AMP - Polisi menemukan bukti baru dalam kasus pembunuhan Masdiana (28), guru honorer, warga Alue Geutah, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya yang diduga melibatkan suami dan adik sepupu suaminya. Bukti baru itu berupa sepasang sepatu bot (boot) yang digunakan Junaidi (34), suami korban, untuk menginjak leher istrinya hingga meregang nyawa, Kamis (15/6) pagi.
Kapolres Nagan Raya, AKBP Mirwazi MH, kepada Serambi di Suka Makmue, Kamis (22/6) siang mengatakan, barang bukti baru yang diamankan polisi itu akan melengkapi sejumlah bukti yang sebelumnya telah diamankan terkait kasus pembunuhan ini.
Menurut Kapolres, tersangka Junaidi sudah mengaku bahwa sepatu bot itu sehari-hari dia gunakan di perkebunan kelapa sawit PT Socfindo, tempat ia bekerja. Dengan sepatu itulah leher dan kepala sang istri dia injak-injak sampai mulutnya mengeluarkan darah dan korban meninggal seketika.
“Pengakuan Junaidi, sepatu bot itulah yang ia gunakan untuk menginjak istrinya saat ia bunuh bersama Muhammad Daud,” kata Mirwazi.
Sepatu bot (boot) adalah sepatu yang membungkus kaki pemakainya hingga di bawah lutut, dibuat dari karet atau kulit.
Selain menggunakan sepatu bot hingga ke kamar tidur mereka, Junaidi sebelumnya juga mengambil sebilah besi dari dalam sepatu kerjanya itu, lalu dihantamkannya ke tengkuk sang istri, sehingga korban tersungkur tak sadarkan diri.
Karena masih terlihat bernapas, Junaidi kemudian menginjak-injak leher dan kepala sang istri, sehingga wanita yang dia nikahi dua tahun lalu itu tewas di kamar tidur mereka.
Ditanya Serambi apakah dalam kasus ini ada pelaku lainnya, Kapolres menyatakan, sejauh ini pihaknya belum menemukan bukti petunjuk tentang keterlibatan pihak lain dalam insiden ini. Tersangka utamanya adalah Junaidi yang bersekongkol dengan Muhammad Daud, adik sepupunya, saat menghabisi korban.
Berdasarkan keterangan tersangka, kata Kapolres, keduanya telah merencanakan pembunuhan Masdiana, karena Junaidi mengaku tak cinta lagi terhadap istrinya itu serta berniat menikah lagi lantaran sudah dua tahun menikah tapi belum dikaruniai anak.
Kapolres Mirwazi juga menambahkan, berdasarkan keterangan saksi dan tersangka, sebelum pembunuhan itu terjadi, antara Masdiana dengan suaminya selama ini dikabarkan sering bertengkar. Hubungan rumah tangga mereka tak lagi harmonis.
Diduga karena ingin mengakhiri perjalanan bahtera rumah tangganya, sehingga Junaidi nekat membunuh sang istri, demi memuluskan niatnya untuk kawin lagi. Belum diketahui siapa wanita yang akan dia nikahi itu.
Kapolres menambahkan, pada masa penyelidikan kasus itu ada hal yang membuat polisi makin curiga terhadap Junaidi sejak istrinya meninggal tak wajar Kamis (15/6) lalu. Kamis kemarin sebetulnya merupakan hari ketujuh Masdiana meninggal. Tapi dalam masa berkabung itu tersangka tak pernah menggelar kenduri ataupun doa bersama untuk arwah istrinya.
Polisi terus mengawasi gerak-gerik Junaidi. Bahkan sebelum ia ditangkap, polisi sempat berinisiatif menggelar acara kenduri di rumah korban dengan harapan arwah Masdiana tenang di alam kubur. Tapi doa bersama dan kenduri itu bukan atas inisiatif Junaidi.
Yang lebih mengherankan lagi, kata Kapolres, sejak kasus pembunuhan itu terjadi hingga menjalani pemeriksaan di Mapolres Nagan Raya, Junaidi sama sekali tak menyesal telah melakukan pembunuhan.
Pelaku terlihat santai dan bersikap seolah-olah tak berdosa dan korban seakan bukanlah istrinya. Malah pascaperistiwa itu, Junaidi terlihat santai saja. Bukan seperti orang yang gundah, sedih, atau menyesal karena telah menghabisi nyawa sang istri dengan tangannya sendiri.
Sedangkan tersangka Muhammad Daud di hadapan penyidik mengakui bahwa ia bersedia membantu Junaidi menghabisi istrinya karena ia tak punya pekerjaan dan butuh uang sesuai tawaran Junaidi.
Atas jasanya itu, Muhammad Daud dihadiahi Junaidi dua unit handphone (hp) milik korban, lalu ia gadaikan pada seorang temannya di Meulaboh, Aceh Barat, senilai Rp 150.000.
Tapi gara-gara inilah polisi akhirnya berhasil mengungkap siapa pelaku. Setelah titik koordinat hp itu diketahui polisi, orang yang menampung hp itu pun didatangi. Ia kemudian “nyanyi” bahwa hp tersebut ia peroleh dari Muhammad Daud. Ketika Daud diinterogasi, akhirnya dia beberkan bahwa Junaidilah yang melibatkannya untuk membunuh Masdiana. Akhirnya, kedua tersangka diringkus polisi.
“Kita masih menyelidiki dan melengkapi barang bukti. Kita berharap ada fakta lainnya yang terungkap di balik peristiwa ini,” ujar Kapolres Nagan Raya, AKBP Mirwazi. (Serambinews)
Kapolres Nagan Raya, AKBP Mirwazi MH, kepada Serambi di Suka Makmue, Kamis (22/6) siang mengatakan, barang bukti baru yang diamankan polisi itu akan melengkapi sejumlah bukti yang sebelumnya telah diamankan terkait kasus pembunuhan ini.
Menurut Kapolres, tersangka Junaidi sudah mengaku bahwa sepatu bot itu sehari-hari dia gunakan di perkebunan kelapa sawit PT Socfindo, tempat ia bekerja. Dengan sepatu itulah leher dan kepala sang istri dia injak-injak sampai mulutnya mengeluarkan darah dan korban meninggal seketika.
“Pengakuan Junaidi, sepatu bot itulah yang ia gunakan untuk menginjak istrinya saat ia bunuh bersama Muhammad Daud,” kata Mirwazi.
Sepatu bot (boot) adalah sepatu yang membungkus kaki pemakainya hingga di bawah lutut, dibuat dari karet atau kulit.
Selain menggunakan sepatu bot hingga ke kamar tidur mereka, Junaidi sebelumnya juga mengambil sebilah besi dari dalam sepatu kerjanya itu, lalu dihantamkannya ke tengkuk sang istri, sehingga korban tersungkur tak sadarkan diri.
Karena masih terlihat bernapas, Junaidi kemudian menginjak-injak leher dan kepala sang istri, sehingga wanita yang dia nikahi dua tahun lalu itu tewas di kamar tidur mereka.
Ditanya Serambi apakah dalam kasus ini ada pelaku lainnya, Kapolres menyatakan, sejauh ini pihaknya belum menemukan bukti petunjuk tentang keterlibatan pihak lain dalam insiden ini. Tersangka utamanya adalah Junaidi yang bersekongkol dengan Muhammad Daud, adik sepupunya, saat menghabisi korban.
Berdasarkan keterangan tersangka, kata Kapolres, keduanya telah merencanakan pembunuhan Masdiana, karena Junaidi mengaku tak cinta lagi terhadap istrinya itu serta berniat menikah lagi lantaran sudah dua tahun menikah tapi belum dikaruniai anak.
Kapolres Mirwazi juga menambahkan, berdasarkan keterangan saksi dan tersangka, sebelum pembunuhan itu terjadi, antara Masdiana dengan suaminya selama ini dikabarkan sering bertengkar. Hubungan rumah tangga mereka tak lagi harmonis.
Diduga karena ingin mengakhiri perjalanan bahtera rumah tangganya, sehingga Junaidi nekat membunuh sang istri, demi memuluskan niatnya untuk kawin lagi. Belum diketahui siapa wanita yang akan dia nikahi itu.
Kapolres menambahkan, pada masa penyelidikan kasus itu ada hal yang membuat polisi makin curiga terhadap Junaidi sejak istrinya meninggal tak wajar Kamis (15/6) lalu. Kamis kemarin sebetulnya merupakan hari ketujuh Masdiana meninggal. Tapi dalam masa berkabung itu tersangka tak pernah menggelar kenduri ataupun doa bersama untuk arwah istrinya.
Polisi terus mengawasi gerak-gerik Junaidi. Bahkan sebelum ia ditangkap, polisi sempat berinisiatif menggelar acara kenduri di rumah korban dengan harapan arwah Masdiana tenang di alam kubur. Tapi doa bersama dan kenduri itu bukan atas inisiatif Junaidi.
Yang lebih mengherankan lagi, kata Kapolres, sejak kasus pembunuhan itu terjadi hingga menjalani pemeriksaan di Mapolres Nagan Raya, Junaidi sama sekali tak menyesal telah melakukan pembunuhan.
Pelaku terlihat santai dan bersikap seolah-olah tak berdosa dan korban seakan bukanlah istrinya. Malah pascaperistiwa itu, Junaidi terlihat santai saja. Bukan seperti orang yang gundah, sedih, atau menyesal karena telah menghabisi nyawa sang istri dengan tangannya sendiri.
Sedangkan tersangka Muhammad Daud di hadapan penyidik mengakui bahwa ia bersedia membantu Junaidi menghabisi istrinya karena ia tak punya pekerjaan dan butuh uang sesuai tawaran Junaidi.
Atas jasanya itu, Muhammad Daud dihadiahi Junaidi dua unit handphone (hp) milik korban, lalu ia gadaikan pada seorang temannya di Meulaboh, Aceh Barat, senilai Rp 150.000.
Tapi gara-gara inilah polisi akhirnya berhasil mengungkap siapa pelaku. Setelah titik koordinat hp itu diketahui polisi, orang yang menampung hp itu pun didatangi. Ia kemudian “nyanyi” bahwa hp tersebut ia peroleh dari Muhammad Daud. Ketika Daud diinterogasi, akhirnya dia beberkan bahwa Junaidilah yang melibatkannya untuk membunuh Masdiana. Akhirnya, kedua tersangka diringkus polisi.
“Kita masih menyelidiki dan melengkapi barang bukti. Kita berharap ada fakta lainnya yang terungkap di balik peristiwa ini,” ujar Kapolres Nagan Raya, AKBP Mirwazi. (Serambinews)
loading...
Post a Comment