya yang diduga melibatkan suami dan adik sepupu suaminya. Bukti baru itu berupa sepasang sepatu bot (boot) yang digunakan Junaidi (34), suami korban, untuk menginjak leher istrinya hingga meregang nyawa, Kamis (15/6) pagi.

Kapolres Nagan Raya, AKBP Mirwazi MH, kepada Serambi di Suka Makmue, Kamis (22/6) siang mengatakan, barang bukti baru yang diamankan polisi itu akan melengkapi sejumlah bukti yang sebelumnya telah diamankan terkait kasus pembunuhan ini.

Menurut Kapolres, tersangka Junaidi sudah mengaku bahwa sepatu bot itu sehari-hari dia gunakan di perkebunan kelapa sawit PT Socfindo, tempat ia bekerja. Dengan sepatu itulah leher dan kepala sang istri dia injak-injak sampai mulutnya mengeluarkan darah dan korban meninggal seketika.

“Pengakuan Junaidi, sepatu bot itulah yang ia gunakan untuk menginjak istrinya saat ia bunuh bersama Muhammad Daud,” kata Mirwazi.

Sepatu bot (boot) adalah sepatu yang membungkus kaki pemakainya hingga di bawah lutut, dibuat dari karet atau kulit.

Selain menggunakan sepatu bot hingga ke kamar tidur mereka, Junaidi sebelumnya juga mengambil sebilah besi dari dalam sepatu kerjanya itu, lalu dihantamkannya ke tengkuk sang istri, sehingga korban tersungkur tak sadarkan diri.

Karena masih terlihat bernapas, Junaidi kemudian menginjak-injak leher dan kepala sang istri, sehingga wanita yang dia nikahi dua tahun lalu itu tewas di kamar tidur mereka.

Ditanya Serambi apakah dalam kasus ini ada pelaku lainnya, Kapolres menyatakan, sejauh ini pihaknya belum menemukan bukti petunjuk tentang keterlibatan pihak lain dalam insiden ini. Tersangka utamanya adalah Junaidi yang bersekongkol dengan Muhammad Daud, adik sepupunya, saat menghabisi korban.

Berdasarkan keterangan tersangka, kata Kapolres, keduanya telah merencanakan pembunuhan Masdiana, karena Junaidi mengaku tak cinta lagi terhadap istrinya itu serta berniat menikah lagi lantaran sudah dua tahun menikah tapi belum dikaruniai anak.

Kapolres Mirwazi juga menambahkan, berdasarkan keterangan saksi dan tersangka, sebelum pembunuhan itu terjadi, antara Masdiana dengan suaminya selama ini dikabarkan sering bertengkar. Hubungan rumah tangga mereka tak lagi harmonis.

Diduga karena ingin mengakhiri perjalanan bahtera rumah tangganya, sehingga Junaidi nekat membunuh sang istri, demi memuluskan niatnya untuk kawin lagi. Belum diketahui siapa wanita yang akan dia nikahi itu.

Kapolres menambahkan, pada masa penyelidikan kasus itu ada hal yang membuat polisi makin curiga terhadap Junaidi sejak istrinya meninggal tak wajar Kamis (15/6) lalu. Kamis kemarin sebetulnya merupakan hari ketujuh Masdiana meninggal. Tapi dalam masa berkabung itu tersangka tak pernah menggelar kenduri ataupun doa bersama untuk arwah istrinya.

Polisi terus mengawasi gerak-gerik Junaidi. Bahkan sebelum ia ditangkap, polisi sempat berinisiatif menggelar acara kenduri di rumah korban dengan harapan arwah Masdiana tenang di alam kubur. Tapi doa bersama dan kenduri itu bukan atas inisiatif Junaidi.

Yang lebih mengherankan lagi, kata Kapolres, sejak kasus pembunuhan itu terjadi hingga menjalani pemeriksaan di Mapolres Nagan Raya, Junaidi sama sekali tak menyesal telah melakukan pembunuhan.

Pelaku terlihat santai dan bersikap seolah-olah tak berdosa dan korban seakan bukanlah istrinya. Malah pascaperistiwa itu, Junaidi terlihat santai saja. Bukan seperti orang yang gundah, sedih, atau menyesal karena telah menghabisi nyawa sang istri dengan tangannya sendiri.

Sedangkan tersangka Muhammad Daud di hadapan penyidik mengakui bahwa ia bersedia membantu Junaidi menghabisi istrinya karena ia tak punya pekerjaan dan butuh uang sesuai tawaran Junaidi.

Atas jasanya itu, Muhammad Daud dihadiahi Junaidi dua unit handphone (hp) milik korban, lalu ia gadaikan pada seorang temannya di Meulaboh, Aceh Barat, senilai Rp 150.000.

Tapi gara-gara inilah polisi akhirnya berhasil mengungkap siapa pelaku. Setelah titik koordinat hp itu diketahui polisi, orang yang menampung hp itu pun didatangi. Ia kemudian “nyanyi” bahwa hp tersebut ia peroleh dari Muhammad Daud. Ketika Daud diinterogasi, akhirnya dia beberkan bahwa Junaidilah yang melibatkannya untuk membunuh Masdiana. Akhirnya, kedua tersangka diringkus polisi.

“Kita masih menyelidiki dan melengkapi barang bukti. Kita berharap ada fakta lainnya yang terungkap di balik peristiwa ini,” ujar Kapolres Nagan Raya, AKBP Mirwazi. (Serambinews)

AMP - Empat negara Timur Tengah, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Bahrain menyampaikan 13 tuntutan kepada Qatar, termasuk di antaranya penutupan jaringan media Al Jazeera, pemutusan hubungan dengan Ikhwanul Muslimin (IM), dan pengurangan kedekatan hubungan dengan Iran, sebagai syarat mengakhiri krisis diplomatik.

Daftar tuntutan keempat negara yang memutuskan hubungan ekonomi, diplomatik dan transportasi dengan Doha pada 5 Juni itu juga meliputi penutupan pangkalan militer Turki di Qatar, menurut seorang pejabat kepada kantor berita Reuters.

Selain itu, menurut dia, Qatar juga harus mengumumkan pemutusan hubungannya dengan organisasi-organisasi teroris, ideologis dan sektarian termasuk IM, ISIS, Al Qaeda, Hizbullah, dan Jabhat Fath Ash Sham, sebelumnya cabang Al Qaeda di Suriah, dan menyerahkan semua yang dicap teroris di wilayahnya.

Tuntutan tersebut disampaikan sebagai upaya untuk mengakhiri krisis Teluk Arab setelah empat negara tersebut memutuskan hubungan dengan Qatar karena menuduh Doha mendukung kelompok teroris.

Tuntutan yang diserahkan ke Qatar oleh mediator Kuwait juga mensyaratkan Qatar berhenti mencampuri urusan domestik dan luar negeri keempat negara Arab itu dan menghentikan praktik memberikan kewarganegaraan ke warga empat negara itu menurut seorang pejabat yang berbicara dengan syarat identitasnya tak diungkap.

Qatar juga diharuskan membayar perbaikan atas kerusakan atau kerugian yang timbul akibat kebijakan Qatar dalam beberapa tahun terakhir menurut pejabat itu.

Kesepakatan untuk memenuhi tuntutan itu akan dipantau, dengan laporan bulanan pada tahun pertama, kemudian setiap tiga bulan pada tahun sesudahnya dan kemudian setiap tahun selama 10 tahun, kata pejabat itu tanpa mengelaborasi.

Negara-negara Arab itu memberi Doha waktu 10 hari untuk memenuhi tuntutan, dan jika mereka tidak memenuhinya maka akan "dibatalkan", kata pejabat kepada Reuters tanpa mengelaborasi, menyatakan tawaran untuk mengakhiri sengketa berupa 13 langkah itu tidak akan ada lagi.

Para pejabat Qatar tidak segera merespons permintaan untuk menanggapi daftar tuntutan itu. Namun Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan Qatar tidak akan berunding dengan keempat negara itu kecuali mereka mencabut kebijakan mereka terhadap Doha.

Senin lalu, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani menegaskan bahwa Qatar tidak akan bernegosiasi dengan keempat negara tersebut, kecuali jika mereka mencabut sanksi terhadap Qatar.

Keempat negara Arab itu memutuskan hubungan diplomatik, ekonomi dan transportasi dengan Qatar sejak 5 Juni karena menuduh negara itu mendanai terorisme, menimbulkan ketidakstabilan regional dan berkawan dekat dengan Iran. Qatar telah membantah tuduhan-tuduhan itu. (Rima)

Kambing yang disebut mirip manusia. (Foto: News Hub)
AMP - Berita kelahiran seekor hewan yang menyerupai manusia membuat heboh distrik Lady Frere di Afrika Selatan. Penduduk setempat meyakini penyihir telah mengirim hewan aneh tersebut ke kawasan yang mereka singgahi.

Departemen Hewan setempat terpaksa mengirimkan ahli untuk melakukan tes ketika gambar binatang tersebut tersebar dengan cepat. Menurut Direktur Layanan Hewan, Dr Lubabalo Mrwebi, sekilas anak kambing yang lahir dalam kondisi tak bernyawa itu nampak seperti setengah menusia.

"Kami dapat mengkonfirmasi bahwa foto itu bukan palsu dan itu merupakan anak kambing yang lahir di Lady Frere pada minggu ini,” katanya.

Dalam istilah medis, kondisi itu bisa terjadi karena pada saat dalam kandungan, bayi kambing itu terinfeksi demam Rift Valley yang dibawa oleh nyamuk.

Saat ini, Departemen Hewan sedang melakukan otopsi secara resmi dan hasilnya akan diinformasikan kepada warga yang merasa ketakutan karena kemunculan makhluk aneh tersebut.

Sementara itu, salah seorang warga mengatakan, dia diberitahu oleh orang tua-tua di situ bahwa kambing tersebut merupakan hasil persetubuhan antara manusia dengan kambing.

"Ini menyebabkan banyak yang takut dan mereka tidak akan puas sampai kambing itu dibakar,'' katanya.(Arah.com)

Kapolres Nagan Raya AKBP Mirwazi didampingi Wakapolres Kompol Sutan Siregar dan Kasat Reskrim AKP Iswar, memperlihatkan barang bukti kasus pembunuhan terhadap Masdiana, seorang guru honorer di Darul Makmur usai ditangkap pelaku yang merupakan suami korban di Mapolres Nagan Raya, Kompleks Perkantoran Suka Makmue, Rabu (21/6) siang.
KAPOLRES Nagan Raya, AKBP Mirwazi SH MH juga menjelaskan bahwa berdasarkan keterangan sementara yang diperoleh penyidik dari tersangka Junaidi (34), ia tega menghabisi nyawa istrinya lantaran dipicu oleh keinginan besarnya untuk menikah lagi dengan perempuan lain.

Junaidi beralasan, ia ingin mengakhiri biduk rumah tangga dengan sang istri lantaran setelah dua tahun menikah dengan perempuan asal Aceh Selatan ini, mereka belum juga dikaruniai anak.

“Jadi, untuk memuluskan niat jahatnya itu tersangka berniat menghabisi nyawa istrinya,” ungkap Kapolres.

Untuk memuluskan aksinya, Junaidi diduga mengajak adik sepupunya, Muhammad Daud (32) untuk membunuh korban. Keduanya diduga telah menyusun rencana dan strategi untuk menghabisi Masdiana.

Pada pagi sebelum kejadian, ia menghubungi Muhammad Daud untuk datang ke rumahnya.

Diduga, ketika istri Junaidi berada di dalam kamar, Muhammad Daud masuk untuk membekap mulut korban dengan selembar kain panjang setelah sebelumnya Masdiana dipukul di bagian leher belakang dengan sebilah besi oleh Junaidi.

Melihat korban terjatuh, Junaidi langsung menginjak rahang dan kepala istrinya hingga sang istri meregang nyawa seketika.

Untuk menghilangkan jejak, Junaidi akhirnya mengarang cerita. Ia mengaku menemukan sang istri dalam keadaan tak lagi bernyawa sesaat ia kembali ke rumahnya untuk membawa pulang jamur yang ia “panen” dari kebun sawit. Ia juga mengatakan jasad istrinya itu dalam keadaan bugil saat ia temukan, lalu ia pakaikan celana dalam, BH, dan baju. Kemudian, mayat istrinya dia baringkan di atas tempat tidur, barulah ia kabarkan kepada para tetangga bahwa istrinya terbunuh.

Polisi yang menyelidiki kasus ini, kata Kapolres, sebetulnya sudah lama mencurigai bahwa Junaidi terlibat dalam pembunuhan itu. Tapi ketika itu bukti yang didapat belum cukup mendukung dan Junaidi pun sedang dalam masa “berkabung” atas kematian istrinya.

Tujuh hari setelah kematian korban, polisi akhirnya berhasil membuktikan kecurigaannya bahwa Junaidilah tersangka utama dan ia pun mengakui perbuatannya. Bahkan membeberkan motif mengapa ia tega menghabisi nyawa sang istri. Penyebab utamanya hanyalah karena ia ingin kawin lagi.(Serambinnews.com)

AMP - Israel mencoba memanfaatkan krisis diplomatik yang sedang terjadi antara Qatar dan Arab Saudi beserta sekutunya untuk memuluskan agendanya, kata pengamat.

Arab Saudi, Bahrain, Mesir, dan Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memutus jalur transportasi dengan negara tersebut baik di darat, laut maupun udara. Mereka menuduh Qatar sebagai pendukung utama terorisme dan menganggap kerajaan kecil kaya minyak itu terlalu akrab dengan Iran. Pemutusan hubungan ini juga tampaknya diprakarsai oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang melakukan kunjungan ke Timur Tengah bulan lalu.

Dan pekan ini, Israel ikut-ikutan memojokkan Qatar.

Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman berjanji menutup kantor Al Jazeera di Yerusalem, sehingga media tersebut tak lagi dapat memberikan laporan langsung terkait konflik di Palestina. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kabarnya tengah berdiskusi dengan badan keamanan menyusun alasan-alasan yang dapat mendukung keputusan itu agar tidak menimbulkan gejolak.

Pengamat mengatakan, Israel berani melakukan hal tersebut setelah Arab Saudi dan Yordania memutuskan menutup kantor Al Jazeera di negara mereka.

Menurut Lieberman, Israel memiliki kesamaan kepentingan dengan Arab Saudi terkait permasalahan Al Jazeera. Media tersebut, lanjut dia, merupakan "mesin penghasut. (Laporannya) murni propaganda, dan salah satu yang terburuk, ala Nazi Jerman."

Ketika krisis antara Qatar dan Arab Saudi mencuat pekan lalu, Lieberman mengatakan kepada parlemen Israel: "Bahkan negara-negara Arab sadar bahwa ancaman di kawasan ini bukan Israel, tapi terorisme. Ini adalah kesempatan untuk berkolaborasi."

Mengalihkan sorot mata dunia dari Palestina

Netanyahu mendukung ucapan anak buahnya dengan mengatakan bahwa negara-negara Arab "menganggap kita sebagai kawan dan bukan musuh".

Pengamat kebijakan luar negeri Israel, Jeff Halper, mengatakan, negara Yahudi itu berharap aliansi dengan Arab Saudi dapat membuat masyarakat internasional melupakan isu Palestina.

"Strategi Israel adalah untuk memarginalkan isu Palestina," kata Halper kepada Al Jazeera. "Sinyal dari Arab Saudi menunjukkan bahwa mereka bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel meski permasalahan Palestina belum selesai.

"Israel akan berusaha mengalihkan perhatian ke isu lain, dari Iran sampai energi dan senjata. Apapun yang dapat membuat isu Palestina luput dari perhatian,” tegasnya.

Indikasi semakin kuatnya hubungan antara Israel, AS dan Arab Saudi tertuang dalam laporan investigasi Al Jazeera pekan ini. Sepuluh anggota kongres AS, yang mendapatkan sokongan dana dari kelompok lobi Israel, baru-baru ini mengajukan rancangan undang-undang yang mengancam akan menjatuhkan sanksi atas Qatar jika tetap mendukung organisasi teror Palestina.

Mereka meminta Doha mengakhiri dukungan finansial dan militer kepada Hamas di Gaza, sejalan dengan kepentingan Israel dan Mesir.

Israel ingin Hamas tetap lemah seperti sekarang dan tidak memiliki hubungan dengan Otoritas Palestina di Tepi Barat. Sementara Mesir berharap Hamas tidak menjalin kontak dengan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi induk mereka.

Tuntutan Arab Saudi pun sama dengan kongres AS. Mereka mendesak Qatar menghentikan dukungna finansial kepada Hamas dan Ikhwanul Muslimin. Dan untuk pertama kalinya, Arab Saudi secara terbuka menyebut Hamas sebagai organisasi teror, bukan gerakan perlawanan, seperti yang dilakukan AS dan Israel. (Rima)

AMP - Di satu sisi memang harus diakui kalau remaja-remaja hari ini begitu terdepan soal inovasi dan pengetahuan.

Tapi, di sisi lain mereka mengalami apa yang disebut dengan degradasi moral.

Utamanya yang berhubungan dengan pergaulan.

Tak perlu dijelaskan satu-satu contohnya, karena kita pasti sudah tahu banget kelakuan remaja zaman sekarang.

Ya, pergaulan remaja sekarang memang bikin mengelus dada.

Kalau dulu pacaran saja takut untuk pegang tangan, hari ini anak-anak muda tanpa segan mencium pasangannya.

Bahkan juga sudah bukan rahasia lagi kalau banyak remaja melakukan hal-hal yang semestinya hanya boleh dilakukan ketika sudah ada ikatan pernikahan.

Yang lebih mencengangkan lagi, perilaku seperti itu bagi kebanyakan remaja adalah hal lazim dan terjadi merata hampir di semua kota.

Bayangkan, jika remaja hari ini sudah kelewat jauh seperti itu, entah apa yang bakal terjadi 10-20 tahun lagi.

Mungkin saja nantinya bercinta di tempat umum jadi hal yang sama sekali tak dipermasalahkan.



Seperti kelakuan sepasang kekasih yang merupakan siswa sekolah menengah nekat berhubungan seksual di kuburan cina.

Dilansir dari Eberita.org, Rabu (21/6/2017), video keduanya tengah di mabuk asmara di kuburan beredar luar di media sosialsejak dua hari lalu.

Video yang di upload oleh Gilman Faza, katanya kedua remaja tersebut ditangkap warga warga tanpa sehelai benang pun di tubuh.

Dalam video itu jelas terlihat kedua duanya mencoba menutupi bagian tubuh masing masing.

Si pria tampak tenang menjawab semua pertanyaan namun pasangannya wanita hanya mampu menangis sambil teruduk menutupi bagian tubuhnya.

Namun menurut pencarian eberita.org kejadian nyata terjadi di sebuah daerah di Indonesia.

Disebutkah bahwa aksi kedua remaja itu di ketahui mereka setelah mendapat keluhan video mengaibkan itu tular dilaman media sosial.

15 Meme 'anak jaman sekarang'

Seperti yang ramai menjadi bahan perbincangan.

Gaya anak zaman sekarang dirasa sudah jauh berbeda dengan anak muda dulu.

Bahan, orangtua merasa aneh dengan tren pergaulan remaja masa kini. Belum lagi munculnya para anak muda kontroversial yang justru dijadikan panutan oleh generasi muda.

Melihat fenomena ini, membuat orang-orang kreatif berusaha mengingatkan generasi muda lewat meme-meme lucu. Nah, berikut 15 meme 'anak jaman sekarang' yang brilio.net himpun dari berbagai sumber, Minggu (2/10):

1. Hmm, segitu ingin eksisnya?

2. Duh, ngeri euy.

3. Hayo, siapa yang kayak gini?

4. Gebetan temen yang mana lagi yang mau ditikung?

5. Enakan rainbow cake lah ya.

6. Duh, jangan jadi pecandu narkoba deh ya.

7. Ups, kelakuan siapa nih?

8. Kamu gini juga nggak?

9. Ntar dimarahin ibu lho.

10. Lha kok gini ya?

11. Hayoloh.

12. Tinggak metik dong ya.

13. Berapa banyak koleksimu?

14. Duh, jangan kayak gini lah ya.

15. Hihihi.
Save

AMP - Upaya pelarian tiga dari empat narapidana dari sel khusus Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas 1 Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara, digagalkan. Mobil yang digunakan kedua napi untuk kabur akhirnya menabrak tiang listrik di depan rumah warga, hanya sekitar 200 meter dari Lapas Tanjung Gusta.

Ternyata, dua dari empat narapidana Lapas Tanjung Gusta itu mantan personel kepolisian. "Mantan polisi di Polda Aceh. Mereka adalah Husaini bin Muhammad Ali Yusuf dan Al Hadi Juniawan bin Ramli," ucap Kepala Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting di Medan, Selasa, 20 Juni 2017.

Keduanya dihukum karena terlibat dalam kasus pembunuhan dan perampokan Bank BRI. Pangkat terakhir keduanya brigadir, Husaini terakhir bertugas di Yanma Polda Aceh sedangkan Al Hadi di Polres Aceh Selatan.Baca: Berupaya Bebaskan Napi Narkoba Dari Lapas Medan, 4 Warga Aceh Diringkus Polisi

"Mereka berdua ini murid Barmawi alias Teungku Bar bin TM Saleh, pemimpin Dayah/Pesantren Al-Mujahadah, Gampong Ujung Karang, Sawang, Aceh Selatan," sebut Rina.

Ia menjelaskan, Barmawi bersama muridnya termasuk Husaini dan Al Hadi ditangkap tim gabungan Bareskrim, Densus 88, dan Polda Aceh pada pertengahan 2014. Mereka disangka membunuh Faisal, calon legislator DPRK Aceh Selatan dari Partai Nasional Aceh (PNA).

"Pembunuhan mereka lakukan pada 2 Maret 2014, sedangkan perampokan Bank BRI Unit Meukek pada 10 Mei 2013," tutur Rina.

Rina menuturkan, persidangan kedua perkara digelar di Pengadilan Negeri Medan. Pada 12 Februari 2015, Husaini dijatuhi hukuman 11 tahun penjara, sedangkan Al Hadi divonis 10 tahun bui.

"Untuk perkara perampokan Bank BRI unit Meukek, Husaini dan Al Hadi dijatuhi hukuman masing-masing 6 tahun penjara," kata dia.[Liputan6]

AMP - Setelah enam hari, akhirnya Polres Nagan Raya dibantu personel Polda Aceh, berhasil menangkap pembunuh seorang ibu rumah tangga (IRT) yang juga guru honorer di kabupaten tersebut. Mirisnya, sang pelaku utama pembunuhan ternyata suami korban sendiri, Rabu (21/6/2017).

Informasi yang berhasil dihimpun GoAceh, penangkapan tersebut berawal dari digadaikannya telepon seluler milik korban, Musdiana (28 tahun) oleh pelaku M Daud ke salah satu toko jual beli HP di Meulaboh.

Dari proses gadai tersebut, akhirnya polisi dapat menangkap pelaku utama, Junaidi (34) yang juga suami sah korban.

Pembunuhan yang direncanakan tersebut dilakukan sekitar jam 6 pagi di perumahan karyawan PT Socfindo, Gampong Alue Geutah, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.

Pelaku utama tega membunuh istrinya dengan cara ditendang, dipijak, serta ditusuk dengan gancu yang sehari harinya digunakan oleh pelaku untuk bekerja di perkebunan wilayah itu.

Sementara Muhammad Daud yang masih sepupuan dengan tersangka utama menjalankan tugasnya dengan menjerat leher korban menggunakan kain.

Atas aksinya itu, M Daud dihadiahi tiga unit HP korban oleh pelaku utama.

Kapolres Nagan Raya, AKBP Mirwazi kepada awak media menjelaskan, terungkapnya kasus ini berkat bantuan dan doa semua pihak.

Saat ini pihaknya sedang mendalami motif pelaku menghabisi nyawa istrinya sendiri.

”Kita bersyukur, berkat doa rekan-rekan semua, kasus pembunuhan kemarin sudah terungkap. Salah satu dari dua pelaku, ternyata suami korban sendiri,” ucap Kapolres. [goaceh.co]

AMP - Direktorat Reserse Narkoba Polda Aceh menangkap seorang tersangka yang diduga sebagai pengedar ganja di Gampong Alue Garut, Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Selasa (20/6/2017) sekitar pukul 09.30 WIB tadi.

Kapolda Aceh, Irjen Pol Rio S Djambak melalui Direktur Resnarkoba, Kombes Pol Agus Sartijo mengatakan, tersangka berinisial‎ A alias Jek alias Din (30), warga Dusun Balee Gajah, Gampong Seumirah, Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara. -

"‎Dari penangkapan tersebut diperoleh barang bukti berupa 7 karung besar ganja seberat lebih kurang 200 kilogram‎, satu buah timbangan dan 5 buah gunting," ujarnya saat dikonfirmasi GoAceh.

Ia menjelaskan, penangkapan dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat bahwa di kawasan tersebut sering terjadi transaksi jual beli ganja.

Selanjutnya, Tim Subdit II melakukan penyamaran sebagai pembeli dan menangkap tersangka selaku penjual dan pengedar.

‎Sementara pemodal sekaligus penanam yang berjumlah 2 orang berhasil melarikan diri.

“Saat dikejar dan diberikan tembakan peringatan, mereka juga melakukan perlawanan dengan membalas tembakan dari anggota di lapangan," jelas Dir Resnarkoba.

Selain itu, berdasarkan pengembangan yang dilakukan kepolisian, tim berhasil menemukan ladang ganja di daerah tersebut.

Untuk tindak lanjut ladang ganja yang ditemukan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polres Lhokseumawe dan Aceh Utara.

“Tersangka dan barang bukti diamankan ke Mapolda Aceh untuk dilakukan penyelidikan dan pengembangan lebih lanjut, sementara dua tersangka lain hingga kini masih buron," tandas Agus. (Goaceh.co)

AMP - Warga DKI Jakarta diimbau untuk tidak menggelar takbir keliling (takling) saat malam perayaan Hari Raya Idul Fitri 1438 H.

Imbauan itu sebagaimana disampaikan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan usai apel gelar pasukan Ramadniya 2017 di Monas, Jakarta Pusat, Senin (19/6).

Mantan Kadiv Propam itu menyarankan kepada warga untuk melakukan kegiatan lain yang menurutnya lebih bermanfaat.

"(Takling) buang-buang energi, BBM. Lebih baik buat beli ketupat pakai opor kan," timpal Iriawan

Imbauan tersebut diterbitkan pihak Polda Metro Jaya (PMJ) karena dikhawatirkan aktivitas takling dapat mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat.

Menurut Kapolda yang akrab disapa Iwan Bule itu, takbir tetap bisa dilakukan di masjid atau tempat ibadah terdekat.

"Takling lebih baik dilakukan bersama keluarga terdekat di masjid terdekat. Kan lebih juga terkonsentrasi," imbau mantan Kapolda Jawa Barat itu.

Iriawan meyakini imbauannya akan dilaksanakan oleh segenap pranata masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Sehingga, pihaknya tidak perlu memberikan tindakan terhadap masyarakat yang melanggar imbauannya.

"Insya Allah dengan imbauan saya, akan dimengerti sama yang melaksanakan takbir pada malam nanti. Toh besoknya (hari-H) akan bersama-sama melaksanakan hari raya Idul Fitri," demikian Iriawan.

Kapolda Metro Jaya telah menerbitkan surat edaran bernomor Peng/03/VI/2017 tentang Imbauan Kamtibmas Pelaksanaan Takbir Malam Idul Fitri 1438 H di Wilayah Hukum PMJ. Surat itu yang ditandatangani Iriawan itu tertanggal 16 Juni 2017. [opinibangsa.id / rmol]

AMP - Sebanyak 4 warga asal Aceh yang berupaya melakukan pembebasan paksa terhadap tiga narapidana Klas IIA Medan dengan cara menodongkan senjata kepada petugas sipir berhasil di ringkus setelah terjadi aksi kejar-kejaran di jalan dan mobil pelaku terbalik,Selasa (21/6/2017)

Dari informasi diterima redaksi,sekitar pukul 03:15 WIB dini hari sebuah mobil avanza bernomor polisi BL 935 AZ yang ditumpangi oleh empat pelaku memarkirkan mobilnya dihalaman depan Lapas Klas I Medan.

Salahsatu dari empat pelaku turun menuju ke pintu portir serta menodongkan senjata api kearah petugas jaga,sedangkan dua pelaku lainnya melemparkan tali tambang ke arah tembok lapas yang tidak lama kemudian sebanyak tiga napi memanjat tembok dan naik ke dalam mobil avanza tersebut.

Setelah keempat napi tersebut,mobil avanza tersebut kabur,melihat hal tersebut sejumlah petugas lapas menggunakan mobil serta sepeda motor,terjadi aksi kejar-kejaran berkecapatan tinggi yang berakhir terbaliknya mobil avanza yang dikenderai pelaku dan napi.

Petugas lapas yang dibantu personil kepolisian berhasil menangkap kembali ketiga napi dan meringkus empat pelaku yang semuanya dalam kondisi terluka.
Berikut tiganapi yang dilakukan upaya pembebasan paksa yakni Alhadi (30),warga Tapaktuan, Aceh Selatan dan Husaini (30) warga mantan polisi 2014 kasus kriminal kerusuhan di Aceh. 

Kedua napi tersebut berhasil diringkus oleh petugas sedangkan seorang napi lainnya bernama Rudi masih dalam pencarian aparat kepolisian dan petugas lapas.

Sedangkan pelaku yang berhasil diamankan yakni Safaruddin alias Mustafa (30) warga Indrapuri, Aceh Besar, Yuli (33) warga Bireuen, M. Yusuf (30) warga Bireuen dan Nazar (25) Warga Kota Langsa.

 Oleh petugas dan aparat kepolisian para napi dan pelaku yang berhasil diamankan saat ini dilarikan ke rumahsakit Bhayangkara Medan untuk mendapat perawatan intensif  terhadap luka-luka akibat terbaliknya mobil yang mereka tumpangi.

Sementara itu Kepala Lapas Klas I Medan Asep Syarifuddin dan Kepala Pengamanan Muda Husni beberapa kali di hubungi melalui handphone selulernyz tidak menjawab panggilan redaksi untuk konfirmasi kejadian upaya paksa membawa kabur 3 napi dari balik lapas tanjung gusta medan.[bapanasnews.info]

AMP - Tim gabungan Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Pidie, Kepolisian, TNI, Dinas Perhubungan dan Dinkes Pidie melakukan sweping angkutan umum yang dipusatkan di Terminal Terpadu Sigli, Senin (19/6/2017).

Tak hanya itu, petugas juga menyasar para pengemudi bus untuk dites urin yang dikawal ketat petugas.

Hasilnya, ditemukan seorang supir bus, HS warga Blang Aman, Kabupaten Aceh Utara, yang positif sebagai pengguna narkoba jenis sabu.

Kepala BNNK Pidie AKBP Werdha Susetyo kepada BERITAKINI.CO mengatakan, tes urin langsung dilakukan di lokasi terminal tersebut.

"Dari sejumlah sopir angkutan umum yang kita tes urin, satu orang positif menggunakan sabu, dan dua lainnya menggunakan obat-obatan," kata Werdha.

Dengan adanya temuan tersebut, Werdha berharap Organisasi Angkutan Darat (Organda) memperketat pemeriksaan terhadap sopir, terutama saat arus mudik lebaran.

"Sopir bus harus bebas dari narkoba dan obat-obatan berdosis tinggi untuk menjamin keselamatan penumpang," ujarnya.

Gabungan personil juga melakukan penggeledahan seisi mobil hingga tas panumpang untuk memastikan tidak ada penyimpanan narkoba saat arus mudik.

Polisi juga memastikan tidak ada barang selundupan dari Banda Aceh ke Sumatera Utara atau sebaliknnya menggunakan angkutan umum.(
BERITAKINI.CO)

AMP - Anggota DPRK Abdya Reza Mulyadi babak belur diduga dihajar oknum TNI Angkatan Darat, di depan Toko UD Berkah Sejahtera, Desa Keude Paya, Kecamatan Blangpidie, Senin (19/6/2017). Pemicunya lantaran Reza dituding menggoda istri Kopral Dua (Kopda) Ismuhadi, anggota Koramil Kuala Batee.

Kepada wartawan, Dandim 0110 Abdya Letkol Puji Hartono menjelaskan, kasus itu bermula saat Ismuhadi menemukan istrinya yang sedang melakukan video call dengan Reza. “Si istri ini baru keluar dari kamar mandi, menggunakan handuk sambil video call,” katanya seperti yang dirilis sejumlah media pers.

Mediasi itu, katanya, juga dihadiri Ketua DPRK Abdya Zaman Akli dan geuchik Geulumpang Payong.

“(Kejadian) ini karena tidak sabar menunggu proses hasil itu (kesepakatan),” katanya.

Puji mengatakan, Ismuhadi bersama seorang rekannya lantas menemui Reza di toko tersebut. Tujuannya, untuk mempertanyakan kejelasan realisasi kesepakatan sebelumnya.

“Namun saat mereka berada di toko bangunan itu, keduanya sempat cek cok. Bahkan adik dari Reza, yang juga berada di toko saat itu, sempat mengambil parang dan melempar anggota Kodim dengan batu,” paparnya.

Situasi semakin tegang dan mengundang perhatian para pengguna jalan.

Tidak lama, datang sejumlah anggota TNI Kodim 0110 Abdya, termasuk personel polisi dari Polres Abdya dan Polsek Blangpidie untuk mengamankan situasi. Reza Mulyadi dan adiknya Azmi dibawa ke Kodim Abdya

Minta Rp 200 juta dan 2 Ekor Kerbau

Sementara Reza Mulyadi yang dikonfirmasi BERITAKINI.CO membenarkan jika dia sempat berkomunikasi dengan istri Ismuhadi melalui video massanger. Tapi dia mengaku tidak menggoda, apalagi berbuat macam-macam.

“Demi Allah saya tidak macam-macam dengan istrinya,” kata Reza, Senin malam (19/6/2017).

Reza mengungkapkan, kejadian itu bermula sejak Minggu 11 Juni 2017. Saat itu, istri Ismuhadi menginboxnya untuk menanyakan kabar.

Reza lantas menghubunginya. Menurut Reza, dia hanya sekedar basa basi. “Di sini saya akui saya salah, menghubungi istri orang,” katanya.

Tapi, panggilannya itu sesungguhnya tak terjawab. Setelah itu, kata Reza, istri Ismuhadi balik menghubunginya.

Selesai berkomunikasi, kata Reza, dia pergi salat di kawasan Susoh. Setelah salat ia langsung pulang ke rumahnya.

Sejak saat itu, katanya, dia mendapat banyak laporan dari kerabatnya bahwa dia dicari oleh beberapa oknum yang belakangan diketahui adalah tentara.

“Sorenya ada juga orang datang ke rumah, jadi takut orang rumah. Kemudian saya cari tahu, ternyata memang anggota, saya langsung ingat kalau ini pasti masalah tadi,” ungkapnya.

Mengetahui hal itu, dia mengajak kawan-kawan yang bisa diajak berkomunikasi untuk memfasilitasi dan mencari solusi.

Ternyata, oknum tentara itu masih terus mencarinya bahkan hingga ke kantornya di gedung DPRK Abdya.

“Seorang anggota satpol PP memberi tahu saya bahwa ada orang yang mencarinya, sejak saat itu saya semakin waspada,” katanya.

Selain itu, kata Reza, seorang yang diduga Ismuhadi juga sempat melayangkan SMS padanya. “Hey dimana kau, jangan kau andal-andalkan GAM,” kata Reza menirukan bunyi SMS tersebut. Pesan itu tak diladeni Reza.

 Beberapa hari kemudian, kasus itu dimediasi oleh aparat kodim. Reza mengaku dia telah mengajukan permohonan maaf.

Danramil Kuala Batee, kata Reza, mengatakan kasus itu akan diselesaikan secara adat. Hal itu disampaikan pada Ketua DPRK Abdya Zaman Akli. Sejak saat itu, Reza menunggu kabar untuk penyelesaian secara adat tersebut.

Akhirnya, kata Reza, perkara tersebut dilimpahkan ke geuchik Geulumpang Payong, Kecamatan Blangpidie. Dia mendapat informasi dari geuchik bahwa syarat damainya adalah uang senilai Rp 200 juta dan dua ekor kerbau.

“Namun saya sampaikan kalau saya tidak punya uang sebanyak itu. Saya hanya mampu Rp 5 juta dan dua ekor kambing,” katanya.

Diduga tak menuai titik temu, Ismuhadi dan beberapa rekannya mendatangi Reza di tokonya di Blangpidie.

“Saya katakan pada dia saat dia pukul saya, Demi Allah saya tidak macam-macam dengan istrimu,” katanya.

Menurut Reza, adiknya Azmi memang sempat memegang parang saat sejumlah oknum tentara sedang cek cok dengannya. Namun parang itu merupakan peralatan kerja lantaran toko mereka merupakan penjual jasa pemasangan plafon rumah.

“Akibatnya, adiknya juga menjadi sasaran. Jadi mereka semua memukul saya dan adik saya. Saya melihat sudah banyak tentara yang datang, sekitar 60 orang. Kami babak belur,” katanya.

Reza menyesalkan aksi pemukulan tersebut. “Seharusnya kan ada saluran yang bisa digunakan, inikan negara hukum,” katanya.(beritakini.co)

Kasat Reskrim AKP Budi Nasuha Waruwu memperlihatkan empat tersangka judi dan barang bukti. Foto: Safrizal
AMP - Empat dari sembilan tersangka judi yang diringkus Tim Situasi Tertib Aman untuk Rakyat (Star) Polres Lhokseumawe, pada Sabtu (17/6) masih ditahan di Polres Lhokseumawe, untuk menjalani pemeriksaan dan proses hukum sesuai ketentuan berlaku.

Kapolres Lhokseumawe AKBP melalui Kasat Reskrim AKP Budi Nasuha Waruwu, Senin (19/6) kepada AJNN mengatakan, lima orang yang ikut ditangkap sudah diserahkan kepada pihak keluarga melalui keuchik gampong masing-masing.

"Empat orang lagi masih kami tahan di Mapolres Lhokseumawe, untuk diproses hingga ke pengadilan nantinya," kata Budi.

Budi Nasuha menyebutkan, empat orang yang masih ditahan di antaranya adalah dua oknum keuchik berinisial MH (40), SA (34) dan Kaur Pemerintahan TA (34), dan satu lagi RA (22) masyarakat biasa.

"Untuk empat tersangka tersebut masih dalam proses, rencananya keempat tersangka ini akan kami lanjutan hingga pengadilan, sesuai dengan undang-undang dan ketentuan Qanun Provinsi Aceh," jelasnya.

Hingga saat ini pihak kita sudah memintai keterangan dari sejumlah saksi dan ke empat tersangka judi masih kita tahan," sebut Kasat Reskrim.(AJNN)

AMP - Ada dua sudut pandang bagaimana mengira-ngira kemungkinan tekanan psikologis Jenderal Polisi Tito Karnavian sebagai Kapolri dalam konstelasi politik pasca 9 Mei 2017, yaitu dari perspektif media arus utama dan media sosial.

Jika melihat pada yang pertama, maka Kapolri terlihat baik-baik saja dan kalimat “aspek yuridis” seperti yang diungkapkannya pada bocoran video di suatu acara bersama “silent majority”, akan selalu tampak ditegakkannya meskipun terkesan ditujukan pada figur yang itu-itu saja.

Tentunya penampilan seperti itu diharapkan mendapat sambutan luas dari seluruh masyarakat, meskipun ternyata hanya sebagian tertentu saja.

Sebaliknya jika melihat kondisi Kapolri pada perspektif kedua, pada media sosial yang selalu saya sebut “jatuh utuh ke tangan Umat Islam”, keadaan Kapolri sama sekali tidak baik-baik saja.

Polisi seolah mati gaya dalam menjelaskan perlakuan berbeda antara Aksi Bela Islam dan Aksi Bela Ahok yang sangat jelas didukung oleh bukti-bukti visual, belum lagi masalah lainnya yang tidak kunjung reda menimpa kepolisian.

Munculnya video 16 menit berjudul “Fitnah Mesum Rekayasa Polisi???” yang menerangkan secara rinci logika hukum yang kini sedang dipaksakan pada Habib Rizieq Shihab atas tuduhan perselingkuhan, sudah mencerminkan bagaimana di lini tersebut sedang dilakukan perlawanan besar terhadap dugaan rekayasa fitnah dengan senjata berupa “logika hukum” dengan amunisi yang ditembakkan secara serentak oleh para ahli hukum, ahli IT, politikus dan pengamat.

Gempuran habis yang tidak membuat Kapori nyaman sebab logika hukum itu terus menantang logika versi Polri yang jika pada perspektif media sosial, jauh dari meyakinkan untuk diterima akal sehat.

Kegelisahan pada Kapolri juga selayaknya ditambah dengan dimunculkannya kembali secara meluas video ancaman dari “anonymous” yang menaruh perhatian besar sebab pihak misterius ini “dibawa-bawa” sebagai “pembocor” bukti perselingkuhan tersebut yang ternyata dibantahnya.

Beredarnya percakapan yang diduga antara Kapolri dan Kombes Argo Yuwono, mengindikasikan bahwa kata “anonymous” lumayan mengganggu apalagi percakapan itu juga mengindikasikan bahwa rekayasa besar sedang dilakukan oleh kepolisian! Bukankah itu adalah suatu penambahan tekanan bagi Kapolri?

Anonymous adalah jenius internasional, yang bukan tidak mungkin menjadi lawan main lembaga-lembaga keamanan dan intelijen dunia yang moncong laras panjangnya perlahan mengarah pada Indonesia. Umat Islam mungkin akan senang-senang saja seolah ini bonus bantuan yang datang dari “dunia lain”.

Sebagian pihak pasti akan mendorong moncong meriam itu mengeluarkan proyektil senyap yang membunuh banyak sistem informasi yang bisa menanggung kerugian besar dan menyebabkan kekacauan keamanan berbagai sektor atau membuka perang hacker seperti yang pernah terjadi antara Indonesia dengan Australia beberapa tahun silam, itu pun jika seluruh hacker garis lurus

Indonesia mau turun tangan, jika tidak? Apalagi karena sudah punya pandangan politik? Lagi pula belum tentu mereka mau menghadapi kelompok bertopeng ini apalagi bagian dari anonymous sendiri ada yang beredar di Indonesia entah siapapun itu.

Jangan pernah mengabaikan resiko ancaman di sektor IT dalam konstelasi politik sebab skala akibatnya bisa lebih besar dari “rush money”! Bukti adanya Undang-Undang IT di setiap negara adalah karena besarnya kerugian yang bisa ditimbulkan oleh kesalahan, pelanggaran dan serangan IT.

Video 16 menit ini juga seharusnya membuat Kapolri merasa tidak enak jika karangan isu bahwa TNI ingin melakukan kudeta dapat diindikasikan benar. Ini adalah tuduhan yang sangat sensitif dan membuat pihak terkait TNI dan masyarakat pendukungnya menjadi perlu bereaksi karena ini adalah tindakan melampaui batas apalagi jika karangan isu ini kemudian selaras dengan pihak-pihak yang menghendaki TNI menjauh dari garis Umat Islam dengan mengangkat bendera yang berarti Panglima TNI berada dalam posisi “off side”! Pihak TNI harus menginvestigasi karangan isu ini!

Jangan pernah memicu chaos dengan memanfaatkan celah TNI yang ketaatannya pada konstitusi bukan berarti kelemahannya.

Mereka adalah institusi bersenjata yang paling terlatih di negara ini dengan reputasi internasionalnya. TNI kian didukung dan diharapkan oleh rakyat ketika kekacauan-kekacauan kian melebar.

Lihat peristiwa 18 Mei 2017 di Makassar, aksi mahasiswa di sana menghendaki TNI mengambil alih pemerintahan! Saya rasa itu pernyataan yang jarang atau mungkin yang pertamakalinya sejak Jenderal TNI Soeharto “mengambil suatu tindakan yang dianggap perlu” di Republik ini pada tahun 1966.

Tuntutan ini adalah suatu bukti bahwa Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dengan sendirinya dikehendaki oleh rakyat untuk mengambil alih pemerintahan. Bukankah ini juga berarti suatu tekanan dan serangan memalukan bagi Kapolri?

Dari perspektif kedua, media sosial, Kapolri sudah dicitrakan sebagai musuh Umat Islam, sejenak malah lebih dari serangan kekecewaan pada Presiden Joko Widodo. Sedangkan di perspektif pertama, media arus utama, Habib Rizieq Shihab adalah sasaran dari citra negatif yang ditelan mentah-mentah oleh golongan tertentu tanpa berusaha secara rinci dan logis memperkuat bahwa tuduhan itu benar.

Sekiranya dari berbagai permasalahan dengan segala bukti yang telah dilakukan Kapolri dan institusinya lalu dipelihara oleh Umat Islam, maka selayaknya tekanan itu akan berbalik pada Kapolri sendiri sebab telah dan akan selalu direspons oleh beberapa pihak dari Ulama, masyararakat, aktivis, politikus, tokoh nasional, mantan pejabat tinggi, anggota parlemen dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa menahan diri untuk bersikap sebagai upaya pembelaan.

Tentunya perspektif kedualah yang akhirnya akan menjadi ukuran konstelasi politik di negara ini dan sayangnya, ukuran itu justru dilihat dari skala kegagalan hukum dan seberapa jauh Kapolri dan institusinya bertindak salah!

Oleh : Fahmi M.S Kartari

AMP - Kabar tak sedap datang dari kota udang cirebon, Pasalnya Aparat Kepolisian membubarkan pengajian Ramadhan yang berisikan acara Santunan yatim piatu, Bedah buku dan Buka puasa bersama yang diselenggarakan oleh para Muallaf dan aktifis anti pemurtadan dengan pemateri Ust.  Bernard A Jabbar di Masjid Baiturrohim Kota Cirebon. Minggu (18/6/2017)

Dari info yang beredar, awalnya acara Kajian akan diselenggarakan di Masjid Pertamina Klayan namun di pindah ke Masjid Baiturrohim, karena adanya penolakan dari Presdir Pertamina.

Namun setelah lokasi acara di pindah ke Masjid Baiturrohim ternyata tetap masih ada intervensi yang datang dari aparat Kepolisian dengan meminta agar acara di batalkan, dan diancam apabila tetap dilaksanakan maka polres akan mengerahkan seluruh pasukan dan akan memproses hukum setiap orang yang ada di dalam masjid.

Pihak panitia acara dikabarkan sempat bernegosiasi dengan Kapolres Cirebon dan yang datang kelokasi agar acara tetap dapat terlaksana namun dengan format yg berbeda, bukan bedah buku akan tetapi hanya santunan yatim piatu dan buka puasa bersama.

Namun pihak aparat tetap menolak bernegosiasi, dan tepat pukul 12.43 WIB banyak anggota polisi disertai Ormas GMBI dan Macan Ali datang langsung membentuk formasi mengepung Masjid Baiturrohim, ketika salah satu dari peserta ( Ust. Andi Mulya) keluar pintu masjid beliau langsung di tarik dan di paksa untuk masuk ke dalam mobil, kemudian diikuti dengan semua peserta beserta Ust Bernard Abdul Jabbar selaku pemateri juga ikut dibawa ke Polres Cirebon Kota.

“kami masih menunggu tindak lanjut/kejelasan dari pihak aparat, mengapa kami di bawa padahl kami ingin beribadah,menyantuni anak yatim, dn berbuka puasa bersama, apakah umat Islam di negara ini di larang utk beribadah mengadakan kegiatan keislaman? Sdh tdk ada kah hak & keadilan utk umat islam saat ini?” Tulis Rifa’i Iwan salah seorang peserta pengajian dalam pesan WhatsApp nya.

Sampai berita ini di tulis pihak panitia dan para peserta masih menunggu kejelasan dari pihak aparat Kepolisian atas alasannya membawa peserta ke Mapolres Cirebon padahal ingin mengisi bulan ramadhan dengan beribadah. (mediaharapan.com)

AMP – Meskipun sudah berusia 111 Tahun, Nek Rakibah, sampai saat ini masih tinggal di gubuk reyot bersama kedua putrinya, Hamidah dan Maimunah. Nek Rakibah merupakan seorang tua renta dan juga menjadi manusia tertua di Gampong Suka Jaya Laweung, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie. Sejauh ini, belum ada sentuhan apapun baik dari Pemerintah setempat atau pihak lainnya terhadap keluarga mereka.

Hamidah, anaknya yang juga umurnya sudah lanjut mengalami kebutaan, keseharian hanya bisa menghabiskan sisa umurnya di gubuk reot milik ibunya. Dia tidak bisa bekerja apa-apa lagi, ia hanya bisa menikmati sisa umurnya yang sekarang sudah mencapai 65 tahun lebih dalam keadaan tanpa penglihatannya.

Begitu pula dengan Maimunah, yang saat ini sudah berumur mendekati 60 tahun yang saat ini kondisi kakinya sedang terkilir. Mengingat dirinya seorang tulang punggung keluarga, ia tetap harus bekerja meski serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. “Banting tulang sudah menjadi hal biasa bagi saya, mengingat saya harus mememenuhi kebutuhan untuk Mak dan Kak Midah yang sudah tidak memungkinkan untuk bekerja lagi.” Jelas Maimunah kepada Ceritapidie saat menyambangi gubuk mereka. Jum’at (16/16).

“Sebenarnya saya ingin membangun tempat tinggal yang layak untuk kami, tapi sampai saat ini cita-cita saya itu masih belum kesampaian. Kami masih harus lebih bersabar untuk bisa menempati rumah yang layak.” Ungkapnya.

Munawar Iskandar, yang merupakan salah satu Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Pidie, yang sempat dimintai keterangan oleh Ceritapidie. Jum’at (16/6) mengatakan, kondisi seperti ini perlu perhatian dari berbagai pihak untuk menampung atau menyuarakan aspirasi masyarakat seperti keluarga Nek Rakibah tersebut, maka perlu kesadaran secara kolektif baik dari masyarakat sekitar maupun pihak-pihak yang seharusnya berkewajiban untuk memperhatikan keluarga nek rakibah.

“Saling memperhatikan, adalah kewajiban kita bersama, apalagi di bulan Ramadhan ini merupakan momentum bagi kita untuk saling membantu dan saling berbagi dengan mereka-mereka yang perlu untuk kita bantu dan perhatikan.” Tutup Munawar. (ceritapidie.com)

AMP - Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor kontra becak menyebabkan dua korban meninggal dunia di Jalan Elak Desa Tanjong Kumala, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Senin (19/6) sekira pukul 08.30 WIB.

Kapolres Lhokseumawe AKBP Hendri Budiman melalui Kapolsek Sawang Iptu Ridwan mengatakan dugaan sementara, laka lantas sepeda motor kontra becak tersebut terjadi ketika becak barang yang melaju dari arah barat ke timur dengan kecepatan sedang, sementara dari arah berlawanan sepeda motor honda Vario yang melaju dalam kecepatan tinggi diperkirakan mengambil jalan agak melebar ke arah kanan, dan seketika itu pula salah satu sepeda motor lainnya tiba-tiba muncul di depan korban.

"Pengendara sepeda motor vario hilang kendali saat secara tiba-tiba muncul sebuah sepeda lainnya dari arah berlawanan sehingga korban langsung menghantam sebuah becak barang," jelas Kapolsek.

Ridwan menyebutkan dua pengendara yang meninggal dunia akibat peristiwa naas tersebut yaitu pengedara becak, Zulkifli Yahya (44) warga Desa Beuyot, Kabupaten Bireun, Awaluddin (42) pengendara sepeda motor vario warga Desa teupin Ara, Kecamatan Samudera.

"Setelah pihak Puskesmas memastikan korban sudah tidak lagi bernyawa, pihak kita langsung berupaya menghubungi keluarga korban serta mengamankan barang bukti ke unit laka lantas," ujarnya.(AJNN)

AMP - Tentara Filipina masih belum mampu menguasai kota Marawi dari tangan militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS. Sniper dan ranjau ISIS berhasil menghentikan langkah pasukan Filipina dan membuat mereka kewalahan. 

Sersan teknis militer Filipina Mahamud Darang mengakuinya sendiri. Kepada Reuters, Kamis (15/6), Darang mengatakan formasi tentara langsung lumpuh setelah sniper ISIS menyerang. 

Dalam salah satu peristiwa, ketika tentara dengan kendaraan lapis baja menyeberang Sungai Agus menuju pusat kota Marawi, mereka dihujani tembakan oleh sniper ISIS. 

Sniper ISIS menembaki mereka dengan peluncur granat. Granat pertama, kata Darang, meledak di depan mereka. Penembak jitu ISIS itu ada di lantai tiga bangunan. Ketika terdeteksi, dia langsung menembak lagi.

"Dia ada di lantai tiga bangunan. Lalu tembakan kedua tepat masuk ke dalam kendaraan dan meledak," kata Darang.

Seorang tentara tewas dalam peristiwa itu, Darang dan tentara lainnya terluka akibat pecahan peluru. Dalam keadaan pendarahan hebat, Darang memerintahkan pasukannya berlindung di balik bangunan.

Pasukan lainnya juga dihujani tembakan oleh sniper ISIS ketika melintasi jembatan Mapandi di atas Sungai Agus. ISIS juga melempari bom Molotov. 

Pertempuran itu berlangsung selama 14 jam dan menewaskan 13 tentara dan melukai 40 lainnya. Peristiwa ini menjadi salah satu pukulan terbesar bagi tentara Filipina yang berjuang merebut Marawi dari sekitar 150-200 tentara ISIS yang tersisa.

Militer Filipina mengakui sniper ISIS sangat piawai dalam menembak. Mereka juga pandai memanfaatkan bangunan tinggi di Marawi yang kebanyakan dari beton tebal seperti benteng. 

Senjata sniper ISIS yang paling ditakuti adalah Barrett kaliber .50 buatan Amerika Serikat.

"Sniper mereka sangat pandai, mereka memastikan setiap tembakan yang dilepaskan berhasil membunuh atau melukai," kata Pendaton Guro, mantan kolonel Filipina yang tinggal di Marawi.

Guro menyaksikan pertempuran di kota itu dari atap rumahnya. Jika tentara menggunakan kendaraan lapis baja, kata Guro, militan menembak dengan roket peluncur granat (RPG) yang bisa menembus besi.

"Para pemimpin Maute dilatih di luar negeri. Sulit mengalahkan mereka," kata Guro.
Tentara Filipina menghadapinya dengan papan kayu untuk menghadapi RPG ISIS. Menurut seorang tentara, "granat akan meledak ketika menghantam papan kayu, dan tidak akan meledak di besi."

Pertempuran berlangsung sejak 23 Mei lalu. Tentara mengatakan, moral pasukan ISIS sudah turun. Mereka saling memanggil bantuan lantaran pasukan amunisi, makanan, dan senjata kian menipis.

"Mereka memanggil satu sama lain, meminta bantuan, mengira yang sudah kabur. Moral mereka turun," kata petugas radio.

Namun tidak hanya ISIS yang moralnya turun, tentara Filipina juga demikian. Seorang tentara yang telah menghabiskan sembilan hari di garis depan mengeluhkan kekurangan perangkat tempur.

"Kami tidak punya rompi anti peluru, helm, atau senjata baru," kata seorang tentara Filipina.

Militer mengatakan 290 orang tewas dalam pertempuran di Marawi, terdiri dari 58 tentara, 206 militan, dan 26 warga sipil. Namun diduga jumlahnya lebih dari itu. Berdasarkan pengakuan warga yang berhasil kabur, mereka melihat setidaknya 100 jasad di medan perang.(Kumparan)

AMP - Personel Satuan Reskrim Polres Langkat, Sumatera Utara mengamankan truk intercooler BK 8519 DB asal Aceh bermuatan empat peti papan berisi 549 kilogram ganja kering, Kamis (15/6) sekitar pukul 21.30 WIB.

Dalam penangkapan tersebut, salah seorang tersangka berinisial MZ, terpaksa dilumpuhkan dengan timah panas karena berusaha kabur dan melawan petugas.

Berdasarkan pengakuan sopir truk, IS (43), warga Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie dan kernet berinisial MZ (30), warga Glumpang Tiga, Kabupaten Pidie, ratusan ganja yang mereka bawa itu berasal dari Kuala Simpang, Aceh Tamiang.

Keterangan yang dihimpun Analisadaily.com, aksi penangkapan berawal dari informasi masyarakat yang melaporkan ada salah satu truk diduga kuat membawa ratusan kilogram narkoba jenis ganja.

Selanjutnya, petugas melakukan sweeping di depan pos lantas Sei Karang, Kelurahan Kwala Bingai, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat dan menyetop setiap kendaraan yang sedang melintas di lokasi razia.

Ketika itu, petugas menghentikan truk tronton yang sedang melintas. Saat salah satu petugas naik ke atas truk untuk memeriksa, pelaku langsung tancap gas dan membuat personel kalang kabut. - Sumber     :     analisadaily.com
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget