AMP - Tentara Filipina masih belum mampu menguasai kota Marawi dari tangan militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS. Sniper dan ranjau ISIS berhasil menghentikan langkah pasukan Filipina dan membuat mereka kewalahan.
Sersan teknis militer Filipina Mahamud Darang mengakuinya sendiri. Kepada Reuters, Kamis (15/6), Darang mengatakan formasi tentara langsung lumpuh setelah sniper ISIS menyerang.
Dalam salah satu peristiwa, ketika tentara dengan kendaraan lapis baja menyeberang Sungai Agus menuju pusat kota Marawi, mereka dihujani tembakan oleh sniper ISIS.
Sniper ISIS menembaki mereka dengan peluncur granat. Granat pertama, kata Darang, meledak di depan mereka. Penembak jitu ISIS itu ada di lantai tiga bangunan. Ketika terdeteksi, dia langsung menembak lagi.
"Dia ada di lantai tiga bangunan. Lalu tembakan kedua tepat masuk ke dalam kendaraan dan meledak," kata Darang.
Seorang tentara tewas dalam peristiwa itu, Darang dan tentara lainnya terluka akibat pecahan peluru. Dalam keadaan pendarahan hebat, Darang memerintahkan pasukannya berlindung di balik bangunan.
Pasukan lainnya juga dihujani tembakan oleh sniper ISIS ketika melintasi jembatan Mapandi di atas Sungai Agus. ISIS juga melempari bom Molotov.
Pertempuran itu berlangsung selama 14 jam dan menewaskan 13 tentara dan melukai 40 lainnya. Peristiwa ini menjadi salah satu pukulan terbesar bagi tentara Filipina yang berjuang merebut Marawi dari sekitar 150-200 tentara ISIS yang tersisa.
Militer Filipina mengakui sniper ISIS sangat piawai dalam menembak. Mereka juga pandai memanfaatkan bangunan tinggi di Marawi yang kebanyakan dari beton tebal seperti benteng.
Senjata sniper ISIS yang paling ditakuti adalah Barrett kaliber .50 buatan Amerika Serikat.
"Sniper mereka sangat pandai, mereka memastikan setiap tembakan yang dilepaskan berhasil membunuh atau melukai," kata Pendaton Guro, mantan kolonel Filipina yang tinggal di Marawi.
Guro menyaksikan pertempuran di kota itu dari atap rumahnya. Jika tentara menggunakan kendaraan lapis baja, kata Guro, militan menembak dengan roket peluncur granat (RPG) yang bisa menembus besi.
"Para pemimpin Maute dilatih di luar negeri. Sulit mengalahkan mereka," kata Guro.
Tentara Filipina menghadapinya dengan papan kayu untuk menghadapi RPG ISIS. Menurut seorang tentara, "granat akan meledak ketika menghantam papan kayu, dan tidak akan meledak di besi."
Pertempuran berlangsung sejak 23 Mei lalu. Tentara mengatakan, moral pasukan ISIS sudah turun. Mereka saling memanggil bantuan lantaran pasukan amunisi, makanan, dan senjata kian menipis.
"Mereka memanggil satu sama lain, meminta bantuan, mengira yang sudah kabur. Moral mereka turun," kata petugas radio.
Namun tidak hanya ISIS yang moralnya turun, tentara Filipina juga demikian. Seorang tentara yang telah menghabiskan sembilan hari di garis depan mengeluhkan kekurangan perangkat tempur.
"Kami tidak punya rompi anti peluru, helm, atau senjata baru," kata seorang tentara Filipina.
Militer mengatakan 290 orang tewas dalam pertempuran di Marawi, terdiri dari 58 tentara, 206 militan, dan 26 warga sipil. Namun diduga jumlahnya lebih dari itu. Berdasarkan pengakuan warga yang berhasil kabur, mereka melihat setidaknya 100 jasad di medan perang.(Kumparan)
loading...
Post a Comment