Tiga pesawat militer bergantian menjatuhkan bom ketika bendera kebangsaan Filipina dikibarkan dalam rangka perayaan hari kemerdekaan di Marawi. (Reuters/Romeo Ranoco) |
AMP - Tiga pesawat OV-10 bergantian menjatuhkan bom ketika bendera kebangsaan Filipina dikibarkan dalam rangka perayaan hari kemerdekaan di Marawi, kota di mana bentrokan militer dan militan Maute terus memanas sejak dua pekan lalu.
"Kepada seluruh saudara Muslim kami di sana, kami berpesan kepada mereka untuk menghentikan pertarungan tak berarti mereka karena kita semua Muslim," ujar Gubernur Lanao Del Sur, Mamintal Adion Jr, di hadapan para tentara yang menjadi peserta upacara di Marawi, Senin (12/6).
Upacara bendera biasanya diadakan dua kali dalam sepekan di Filipina. Namun, ini merupakan kali pertama bendera dikibarkan di Marawi pasca pecahnya bentrokan yang sudah menewaskan lebih dari 100 orang sejak 23 Mei lalu.
Bentrokan itu pertama kali pecah ketika militer Filipina melakukan operasi untuk menangkap pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon, yang disinyalir juga mengepalai kelompok Maute.
Sebagaimana dilansir Reuters, Hapilon merupakan sosok yang disebut-sebut sebagai pemimpin upaya pendirian kekhalifahan ISIS di Asia Tenggara.
Presiden Rodrigo Duterte pun mendeklarasikan darurat militer di seluruh Mindanao dan memerintahkan pemberantasan kantung-kantung ISIS di Filipina sesegera mungkin.
Dalam pidato perayaan hari kemerdekaannya, Menteri Luar Negeri Filipina, Allan Peter Cayetano, pun mengatakan bahwa ancaman ISIS di negaranya memang benar-benar nyata.
Menurutnya, ISIS sedang berupaya merebut dua hingga tiga kota di Mindanao. Ia pun mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan Indonesia dan Malaysia untuk mencegah penyebaran militan ISIS yang lebih luas.
Tak hanya negara kawasan, Filipina juga dilaporkan bekerja sama dengan Amerika Serikat. Seorang pejabat AS mengatakan, dukungan dari negaranya mencakup sistem pengawasan, pemantauan elektronik, dan pelatihan.
AS memang sudah tidak memiliki militer permanen di Filipina. Namun, masih ada sekitar 50 hingga 100 personel pasukan khusus AS yang tersisa di selatan Filipina untuk latihan rutin.
Meski demikian, Duterte sendiri mengaku tak mengetahui keberadaan pasukan AS ini. Ia menegaskan, Filipina tak pernah meminta bantuan AS untuk menumpas militan di Marawi.(Sindo)
"Kepada seluruh saudara Muslim kami di sana, kami berpesan kepada mereka untuk menghentikan pertarungan tak berarti mereka karena kita semua Muslim," ujar Gubernur Lanao Del Sur, Mamintal Adion Jr, di hadapan para tentara yang menjadi peserta upacara di Marawi, Senin (12/6).
Upacara bendera biasanya diadakan dua kali dalam sepekan di Filipina. Namun, ini merupakan kali pertama bendera dikibarkan di Marawi pasca pecahnya bentrokan yang sudah menewaskan lebih dari 100 orang sejak 23 Mei lalu.
Bentrokan itu pertama kali pecah ketika militer Filipina melakukan operasi untuk menangkap pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon, yang disinyalir juga mengepalai kelompok Maute.
Sebagaimana dilansir Reuters, Hapilon merupakan sosok yang disebut-sebut sebagai pemimpin upaya pendirian kekhalifahan ISIS di Asia Tenggara.
Presiden Rodrigo Duterte pun mendeklarasikan darurat militer di seluruh Mindanao dan memerintahkan pemberantasan kantung-kantung ISIS di Filipina sesegera mungkin.
Dalam pidato perayaan hari kemerdekaannya, Menteri Luar Negeri Filipina, Allan Peter Cayetano, pun mengatakan bahwa ancaman ISIS di negaranya memang benar-benar nyata.
Menurutnya, ISIS sedang berupaya merebut dua hingga tiga kota di Mindanao. Ia pun mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan Indonesia dan Malaysia untuk mencegah penyebaran militan ISIS yang lebih luas.
Tak hanya negara kawasan, Filipina juga dilaporkan bekerja sama dengan Amerika Serikat. Seorang pejabat AS mengatakan, dukungan dari negaranya mencakup sistem pengawasan, pemantauan elektronik, dan pelatihan.
AS memang sudah tidak memiliki militer permanen di Filipina. Namun, masih ada sekitar 50 hingga 100 personel pasukan khusus AS yang tersisa di selatan Filipina untuk latihan rutin.
Meski demikian, Duterte sendiri mengaku tak mengetahui keberadaan pasukan AS ini. Ia menegaskan, Filipina tak pernah meminta bantuan AS untuk menumpas militan di Marawi.(Sindo)
loading...
Post a Comment