Ilustrasi |
AMP - Israel memutuskan untuk memotong aliran listrik untuk Jalur Gaza. Hal ini dilakukan setelah otoritas Palestina membayar lebih sedikit tagihan listrik. Keputusan ini mungkin berakibat fatal bagi kesehatan dan lingkungan di daerah kantong.
Kabinet keamanan Israel dengan suara bulat memutuskan untuk memotong pasokan listrik Jalur Gaza pada hari Senin. Keputusan tersebut dibuat setelah otoritas Palestina membatasi berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memasok listrik ke daerah kantong.
"Ini adalah keputusan Abbas. Israel yang membayar tagihan listrik Gaza adalah situasi yang tidak mungkin," kata Menteri Keamanan Umum Israel Gilad Erdan seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (13/6/2017).
Bulan lalu, Otoritas Palestina menginformasikan kepada Israel bahwa uang pembayaran hanya akan mencakup 70 persen dari biaya bulanan listrik yang dipasok oleh Israel Electric Corporation ke Jalur Gaza.
Jalur Gaza telah dikendalikan oleh gerakan Hamas sejak konflik 2007 dengan partai Fatah, dipimpin oleh Mahmoud Abbas yang berbasis di Tepi Barat. Semua upaya untuk mencapai rekonsiliasi antara kedua belah pihak telah gagal sejauh ini.
Pembayaran untuk listrik dikurangkan oleh Israel dari pendapatan pajak Palestina yang dikumpulkan atas nama otoritas Palestina. Tel Aviv tidak berurusan dengan Hamas dan menganggapnya sebagai kelompok teroris.
Seorang pejabat otoritas Palestina secara terbuka mengakui bahwa perselisihan terkait listrik ini ditujukan untuk membawa Jalur Gaza kembali terkendali.
"Kami memperbarui seruan ke gerakan Hamas dan pemerintah de facto di sana untuk menyerahkan kepada kami semua tanggung jawab institusi pemerintah di Gaza sehingga pemerintah dapat memberikan layanan terbaiknya kepada rakyat kami di Gaza," kata juru bicara otoritas Palestina, Tareq Rashmawi.
Menurut juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Ashraf al-Qidra, keputusan tersebut mungkin berakibat fatal bagi situasi kesehatan Gaza. Hal ini dikarenakanfasilitas medis di daerah kantong sudah banyak bergantung pada generator kecil.
Hamas telah mengutuk keputusan untuk memotong pasokan listrik ke Gaza sebagai bencana dan berbahaya, dan mengancam baik Israel maupun otoritas Palestina.
"Keputusan pendudukan untuk mengurangi listrik ke Gaza atas permintaan Presiden Palestinta Mahmoud Abbas adalah bencana dan berbahaya. Ini akan mempercepat kemerosotan dan meledakkan situasi di Jalur Gaza," kata juru bicara Hamas Abdel Latif al-Qanua.
"Mereka yang akan menanggung konsekuensi dari keputusan ini adalah musuh Israel, yang mengepung Jalur Gaza, dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas," tambahnya.
Dr. Asa'ad Abu Skarekh, seorang profesor di Universitas Al-Azhar di Gaza, menyebut langkah tersebut sebagai hukuman kolektif orang-orang Palestina oleh Israel, dengan mengatakan bahwa orang-orang bergantung pada listrik untuk dukungan kehidupan dan orang-orang biasa akan paling menderita.
"Di rumah sakit di Gaza, ada orang-orang yang hidup di mesin pendukung kehidupan. Ada anak-anak, masih ada bayi, ada orang-orang yang menderita penyakit ginjal, dari kanker kecuali ada listrik, orang-orang ini akan menderita. Dan mungkin mereka akan mati. Tentu kita butuh listrik untuk universitas, untuk sekolah kita, demi kesejahteraan kita, untuk memasak kita. Listrik harus disediakan untuk semua aspek kehidupan," kata Skarekh.
Skarekh mengatakan bahwa Israel diakui secara internasional melakukan pendudukan di Gaza, dan dengan demikian bertanggung jawab atas kesejahteraan warga yang tinggal di sana. Ia pun meratapai, di saat yang sama, masyarakat internasional tidak menghukum Israel karena karena seperti yang ia katakan hukum rasial terhadap rakyat Palestina." (Sindo)
Kabinet keamanan Israel dengan suara bulat memutuskan untuk memotong pasokan listrik Jalur Gaza pada hari Senin. Keputusan tersebut dibuat setelah otoritas Palestina membatasi berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memasok listrik ke daerah kantong.
"Ini adalah keputusan Abbas. Israel yang membayar tagihan listrik Gaza adalah situasi yang tidak mungkin," kata Menteri Keamanan Umum Israel Gilad Erdan seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (13/6/2017).
Bulan lalu, Otoritas Palestina menginformasikan kepada Israel bahwa uang pembayaran hanya akan mencakup 70 persen dari biaya bulanan listrik yang dipasok oleh Israel Electric Corporation ke Jalur Gaza.
Jalur Gaza telah dikendalikan oleh gerakan Hamas sejak konflik 2007 dengan partai Fatah, dipimpin oleh Mahmoud Abbas yang berbasis di Tepi Barat. Semua upaya untuk mencapai rekonsiliasi antara kedua belah pihak telah gagal sejauh ini.
Pembayaran untuk listrik dikurangkan oleh Israel dari pendapatan pajak Palestina yang dikumpulkan atas nama otoritas Palestina. Tel Aviv tidak berurusan dengan Hamas dan menganggapnya sebagai kelompok teroris.
Seorang pejabat otoritas Palestina secara terbuka mengakui bahwa perselisihan terkait listrik ini ditujukan untuk membawa Jalur Gaza kembali terkendali.
"Kami memperbarui seruan ke gerakan Hamas dan pemerintah de facto di sana untuk menyerahkan kepada kami semua tanggung jawab institusi pemerintah di Gaza sehingga pemerintah dapat memberikan layanan terbaiknya kepada rakyat kami di Gaza," kata juru bicara otoritas Palestina, Tareq Rashmawi.
Menurut juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Ashraf al-Qidra, keputusan tersebut mungkin berakibat fatal bagi situasi kesehatan Gaza. Hal ini dikarenakanfasilitas medis di daerah kantong sudah banyak bergantung pada generator kecil.
Hamas telah mengutuk keputusan untuk memotong pasokan listrik ke Gaza sebagai bencana dan berbahaya, dan mengancam baik Israel maupun otoritas Palestina.
"Keputusan pendudukan untuk mengurangi listrik ke Gaza atas permintaan Presiden Palestinta Mahmoud Abbas adalah bencana dan berbahaya. Ini akan mempercepat kemerosotan dan meledakkan situasi di Jalur Gaza," kata juru bicara Hamas Abdel Latif al-Qanua.
"Mereka yang akan menanggung konsekuensi dari keputusan ini adalah musuh Israel, yang mengepung Jalur Gaza, dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas," tambahnya.
Dr. Asa'ad Abu Skarekh, seorang profesor di Universitas Al-Azhar di Gaza, menyebut langkah tersebut sebagai hukuman kolektif orang-orang Palestina oleh Israel, dengan mengatakan bahwa orang-orang bergantung pada listrik untuk dukungan kehidupan dan orang-orang biasa akan paling menderita.
"Di rumah sakit di Gaza, ada orang-orang yang hidup di mesin pendukung kehidupan. Ada anak-anak, masih ada bayi, ada orang-orang yang menderita penyakit ginjal, dari kanker kecuali ada listrik, orang-orang ini akan menderita. Dan mungkin mereka akan mati. Tentu kita butuh listrik untuk universitas, untuk sekolah kita, demi kesejahteraan kita, untuk memasak kita. Listrik harus disediakan untuk semua aspek kehidupan," kata Skarekh.
Skarekh mengatakan bahwa Israel diakui secara internasional melakukan pendudukan di Gaza, dan dengan demikian bertanggung jawab atas kesejahteraan warga yang tinggal di sana. Ia pun meratapai, di saat yang sama, masyarakat internasional tidak menghukum Israel karena karena seperti yang ia katakan hukum rasial terhadap rakyat Palestina." (Sindo)
loading...
Post a Comment