AMP - Anggota DPRK Abdya Reza Mulyadi babak belur diduga dihajar oknum TNI Angkatan Darat, di depan Toko UD Berkah Sejahtera, Desa Keude Paya, Kecamatan Blangpidie, Senin (19/6/2017). Pemicunya lantaran Reza dituding menggoda istri Kopral Dua (Kopda) Ismuhadi, anggota Koramil Kuala Batee.
Kepada wartawan, Dandim 0110 Abdya Letkol Puji Hartono menjelaskan, kasus itu bermula saat Ismuhadi menemukan istrinya yang sedang melakukan video call dengan Reza. “Si istri ini baru keluar dari kamar mandi, menggunakan handuk sambil video call,” katanya seperti yang dirilis sejumlah media pers.
Mediasi itu, katanya, juga dihadiri Ketua DPRK Abdya Zaman Akli dan geuchik Geulumpang Payong.
“(Kejadian) ini karena tidak sabar menunggu proses hasil itu (kesepakatan),” katanya.
Puji mengatakan, Ismuhadi bersama seorang rekannya lantas menemui Reza di toko tersebut. Tujuannya, untuk mempertanyakan kejelasan realisasi kesepakatan sebelumnya.
“Namun saat mereka berada di toko bangunan itu, keduanya sempat cek cok. Bahkan adik dari Reza, yang juga berada di toko saat itu, sempat mengambil parang dan melempar anggota Kodim dengan batu,” paparnya.
Situasi semakin tegang dan mengundang perhatian para pengguna jalan.
Tidak lama, datang sejumlah anggota TNI Kodim 0110 Abdya, termasuk personel polisi dari Polres Abdya dan Polsek Blangpidie untuk mengamankan situasi. Reza Mulyadi dan adiknya Azmi dibawa ke Kodim Abdya
Minta Rp 200 juta dan 2 Ekor Kerbau
Sementara Reza Mulyadi yang dikonfirmasi BERITAKINI.CO membenarkan jika dia sempat berkomunikasi dengan istri Ismuhadi melalui video massanger. Tapi dia mengaku tidak menggoda, apalagi berbuat macam-macam.
“Demi Allah saya tidak macam-macam dengan istrinya,” kata Reza, Senin malam (19/6/2017).
Reza mengungkapkan, kejadian itu bermula sejak Minggu 11 Juni 2017. Saat itu, istri Ismuhadi menginboxnya untuk menanyakan kabar.
Reza lantas menghubunginya. Menurut Reza, dia hanya sekedar basa basi. “Di sini saya akui saya salah, menghubungi istri orang,” katanya.
Tapi, panggilannya itu sesungguhnya tak terjawab. Setelah itu, kata Reza, istri Ismuhadi balik menghubunginya.
Selesai berkomunikasi, kata Reza, dia pergi salat di kawasan Susoh. Setelah salat ia langsung pulang ke rumahnya.
Sejak saat itu, katanya, dia mendapat banyak laporan dari kerabatnya bahwa dia dicari oleh beberapa oknum yang belakangan diketahui adalah tentara.
“Sorenya ada juga orang datang ke rumah, jadi takut orang rumah. Kemudian saya cari tahu, ternyata memang anggota, saya langsung ingat kalau ini pasti masalah tadi,” ungkapnya.
Mengetahui hal itu, dia mengajak kawan-kawan yang bisa diajak berkomunikasi untuk memfasilitasi dan mencari solusi.
Ternyata, oknum tentara itu masih terus mencarinya bahkan hingga ke kantornya di gedung DPRK Abdya.
“Seorang anggota satpol PP memberi tahu saya bahwa ada orang yang mencarinya, sejak saat itu saya semakin waspada,” katanya.
Selain itu, kata Reza, seorang yang diduga Ismuhadi juga sempat melayangkan SMS padanya. “Hey dimana kau, jangan kau andal-andalkan GAM,” kata Reza menirukan bunyi SMS tersebut. Pesan itu tak diladeni Reza.
Kepada wartawan, Dandim 0110 Abdya Letkol Puji Hartono menjelaskan, kasus itu bermula saat Ismuhadi menemukan istrinya yang sedang melakukan video call dengan Reza. “Si istri ini baru keluar dari kamar mandi, menggunakan handuk sambil video call,” katanya seperti yang dirilis sejumlah media pers.
Mediasi itu, katanya, juga dihadiri Ketua DPRK Abdya Zaman Akli dan geuchik Geulumpang Payong.
“(Kejadian) ini karena tidak sabar menunggu proses hasil itu (kesepakatan),” katanya.
Puji mengatakan, Ismuhadi bersama seorang rekannya lantas menemui Reza di toko tersebut. Tujuannya, untuk mempertanyakan kejelasan realisasi kesepakatan sebelumnya.
“Namun saat mereka berada di toko bangunan itu, keduanya sempat cek cok. Bahkan adik dari Reza, yang juga berada di toko saat itu, sempat mengambil parang dan melempar anggota Kodim dengan batu,” paparnya.
Situasi semakin tegang dan mengundang perhatian para pengguna jalan.
Tidak lama, datang sejumlah anggota TNI Kodim 0110 Abdya, termasuk personel polisi dari Polres Abdya dan Polsek Blangpidie untuk mengamankan situasi. Reza Mulyadi dan adiknya Azmi dibawa ke Kodim Abdya
Minta Rp 200 juta dan 2 Ekor Kerbau
Sementara Reza Mulyadi yang dikonfirmasi BERITAKINI.CO membenarkan jika dia sempat berkomunikasi dengan istri Ismuhadi melalui video massanger. Tapi dia mengaku tidak menggoda, apalagi berbuat macam-macam.
“Demi Allah saya tidak macam-macam dengan istrinya,” kata Reza, Senin malam (19/6/2017).
Reza mengungkapkan, kejadian itu bermula sejak Minggu 11 Juni 2017. Saat itu, istri Ismuhadi menginboxnya untuk menanyakan kabar.
Reza lantas menghubunginya. Menurut Reza, dia hanya sekedar basa basi. “Di sini saya akui saya salah, menghubungi istri orang,” katanya.
Tapi, panggilannya itu sesungguhnya tak terjawab. Setelah itu, kata Reza, istri Ismuhadi balik menghubunginya.
Selesai berkomunikasi, kata Reza, dia pergi salat di kawasan Susoh. Setelah salat ia langsung pulang ke rumahnya.
Sejak saat itu, katanya, dia mendapat banyak laporan dari kerabatnya bahwa dia dicari oleh beberapa oknum yang belakangan diketahui adalah tentara.
“Sorenya ada juga orang datang ke rumah, jadi takut orang rumah. Kemudian saya cari tahu, ternyata memang anggota, saya langsung ingat kalau ini pasti masalah tadi,” ungkapnya.
Mengetahui hal itu, dia mengajak kawan-kawan yang bisa diajak berkomunikasi untuk memfasilitasi dan mencari solusi.
Ternyata, oknum tentara itu masih terus mencarinya bahkan hingga ke kantornya di gedung DPRK Abdya.
“Seorang anggota satpol PP memberi tahu saya bahwa ada orang yang mencarinya, sejak saat itu saya semakin waspada,” katanya.
Selain itu, kata Reza, seorang yang diduga Ismuhadi juga sempat melayangkan SMS padanya. “Hey dimana kau, jangan kau andal-andalkan GAM,” kata Reza menirukan bunyi SMS tersebut. Pesan itu tak diladeni Reza.
Beberapa hari kemudian, kasus itu dimediasi oleh aparat kodim. Reza mengaku dia telah mengajukan permohonan maaf.
Danramil Kuala Batee, kata Reza, mengatakan kasus itu akan diselesaikan secara adat. Hal itu disampaikan pada Ketua DPRK Abdya Zaman Akli. Sejak saat itu, Reza menunggu kabar untuk penyelesaian secara adat tersebut.
Akhirnya, kata Reza, perkara tersebut dilimpahkan ke geuchik Geulumpang Payong, Kecamatan Blangpidie. Dia mendapat informasi dari geuchik bahwa syarat damainya adalah uang senilai Rp 200 juta dan dua ekor kerbau.
“Namun saya sampaikan kalau saya tidak punya uang sebanyak itu. Saya hanya mampu Rp 5 juta dan dua ekor kambing,” katanya.
Diduga tak menuai titik temu, Ismuhadi dan beberapa rekannya mendatangi Reza di tokonya di Blangpidie.
“Saya katakan pada dia saat dia pukul saya, Demi Allah saya tidak macam-macam dengan istrimu,” katanya.
Menurut Reza, adiknya Azmi memang sempat memegang parang saat sejumlah oknum tentara sedang cek cok dengannya. Namun parang itu merupakan peralatan kerja lantaran toko mereka merupakan penjual jasa pemasangan plafon rumah.
“Akibatnya, adiknya juga menjadi sasaran. Jadi mereka semua memukul saya dan adik saya. Saya melihat sudah banyak tentara yang datang, sekitar 60 orang. Kami babak belur,” katanya.
Reza menyesalkan aksi pemukulan tersebut. “Seharusnya kan ada saluran yang bisa digunakan, inikan negara hukum,” katanya.(beritakini.co)
Danramil Kuala Batee, kata Reza, mengatakan kasus itu akan diselesaikan secara adat. Hal itu disampaikan pada Ketua DPRK Abdya Zaman Akli. Sejak saat itu, Reza menunggu kabar untuk penyelesaian secara adat tersebut.
Akhirnya, kata Reza, perkara tersebut dilimpahkan ke geuchik Geulumpang Payong, Kecamatan Blangpidie. Dia mendapat informasi dari geuchik bahwa syarat damainya adalah uang senilai Rp 200 juta dan dua ekor kerbau.
“Namun saya sampaikan kalau saya tidak punya uang sebanyak itu. Saya hanya mampu Rp 5 juta dan dua ekor kambing,” katanya.
Diduga tak menuai titik temu, Ismuhadi dan beberapa rekannya mendatangi Reza di tokonya di Blangpidie.
“Saya katakan pada dia saat dia pukul saya, Demi Allah saya tidak macam-macam dengan istrimu,” katanya.
Menurut Reza, adiknya Azmi memang sempat memegang parang saat sejumlah oknum tentara sedang cek cok dengannya. Namun parang itu merupakan peralatan kerja lantaran toko mereka merupakan penjual jasa pemasangan plafon rumah.
“Akibatnya, adiknya juga menjadi sasaran. Jadi mereka semua memukul saya dan adik saya. Saya melihat sudah banyak tentara yang datang, sekitar 60 orang. Kami babak belur,” katanya.
Reza menyesalkan aksi pemukulan tersebut. “Seharusnya kan ada saluran yang bisa digunakan, inikan negara hukum,” katanya.(beritakini.co)
loading...
Post a Comment