Halloween Costume ideas 2015
January 2016

AMP - Benteng Kuta Gle Batee Iliek menyisakan sejarah heroisme dan pengkhianatan. Kini terbengkalai di ujung timur jembatan Krueng Batee Iliek. Jauh lebih timur lagi delapan syuhada (syahid lapan) dimakamkan.

Monumen benteng Kuta Gle dibangun untuk mengenang para syuhada yang tewas mempertahankan kerajaan Aceh terhadap agresi Belanda. Monumen itu menyimpan secuil kisah tentang keheroikan pejuang Aceh.

Pada masa pergolakan perang melawan Belanda di Batee Iliek terkenal seorang pemimpin pejuang Aceh, Panglima Said yang memimpin perjuangan melawan Belanda di Kuta Gle, Batee Iliek.

Selama 23 tahun benteng Kuta Gle sangat sulit ditaklukkan Belanda, walau mereka dilengkapi persenjataan lengkap. Strategi yang digunakan Panglima Said cukup unik. Pasukan Belanda yang mencoba naik ke bukit Kuta Gle dibiarkan saja. Tapi ketika sebagian besar pasukan Belanda sedang mendaki, pasukan Panglima Said menggulingkan potongan batang kelapa yang telah duluan dipersiapkan dari atas bukit. Akibatnya batang kelapa itu menimpa pasukan Belanda dan mereka terjungkal ke sungai hingga tewas.

Benteng Kuta Gle baru bisa ditaklukkan pada tahun 1901. Seorang “Cuak” bernama panggilan Abu Pang. Ia berkhianat dengan membawa pasukan Belanda melalui jalan lain untuk menyerang benteng Kuta Gle. Oleh Belanda Abu Pang dimasukkan ke dalam sebuah guci agar tidak terlihat warga. Karena pengkhianatan itulah benteng Kuta Glee takluk dan dikuasai Belanda. Panglima Said sendiri waktu itu tewas di tempat bersama sebagian besar pejuang akibat pengkhianatan Abua Pang.

Mengenang peristiwa tersebut, sebuah monumen dibangun di kaki bukit Kuta Gle, tepatnya di ujung timur Jembatan Batee Iliek. Monumen itu kini menjadi tonggak sunyi ditengah keramaian wisatawan lokal yang mengunjungi areal wisata Krueng Batee Iliek setiap harinya. Jarang yang tahu bahwa di tempat rekreasi itu pernah terjadi sebuah pergoalkan besar melawan Belanda yang puluhan tahun berusaha menaklukkannya.

Syahid Lapan

Tak jauh dari Kuta Gle, sekitar beberapa belas kilometer ke arah timur. sebuah situs sejarah perjuangan melawan Belanda juga terdapat di Desa Tambue Kecamatan Simpang Mamplam Kabupaten Bireuen. Situs tersebut berupa makam delapan pejuang yang dinamai Syahid Lapan.

Dinamakan makam Syahid Lapan, karena di situ dimakamkan delapan pejuang yang gugur melawan Belanda. Mereka adalah Tgk Panglima Prang Rayeuk Jurong Binje, Tgk Muda Lem Mamplam, Tgk Nyak Balee Ishak Blang Mane, Tgk Meureudu Tambue, Tgk Balee Tambue, Apa Syehk Lancok Mamplam, Muhammad Sabi Blang Mane, dan Nyak Ben Matang Salem Blang Teumulek.

Kisah keheroikan para Syuhada Lapan sangat jelas tertulis pada dinding makam. Peristiwa heroik itu terjadi pada awal tahun 1902, para Syuhada Lapan menghadang pasukan marsose. Pasukan pribumi binaan Belanda itu berjumlah 24 orang. Mereka semuanya bersenjata api. Sedangkan pasukan delapan pejuang Aceh tersebut hanya bersenjatakan pedang. Tapi berkat semangat juang yang tinggi, mereka berhasil menewaskan semua marsose tersebut.

Setelah pasukan Lapan berhasil melumpuhkan semua serdadu marsose, lalu mereka mengumpulkan senjata milik penjajah tersebut. Mereka larut dalam euphoria kemenangan. Tanpa mereka sadari tiba-tiba sejumlah serdadu marsose lain datang dari arah Jeunieb memberi bantuan. Kedelapan pejuang itu diserang secara membabi buta dan gugur bersimbah darah.

Jasad para syuhada tersebut kemudian dikebumikan dalam satu liang. Sebab serdadu marsose mencincang-cincang bagian tubuh para pejuang tersebut dengan pedang milik mereka sendiri.

Kini, saban hari makam Syuhada Lapan banyak didatangi orang yang ingin bernazar. Bukan hanya dari Kabupaten Bireuen, tapi juga dari daerah lainnya di luar Kabupaten Bireuen. Setiap hari libur ada saja yang datang untuk melepas nazar, seperi menyembelih sapi atau kambing di Makam itu.

Para pengguna jalan juga selalu berhenti sebentar begitu tiba di depan kuburan Syuhada Lapan untuk memberi sumbangan. Di depan makam memang telah disediakan celengan beton berbentuk miniatur rumah. Konon kabarnya, apabila para pengguna jalan tidak berhenti dan memberi sedekah jika melewati makam tersebut, maka akan mengalami hambatan di perjalanan.

Yang agak unik makam Syuhada Lapan dinaungi sebatang pohon yang rindang, yakni pohon Sala Teungeut. Dinamakan pohom sala teungeut, karena sekitar pukul 18.00 WIB daun-daun pohon itu menguncup dengan sendirinya, seiring senja datang dan kembali mekar keesokan harinya. Pohon itu tiga tahun lebih muda dari usia makam Syuhada Lapan, sampai sekarang masih tetap kokoh dan kuat.

Heroisme Melawan Belanda


Heroisme perang melawan Belanda terjadi di seluruh Aceh. Namun beragam peritiwa sejarah tersebut seolah terlupakan. Perlawanan rakyat Aceh dimulai setelah Belanda menguasai pusat Kerjaaan Aceh (Dalam) pada 31 Januari 1874. Setelah agresi Belanda pada maret 1973 gagal total dengan tewasnya Jendral JHR Kohler di depan Mesjid Raya Baiturrahman.

Setelah menguasai Dalam, pihak Belanda melalui Letnan Jenderal van Swieten mengeluarkan proklamasi bahwa Pemerintah Hindia Belanda telah menggantikan kedudukan Sultan dan menempatkan Daerah Aceh Besar menjadi milik Pemerintah Hindia Belanda. Pihak Belanda berusaha agar daerah-daerah di luar Aceh Besar mengakui kedaulatan Pemerintah Hindia Belanda, dan jika tidak dapat dengan jalan damai, akan dilakukan dengan kekerasan.

Pihak Belanda menyangka dengan menduduki Dalam dan sebagian kecil daerah Aceh Besar serta dengan sebuah proklamasi, dapat membuat daerah Aceh lainnya takluk kepada Belanda. Kenyataannya, perlawanan pihak Aceh semakin berkobar.

Meskipun van Swieten telah memproklamasikan bahwa Pemerintah Hindia Belanda menggantikan kedudukan Sultan, pihak Aceh tetap mengangkat pengganti Sultan Alaiddin Mahmud Syah yang telah mangkat dengan Tuanku Muhammad Daud bergelar Sultan Alaiddin Muhammad Daudsyah (putra Tuanku Zainal Abidin bin Sultan Alaiddin Ibrahim Mansyur Syah).

Perlawanan pihak Aceh terus berlanjut hingga menjelang awal kedatangan Jepang (1942). Perlawanan tersebut dipimpin oleh ulama dan uleebalang serta disemangati oleh pengaruh syair-syair yang heroik dari penyair yang membangkitkan semangat dan antipati terhadap Belanda yang disebut sebagai kafir yang harus dilawan.

Syair-syair tersebut, di antaranya Hikayat Prang Sabi (Teungku Chik Pante Kulu), Hikayat Prang Kompeni (Do Karim/Abdul Karim), dan sebagainya. Antipati juga disebabkan oleh pihak Belanda yang tidak memperbolehkan rakyat Aceh untuk mengibarkan Bendera Alam Peudeueng dan harus mengibarkan Bendera Belanda.

Perlawanan rakyat Aceh dalam Perang Aceh sepanjang sejarah yang disebutkan di atas, melahirkan banyak catatan-catatan. Jenderal GP. Booms dalam bukunya De Erste Atjeh Expediti en Hare Enquete (Zentgraaf, 1938) menulis: “Blijkbaar rekende men dus op een gemakkelijke overwinning. De feiten, een jarenlange ervaring, hebben echtar getoond, dat men te maken had men telrijken, energieken vijand,… met een volk van een ongekende doodsveracting,dat zich onverwinbaar achtte… die ervaring leert in een woord, dat wij niet gestaan hebben tegenover een machteloozen sultan wiens rijk met den valvan zijn Kraton zou ineenstorten maar tegenover een volksoorlong, die behalve over al de materieele middelen vaqn het land, over geweldige moreele krachten van fanatisme of patriotisme beschikte..”

(“telah diperkirakan suatu kemenangan yang akan diperoleh dengan mudah. Akan tetapi, pengalaman bertahun-tahun lamanya memberikan petunjuk, bahwa yang dihadapi itu adalah musuh dalam jumlah besar yang sangat gesit, … suatu bangsa yang tidak gentar menghadapi maut, yang menganggap ia tidak dapat dikalahkan… Pengalaman itu memberi pelajaran, bahwa kita tidak dapat menghadapi seorang Sultan, yang kesultanannya akan berubah dengan jatuhnya Kraton, akan tetapi kita menghadapi rakyat yang menentukan harta-benda negara, memilki tenaga-tenaga moril, seperti cinta tanah air”).

Dalam sidang Parlemen Belanda pada 15 Mei 1877, Menteri Urusan Koloni Belanda memberikan jawaban atas interpelasi yang menyoalkan kegagalan Belanda itu, “Wij hebben te trotseeren gehad een ongekande doodsveracthing, een volk dat zich onverwinbaar achtte” (“Kita telah menghadapi maut, bangsa yang menganggap ia tidak sedikit pun gentar menghadapi maut, bangsa yang menganggap ia tidak mugkin dapat dikalahkan”).

Kegagalan Belanda itu terus saja dibicarakan, sampai Belanda pun menaruh hormat atas keberanian pejuang Aceh (baik pria maupun wanita). Rasa hormat itu sebagaimana diungkapkan Zentgraaff dalam bukunya Atjeh, yang menulis: “De Atjehschevrouw, fier en depper, was de verpersoonlijking van den bittersten haat jegens ons, en van de uiterste onverzoenlijkheid an als zij medestreed, dan deed zij dit met een energie en doodsverachting welke veelal die der mennen overtroffen. Zij was de draagster van een haat die brandde tot den rand van het graf en nog in het aangezicht van den dood spuwde zij hem, den kaphe in het gezicht”

(“Wanita Aceh gagah dan berani mereka pendukung yang tidak mungkin didamaikan, terhadap kita dan bila ia turut serta bertempur, dilakukannya dengan gigih dan mengagumkan, bersikap tidak takut mati yang melebihi kaum pria. Ia mempunyai rasa benci yang menyala-nyala sampai liang kubur dan sampai saat menghadapi maut, ia masih mampu mendahului muka si kaphe”).
 
Perang antara pihak Belanda dan pihak Aceh yang dikenal dengan Perang Aceh melahirkan pengakuan pihak Belanda. G.B. Hooyer (1897) menulis: “Geen benden van Diepo Negoro of Sentot, geen dweepzieke Padri’s, geen scharen Balineezen of ruitmassa’s der Bonieren ontwikkelden ooit zooveel dapperheid en doodsverachting in het gevecht, zooveel stoutheid bij den aanval, zooveel vertrouwen op eigen kracht, zooveel taaiheid in tegenspoed, als die door den vrijheidlievenden, fanatieken, voor den guerilla-krijg als geschapen Atjeher werden betoond. Daarom zal de Atjeh-oorlog steeds een leerschool blijven voor ons leger, …”

(“Tidak ada pasukan Diponogoro atau Sentot (Ali Basyah Prawiro Dirjo), tidak ada pasukan Padri yang sedemikian fanatiknya, tidak ada pasukan Bali atau pasukan berkuda orang Bone yang telah memperlihatkan keberanian dhttp://www.blogger.com/img/blank.gifan tidak gentar menghadapi maut di dalam pertempuran-pertempuran, disertai dengan kenakalan-kenakalan pada penyerangan, demikian penuh kepercayaan pada kekuatan sendiri, begitu gigih di dalam menghadang lawan, seperti yang diperlihatkan oleh orang Aceh yang cinta kemerdekaan, fanatik dan laksana dilahirkan untuk bergerilya. Karenanya, perang Aceh akan selalu merupakan sekolah tempat belajar untuk tentara kita, …”).

Zentgraaf, menutup dengan kalimat: “Cemme ils tombent bien…. en is er een volk op deze aarde dat de ondergang dezer heroike figuren niet met diepe vereering zou schrijven in het ziyner historie?” (… dan adakah suatu bangsa di bumi ini yang tidak akan menulis tentang gugurnya para tokoh heroik ini dengan rasa penghargaan yang sedemikian tingginya di dalam buku sejarahnya?”).

Sumber: Harian Aceh

Kondisi rumah keluarga Hamdi di Aceh Barat Daya
AMP - Rumah milik Hamdi (32) warga Desa Blang Padang, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sangat memprihatinkan dan tidak layak huni. Pasalnya, bangunan rumah yang terbuat dari pelapah batang rumbia dan beratap daun rumbia serta beralaskan tanah itu, ternyata luput dari perhatian pemerintah setempat dan tak tersentuh bantuan.

Jika dilihat dengan kasat mata, pelapah rumbia yang menutupi dinding rumah tersebut, mulai terlihat renggang seiring dengan usianya yang sudah mencapai lima tahun lebih. Namun Hamdi bersama istri dan satu orang anaknya tetap bertahan akibat keterbatasan ekonomi. Ia bekerja hanya sebagai seorang buruh tani di sawah milik orang lain.

Rumah pelapah rumbia milik Hamdi itu, persis dipinggir jalan kabupaten dan berada di tengah keramaian penduduk setempat. Namun sayang, bantuan untuk memperbaiki rumah mereka tak kunjung datang, meski diketahui sudah banyak orang berkepentingan mendokumentasikan rumahnya tersebut, akan tetapi hasilnya cuma pepesan kosong belaka.

Hal itu diakui, Muhammad Nur (60) ayah mertua dari Hamdi saat dijumpai media ini, Sabtu (30/1/2016) di depan rumahnya. Dalam keadaan lesu dan berpakaian seadanya, ia mengaku kalau rumah anak dan menantunya itu sudah terlihat tidak layak huni, karena sudah sangat lama dalam kondisi reot termakan usia, apalagi terbuat dari pelepah rumbia.

Meskipun demikian, M Nur bersama istri dan mertuanya serta cucunya yang masih kecil tetap mejalani hidup dengan apa adanya tanpa harus mengeluh, meski perihnya hidup yang melanda tempat tinggal mereka itu, hanya menjadi sebatas tontonan sebelah mata para warga yang melintas bahkan bisa jadi pejabat yang berada didaerah setempat.

“Sepengetahuan kami, sudah banyak yang datang untuk melihat rumah ini, dengan iming-iming memberikan bantuan, namun mereka hanya foto-foto saja, dan bantuan itu juga tak datang-datang,” sebutnya dengan nada sedih.

Melihat kondisi itu, Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) Perwakilan Abdya, Miswar SH mengatakan, pemerintah harus lebih komitmen dan memperhatikan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Abdya.

“Dengan kata lain, pemerintah harus peka dan merespon serius dengan kemiskinan masyarakat Abdya saat ini,” ungkapnya.

Dikatakannya, bantuan rumah dhuafa di Abdya sangat banyak, dan ada yang hingga saat ini belum ditempati. Namun anehnya, masih banyak masyarakat miskin yang belum memiliki rumah layak huni.

“Kita berharap, jangan sampai rumah itu disalurkan tak tepat sasaran, karena masih banyak warga yang terabaikan dan luput dari perhatian selama ini,” demikian tuturnya. [acehterkini]

Awan unik ini muncul pada Rabu pagi, 27 Januari 2016. Pengguna Facebook yang tinggal di sekitar gunung tersebut lantas banyak yang mengunggah foto-foto fenomena awan unik itu.
AMP - Sebuah fenomena alam unik baru-baru ini menjadi perbincangan netizen di media sosial Facebook. Fenomena yang sempat menghebohkan itu adalah awan 'tersangkut' di atas puncak Gunung Kie Matubu atau Gunung Tidore di Maluku Utara.
 
Awan unik ini muncul pada Rabu pagi, 27 Januari 2016. Pengguna Facebook yang tinggal di sekitar gunung tersebut lantas banyak yang mengunggah foto-foto fenomena awan unik itu.
Salah satunya adalah pemilik akun bernama Di M. Somadayo. Ia mengunggah dua buah foto yang menunjukkan fenomena awan unik itu. Bersama foto ia pun menuliskan ketakjubannya terhadap pemandangan langka yang terjadi di puncak Gunung Tidore itu.

"Pemandangan Kie Matubu "Tidore" di waktu pagi tadi... semoga ini pertanda Manis.. amin.." tulis Di M. Somadayo

Unggahan foto tersebut lantas banyak di-share netizen dan masih ramai diperbincangkan hingga sekarang.[dream]

Pasangan non-muhrim ini diperiksa diruang penyidik di kantor Satpol PP WH, Meulaboh
AMP - Sepasang kekasih tertangkap basah sedang berhubungan badan di sebuah wisma di Meulaboh, Aceh Barat. Mereka kemudian diserahkan kepada petugas, dan terancam hukuman cambuk 100 kali.

Namun, hukuman ini baru akan dijatuhkan jika perbuatan sepasang kekasih ini terbukti di pengadilan. "Tersangka terancam hukuman cambuk 100 kali jika nanti di pengadilan terbukti melakukan zina. Untuk membuktikan, harus ada saksi empat orang," kata Kasatpol PP WH Meulaboh, Ika Suharnas Adli, kepada wartawan, Jumat (29/1/2016).

Menurut Suharnas, sepasangan laki-laki dan perempuan non-muhrim itu ditangkap tangan tengah melakukan hubungan badan pada Kamis malam saat digerebek oleh pemilik wisma.

Setelah ditangkap basah, mereka diserahkan ke Kantor Satpol PP WH untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

"Mereka ditangkap pemilik wisma, Kamis malam, saat digerebek di kamar. Menurut pemilik wisma, mereka tengah melakukan hubungan suami istri. Tadi siang diserahkan ke kantor," katanya.

Satu pasangan berinisial IS merupakan warga Kabupaten Nagan Raya dan berprofesi sebagai sales sepeda motor.

Ia mengaku bahwa mereka telah menjalin kasih selama satu bulan.
Sementara itu, pasangan IS adalah ML, warga Aceh Barat yang bekerja sebagai kasir di wisma tersebut.

Keduanya mengaku kepada petugas telah melakukan hubungan badan sebanyak enam kali.

"Yang perempuan memang bekerja sebagai kasir wisma tersebut, sementara yang laki-lakinya sales sepeda motor.

Mereka telah lama dicurigai oleh pemilik wisma melakukan perbuatan mesum di dalam kamar sehingga tadi malam digerebek pemilik wisma," papar Suharnas.***

Sumber     :     tribunnews.com

AMP - Sel-sel teror yang terkait dengan kelompok radikal ISIS diyakini sedang berencana melakukan serangan-serangan teror di Rusia dan Eropa.

Juru bicara Komite Antiterorisme Nasional Rusia, Andrey Przhezdomsky mengatakan, para mantan perwira militer Irak yang bertugas semasa rezim mendiang diktator Saddam Hussein, tengah melatih para teroris yang dipimpin oleh warga Chechnya, Akhmed Chetayev.

"Badan-badan khusus Rusia mendapat laporan intelijen bahwa kelompok-kelompok Daesh tertentu sedang mempersiapkan serangan-serangan teroris di Rusia dan negara-negara Eropa," ujar Przhezdomsky seperti dilansir Press TV, Sabtu (30/1/2016). Daesh merupakan nama lain ISIS.

"Secara khusus, sebuah batalion yang dibentuk oleh para anggota dari Kaukasus Utara yang dipimpin oleh Akhmed Chetayev yang dijuluki si Satu Tangan, sedang merencanakan serangan," imbuhnya.

Kelompok tersebut termasuk puluhan orang yang dilahirkan di wilayah Rusia selatan yang pernah pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Przhezdomsky juga mengatakan, para petugas perbatasan dan pasukan keamanan Rusia terus berupaya untuk menghentikan aliran teroris dari dan ke Suriah melalui Turki.

"Pada 2015, kami menghentikan lebih dari 100 warga negara Rusia yang akan meninggalkan Rusia untuk bergabung dengan para militan itu," ujar Przhezdomsky.

Ditambahkan Przhezdomsky, badan-badan intelijen Rusia belum lama ini, menangkap empat militan yang baru tiba dari Suriah, yang berencana melakukan serangan teroris di salah satu kota-kota besar Rusia.(detik.com)

AMP - Sebanyak 10 anggota Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sadar dan kembali tengah-tengah masayarakat hari ini, Jumat (29/1) terbang ke Jakarta.

“Ya benar hari ini mereka akan ke Jakarta," ujar Kapendam XVII Cenderawasih Kolonel  Teguh Pudji Raharjo saat dikonfirmasi SP, Jumat (29/1) pagi  pukul 9.48 WIT.

Mereka diajak ke Jakarta untuk memperlihatkan bahwa Indonesia itu luas  dan terus membangun untuk kemajuan  bangsa dan rakyatnya.

“Kita mau memberitahu apa yang sedang terjadi sekarang dan tentu mau memperlihatkan kepada saudara-saudara kita ini bahwa inilah negara kita yang kita cintai dengan segala pembangunan yang terus jalani. Ini agar saudara-saudara kita  bila kembali ke daerahnya juga  turut  serta  membangun dirinya dan daerahnya menjadi lebih maju," ujar Kapendam.

Mereka yang ke Jakarta adalah Teranus Enumbi, Yandu Enumbi, Telak Kogoya, Tendison Enumbi, Paindin Enumbi, Yakingga Enumbi, Berenggup Enumbi, Kopinggup Enumbi, Lendi Enumbi, dan Tendiron Enumbi. 10 anggota  (TPN- OPM) yang merupakan anak buah Goliat Tabuni yang bermarkas di Tinggiambut, Kabupaten Puncak Jaya Papua.

Selama di Jakarta, mereka akan bertemu Kepala BIN lalu ke Markas Kopassus,  TMII,  Monas,  Taman Safari, Mangga Dua Mall,  Ancol,  Mall Taman Anggrek juga  Gereja Imanuel.‎ Dan akan kembali ke Jayapura  Papua  4 Februari  2016.

Seperti diberitakan sebelumnya, Bupati Puncak Jaya Henock Ibo mengatakan, 10 anggota Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) pimpinan Goliat Tabuni yang bermarkas di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya Papua telah menyerahkan diri dan bergabung dengan NKRI. Mereka langsung mendatangi Bupati Henock di Mulia, ibukota Kabupaten Puncak Jaya.

Kepada wartawan di Mapolda Papua, Selasa (26/1), Henock Ibo mengaku sejak 8 Desember 2012, dirinya bersama dengan TNI/Polri terus melakukan pendekatan kepada kelompok ini.

Kata dia, ada dua orang pengawal Goliat Tabuni, yakni Teranus Enumbi yang merupakan Komandan Pleton TPN/OPM wilayah Tingginambut, dan Melodi Wonda yang merupakan pengawal Goliat ikut menyerahkan diri.

"Saat ini sudah ada 10 orang yang kami bawa turun ke Jayapura dan kami inapkan di salah satu hotel. Rencananya kami ingin membawa mereka ke Jakarta dan melihat sejumlah kemajuan di ibukota," kata Hencok.

Dia menambahkan Terinus dan Melodi memegang peranan penting dalam perlindungan untuk Goliat, apalagi keduanya memiliki senjata api. Senjata yang mereka miliki masih disimpan di rumah masing-masing.

"Saat ini yang terpenting kedua pengawal Goliat sudah menyatakan diri bergabung dengan NKRI dan untuk masalah Goliat Tabuni tinggal menunggu waktu saja, sebab hubungan pemerintah dengan Goliat juga sudah dibangun lama," ujar Henock. [SuaraPembaruan]

AMP - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Dalam Negeri untuk mencabut sebanyak 3.000 peraturan daerah yang bermasalah.

"Sudah cabut semuanya saja, cepat-cepatan. Entah mengenai tarif, kan menyusahkan rakyat. Entah namanya perizinan yang bertolak belakang dengan undang-undang yang ada," kata Jokowi dalam sambutannya saat pembukaan Konferensi Nasional Forum Rektor Indonesia 2016 di Universitas Negeri Yogyakarta, kemarin

Menurut Presiden, kementerian berkewenangan untuk mencabut seluruh perda bermasalah tersebut tanpa kajian yang dapat memakan waktu.

"Aturan segini banyak, 3.000 ini mungkin akhir tahun bisa pak menteri ya. Jangan dikaji pak menteri," kata Jokowi kepada Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang juga hadir dalam acara tersebut.

Presiden menjelaskan aturan yang rumit akan semakin menyulitkan pembangunan dan kemajuan ekonomi bangsa. Negara, jelas Jokowi, membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan pembangunan.

"Kenapa membuat aturan segitu banyak untuk apa? Kan menjerat kita sendiri, kita tidak lincah, kita tidak cepat," jelas Presiden.

Presiden mengungkapkan salah satu kuncinya adalah dengan membangun mentalitas bangsa yang berkompeten dan profesional.[Rima]

AMP - Oknum pejabat pemerintah kecamatan di Nagan Raya dituding melakukan pemotongan Rp 1 juta per desa setiap penarikan dana desa. Pemotongan dana desa tersebut dilakukan pemerintah kecamatan saat aparatur gampong mengambil uang di bank atas persetujuan pihak kecamatan.

"Saat kami ambil uang di bank, oknum di kantor camat minta Rp 1 juta, sekali penarikan," kata seorang bendahara desa di Nagan Raya, kemarin, sambil berpesan agar AJNN tak menuliskan namanya.

Tak hanya itu, kata sumber tersebut, dalam penyusunan RPJMDes, sejumlah desa di Nagan Raya dipaksa membayar Rp 2,5 juta agar proses penyusunannya berjalan singkat. Desa dengan sumber daya manusia terbatas, mau tak mau, terpaksa menyetor uang dengan jumlah tersebut.

Selain itu, pemerintah kecamatan di Nagan Raya juga menyunat Rp 17 juta lebih dana desa untuk pengadaan buku Simkudes; petunjuk teknis dan pelaporan keuangan desa. Padahal, prosedur dan teknis Simkudes dimaksud mudah di-browsing di internet, terutama pada website kementerian desa.

Dalam pembangunan kantor desa, kata sumber tersebut, beberapa desa di Nagan Raya, merobohkan kantor desa lama guna untuk membangun kantor baru. Terkait persoalan tersebut, sejumlah camat di Nagan Raya mengaku sama sekali tidak melakukan pemotongan dana desa, namun sebagian lain belum siap dikonfirmasi wartawan.

Camat Senagan, Muhajir Hasballah, mengaku dirinya tidak pernah meminta dan memotong dana desa saat memberi rekomendasi pengambilan dana desa di bank. Hal yang sama juga disampaikan Suarno, Camat Kuala. "Setahu saya tidak pernah intruksikan sama anak buah. Saya sudah wanti-wanti,” kata dia. [AJNN]

AMP - Menjelang Pilkada 2017 di Aceh, satu-persatu para tokoh menyatakan maju sebagai calon kepala daerah. Termasuk di Aceh Utara, setelah Iskandar Ishaq, kini muncul mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Aceh Utara -  Lhokseumawe, menyatakan siap mencalonkan diri sebagai bupati.

Menurut email dikirim Ridha Amany kepada GoAceh.co, Jumat (29/1/2016) disebutkan, pihaknya melihat di Bupati Aceh Utara, H. Muhammad Thaib sudah mendapatkan dukungan dari eks Tripoli Libya untuk maju kembali sebagai calon bupati.

Sama halnya pengusaha asal Aceh Utara Iskandar Ishaq yang telah menyatakan siap untuk meramaikan bursa pencalonan calon kepala daerah Aceh Utara. Bahkan mengatakan, telah mengantongi restu dari berbagai pihak untuk dicalonkan.

Tak kalah menariknya juga, mantan aktivis HMI Aceh Utara - Lhokseumawe yang juga alumni STAIN Malikussaleh Alfiannur Amin, S.HI akan memberikan warna baru pada Pilkada 2017 mendatang.

"Ya, Insya Allah saya akan maju melalui jalur independen pada Pilkada Aceh Utara. Untuk menjawab harapan rakyat, saya juga telah mendapat restu dari berbagai kalangan, baik teungku, pemuda dan para tokoh masyarakat. Insya Allah dalam waktu dekat akan dideklarasikan tim Rapai Pasee (Rakan Perjuangan Alfiannur - Pasee)," ujarnya Alfiannur.

Sambungnya, saat ini, tim pemenangan Rapai Pasee sedang melakukan penjajakan terhadap pasangan calon wakil bupati Aceh Utara yang akan mendampingi. Nama-nama hasil penjaringan nantinya juga akan diumumkan pada deklarasi tim pemenangan.

Tokoh muda itu disebutkan, memiliki banyak pengalaman dalam dunia organisasi, dan tak asing di kalangan masyarakat Aceh Utara. Dia akan mengusung tema Pasee Berjaya. [goaceh.co]

AMP - Bicara wanita, Aceh tak hanya memiliki Cut Nyak Dien ataupun Cut Mutia sebagai wanita perkasa. Pun tak hanya Syeikh Keumala Hayati yang menurut sejarah mampu melawan dan menumbangkan 100 prajurit Portugis dalam medan pertempuran pada tahun 1600-an. Berdasarkan kajian sejarah, Putroe Neng juga disebut-sebut sebagai wanita perkasa. Disebutkan, ia tak hanya menumbangkan para lelaki di medan perang, Putroe Neng juga telah menumbangkan 99 lelaki perkasa di ranjang pengantinnya.

Dalam novelnya yang berjudul “Tatkala Malam Pertama Menjadi Malam Terakhir Bagi 99 Lelaki”, Ayi Jufridar mengungkap kisah percintaan Putroe Neng dengan 100 lelaki yang pernah menjadi suaminya.
Nian Nio Lian Khie begitulah nama aslinya sebelum memeluk Islam dan menikah dengan Sultan Meurah Johan. Putroe Neng adalah seorang komandan perang wanita Negeri Tiongkok, berpangkat Jenderal dari China Buddha.

Meurah Johan sendiri adalah seorang pangeran yang telah mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Putroe Neng di medan tempur. Meskipun pada akhirnya bertekuk lutut di medan tempur, namun Putroe Neng nyatanya tidak pernah menyerah di medan ranjang.

Meurah Johan bersimbah darah, terbujur kaku dengan sekujur tubuh membiru akibat senjata mematikan yang dimiliki oleh Putroe Neng.  Tak hanya sebagai suami pertama, Meurah Johan juga menjadi laki-laki pertama yang merasakan dahsyatnya senjata pamungkas Potroe Neng. Walaupun tidak pernah bermaksud untuk membunuh suaminya sendiri, namun senjata yang dimiliki oleh Putroe telah memakan korban pertama hingga 98 korban berikutnya. Senjata itu adalah racun yang ditanam dalam kemaluannya sendiri, yang dipasang oleh neneknya, Khie Nai-nai saat Putroe remaja.
Di atas ranjang malam pertamanya, Sultan Meurah Johan pun tergeletak dengan tubuh yang sudah membiru. Sebiru lautan lamuri di siang hari.

Memang bukan keinginan Putroe Neng untuk menjadikan malam pertama menjadi malam terakhir bagi suami-suaminya. Karena sesungguhnya, racun yang ditanam nenek Putroe didalam kemaluannya tersebut  hanya sebagai  bentuk antisipasi dan senjata ampuh agar Putro tidak menjadi korban keganasan perang di luar ancaman fisik lainnya.

Dari sinilah kisah 99 lelaki yang menjadikan malam pertama sebagai malam terkahirnya dimulai. Setiap lelaki yang menikah dengan Putroe Neng menjemput ajalnya di ranjang pengantin saat malam pertama. Sebanyak 99 lelaki selalu mengatakan akan bermalam pertama dengan Putroe Neng, tapi tak pernah ada yang berhasil mengatakan “aku telah melewati malam pertamaku dengan Putroe Neng”
Sampai tiba saatnya, seorang Syeikh Syiah Hudam yang berpuluh-puluh tahun menjadi guru Putroe hendak meminang Putroe sebagai istrinya. Kelak Syeikh Syiah Hudam inilah yang berhasil mengatakan “aku telah melewati malam pertamaku bersama Putroe Neng dengan bahagia”

Seorang penjaga makam Putroe Neng bernama Cut Hasan mengkisahkan bahwa sebelum bercinta dengan Putroe Neng, Syiah Hudam berhasil mengeluarkan bisa dari alat genital Putroe Neng tanpa Putroe sadari. Racun tersebut dimasukkan ke dalam bambu dan dipotong menjadi dua bagian. Satu bagian dibuang ke laut, dan bagian lainnya dibuang ke gunung.

Disebutkan, Syiah Hudam yang menjadi suami ke-100 sekaligus suami terakhir Putroe, selamat dari kemelut malam pertama Putroe Neng, karena ia memiliki mantra penawar racun. Sayangnya, setelah racun tersebut keluar, cahaya kecantikan Putroe Neng meredup. Sampai ajal menjemputnya, Putroe Neng tidak mempunyai keturunan.

Putroe Neng disemayamkan bersama belasan korban perang Aceh abad 11 Masehi, di dalam kompleks pemakaman Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe. Letaknya persis di pinggir Jalan Medan-Banda Aceh (trans-Sumatera), yang kini sedang disiapkan menjadi lokasi cagar budaya.

Tak banyak referensi yang berhasil menggali kebenaran kisah tersebut. Menurut budayawan Aceh, Syamsuddin Djalil alias Ayah Panton, kisah kematian 99 suami hanya legenda meski nama Putroe Neng memang ada. Menurutnya, kematian itu adalah tamsilan bahwa Putroe Neng sudah membunuh 99 lelaki dalam peperangan di Aceh. Syamsuddin Jalil mengatakan bahwa sulit ditelusuri dari mana muncul kisah tentang kemaluan Putroe Neng  yang mengandung racun. Ali Akbar yang banyak menulis buku sejarah Aceh pun juga mengakui kisah kematian 99 lelaki itu hanyalah legenda.

Berbeda dengan Cut Hasan, penjaga makam Putroe Neng, menurutnya kisah kematian 99 suami Putroe Neng bukanlah mitos. Ia mengaku mengalami beberapa hal gaib selama menjadi penjaga makam. Ia bermimpi berjumpa dengan Putroe Neng dan dalam mimpi itu diberikan dua keping emas. Paginya, Cut Hasan benar-benar menemukan dua keping emas berbentuk jajaran genjang dengan ukiran di setiap sisinya. Satu keping dipinjam seorang peneliti dan belum dikembalikan. Sementara satu keping lagi masih disimpannya hingga sekarang.[sayangi.com]

AMP - Calon Gubernur H Muzakir Manaf atau akrab disapa Muallem dianggap mampu memenangkan pilkada 2017, Muallem juga diprediksikan mampu menguasai suara-suara dikabupaten Aceh Jaya.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua PA DPW Aceh Jaya, Bustami (28/01/2016) saat berbincang – bincang dengan wartawan di Teunom kabupaten setempat, Bustami optimis Muallem akan terpilih sebagai Gubernur Aceh 2017-2022, menurut Bustami, hasil pembicaraan dirinya dan masyarakat Muzakir sangat diharapkan untuk memimpin Aceh ke depan.

“Kita lihat juga, antusias masyarakat kabupaten lain, selain Aceh Jaya yang di barat selatan Aceh, juga masih mengharap Muallem bisa memimpin Aceh ke depan”, kata Bustami

Eks Kombatan GAM itu, yakin hanya sosok Muzakir Manaf yang mampu membuat perubahan Aceh sesuai MOU Helsinki, PA dan KPA beserta seluruh masyarakat Aceh Jaya dari semua elemen akan membuktikan persentase kemenangan Muzakir di Aceh Jaya akan mendapatkan peringkat atas.

“Bersatulah rekan seperjuangan dan ajaklah rakyat kita untuk mensukseskan Muallem, menang di pilkada 2017 nanti”. Ajak Bustami.[KI]

AMP - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam ceramahnya menyampaikan bahwa banyak cara dilakukan negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia, salah satunya dengan cara membuat proxy war.

Proxy war merupakan kondisi perang di mana dua pihak yang saling berseteru tidak melakukan kontak serangan secara langsung. Serangan dilakukan dengan menggunakan pihak ketiga sebagai alatnya. Biasanya,  target serangan proxy war ini adalah sumber daya alam suatu negara.

Saat ini, kata Panglima TNI, sudah terasa adanya proxy war dan kita harus waspadai karena sudah menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Caranya dengan menguasai media di Indonesia dengan menciptakan adu domba TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pemecah belah partai dan penyelundupan narkoba sudah jauh-jauh hari dilakukan”, kata Panglima TNI saat berceramah dengan tema  'Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri Sebagai Modal Membangun Menuju Indonesia Emas' di hadapan 240 peserta unsur Pimpinan Bank BNI, bertempat di ruang Banyan I, Hotel Rancamaya, Bogor, Jawa Barat, Kamis (28/1/2016).

Lebih lanjut dia menegaskan, ancaman bangsa Indonesia adalah melalui proxy war tersebut yaitu perang melalui berbangsa dan bernegara, khususnya perang melalui berbagai kehidupan berkeluarga.

Sementara itu terkait pergeseran peta konflik dunia pada masa depan, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan akan bermotif penguasaan sumber pangan, air bersih dan energi hayati yang semuanya berada satu lokasi yaitu di daerah ekuator.

Di hadapkan pada kondisi geografis Indonesia yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun dan kekayaan alamnya, maka Indonesia merupakan sumber energi, sumber pangan dan sumber air bersih yang akan menjadi incaran kepentingan nasional negara-negara asing di masa depan.

“Agar Indonesia ke depan tidak memburuk karena kehabisan sumber energi hayati, pangan, sumber air, maka harus adanya revolusi mental dengan menjalankan dan mengamalkan Pancasila dari sila pertama sampai kelima dengan benar, berdemokrasi sesuai dengan Pancasila maka kemakmuran dan keadilan akan bisa terwujud di Indonesia”, tutur Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Mengakhiri ceramahnya, Panglima TNI berpesan kepada peserta agar terus bermimpi yang setinggi-tingginya dengan sikap konsisten dalam bermimpi dengan tetap berdoa. [rimanews]

AMP - Dalam sidang lanjutan peninjauan kembali (PK) Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang berlangung, Selasa (26/1/2016) di Pengadilan Negeri (PN) Cilacap, Habib Muhammad Rizieq Syihab, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) memberi kesaksian di depan majelis hakim.

Habib Rizieq menguraikan secara detil kronologis asal mula terjadinya latihan militer di Aceh yang menyeret nama Ustadz Ba’asyir.

Habib Rizieq mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil investigasi FPI, ternyata oknum-oknum anggota Polri aktif yang menyiapkan persenjataan serta menyiapkan latihan menembak di Mako Brimob.

“Yang menyediakan senjata adalah anggota Brimob, yang menyiapkan tempat latihan menembak juga anggota Brimob dan latihan tembaknya juga di markas Mako Brimob,” kata Habib Rizieq seperti dikutip Panjimas.

Kemudian, pelatihan militer atau i’dad di Aceh tersebut dituding oleh pemerintah sebagai pelatihan teroris, dalam hal ini menyeret Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebagai terdakwa dan divonis selama 15 tahun penjara.

Jika demikian halnya, maka pelatihan militer di Aceh dan juga di Mako Brimob, jelas saling berkaitan. Jika pelatihan militer di Aceh adalah pelatihan teroris maka Mako Brimob adalah sarang teroris.

“Jadi kalau itu dikategorikan latihan teroris, maka markas Brimob di Kelapa Dua adalah sarang teroris!” tegas Habib Rizieq.

Oleh sebab itu, Habib Rizieq menduga ada konspirasi intelijen di balik pelatihan militer Aceh, untuk menjebak para aktivis Islam dan menjerat tokoh Islam, seperti Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.* [voa-islam.com]

AMP - Dana abadi dan dana cadangan milik Pemerintah Aceh hingga kini masih mengendap di rekening. Nilainya hanya Rp 900 miliar yang disimpan di Bank Aceh dalam bentuk Depesito.

Padahal, berdasarkan dokumen yang diperoleh AJNN, dana abadi dan cadangan sudah dideposito sejak tahun 2005 masa Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Mustafa Abubakar.

Musatafa Abubakar menempatkan dana abadi sebesar Rp 200 miliar yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Nangroe Aceh Darusalam Nomor 09 tahun 2005 tentang Dana Milik Daerah dalam Bentuk Deposito.

Dana itu dibagi dua, untuk cadangan umum sebesar Rp 55 miliar dengan nomor rekening 01.02.570482.0 dan Rp 145 miliar dalam rekening 01.02.571159.1. Keduanya disimpan dalam bentuk deposito pada Bank Aceh.


Berikut perjalanan dana abadi dan dana cadangan Pemerintah Aceh berdasarkan dokumen yang diperoleh AJNN :

1. Tanggal 25 April 2005 pelaksana tugas Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalan (NAD) Azwar Abubakar menetapkan peraturan gubernur provinsi NAD nomor 9 tahun 2005 tentang penempatan dana milik daerah dalam bentuk deposito. Uang milik daerah yang dapat didepositokan adalah uang kas daerah yang belum digunakan (idle money), yang terdiri dari:

- Dana cadanagn yang telah ditetapkan dalam APBD tahunan tetapi belum ditetapkan pengunaannya.

- Saldo kas daerah bulanan yang diperkirakan belum dimanfaatkan untuk masa 3 (tiga) bulan kedepan setinggi-tingginya 35% dari jumlah saldo kas daerah.

- Dana Abadi Pendidikan yang disisihkan dari pendapatan dana pendidikan pada setiap tahun anggaran.

2. Tanggal 11 Mei 2006 Pj. Gubernur provinsi NAD Mustafa Abubakar menetapkan peraturan Guebernur nomor 19 tahun 2006 tentang penempatan dana milik daerah dalam bentuk deposito dan Pergub NAD nomor 9 tahun 2005 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. Dana milik daerah yang dapat di depositokan adlah uang kas daerah yang sementara belum digunakan (idle money), terdiri dari:

- Dana cadangan yang telah ditempatkan dalam rekening dana cadangan yang belum ditetapkan penggunaannya.

- Saldo kas daerah atau sisa lebih tahun anggaran yang lalu yang belum digunakan.

3. Tanggal 16 Mei 2006 pelaksana tugas Sekda Provinsi NAD Husni Bahri TOB, SH, MM, M.HUM mengeluarkan surat dengan nomor: KU.584/165/2006 kepada Direksi PT. Bank BPD Aceh terkait pemindahbukuan dana saldo kas daerah dalam bentuk deposito dan hasil bunga atas dana deposito dibukukan sebagai penerimaan bunga dalam rekening Kas Daerah Nomor 01.02.120003-4

4. Tanggal 22 Mei 2006 surat deposito berjangka yang dikeluarkan oleh PT. Bank BPD Aceh terkait penerimaan dana deposito berjangka 3 bulan dengan suku bunga 9% pada rekening nomor 03.02.073331-8 sebesar Rp 1.844.000.000.000, dari Pemerintah Provinsi NAD.

5. Tanggal 17 Januari 2011 Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menetapkan peraturan Gubernur Aceh nomor 2 tahun 2011 tentang pencairan dan Penempatan Dana Milik Pemerintah Aceh dalam bentuk deposito. Dalam pasal 1, disebutkan dana yang didepositokan adalah:

- Dana cadangan yang telah ditempatkan dalam rekening dana cadangan yang belum ditetapkan penggunaannya.

- Saldo Kas Umum Aceh atau Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya yang belum digunakan dn tidak mengganggu likuiditas keuangan daerah.

- Dana Abadi Pendidikan yang disisihkan dari penerimaan dana Pendidikan selama 3 tahun anggaran (dari 2003 s.d 2005)

Dalam pasal 2, disebutkan jumlah dana deposito yang dicairkan berasal dari SILPA sebesar Rp 1.844.000.000.000, dan jumlah dana yang masih tetap dalam deposito adalah dana yang telah ditetapkan dalam rekening dana cadangan yaitu sebesar Rp 195.000.000.000, yang terdiri dari dana cadanagn umum sebesar Rp 55.000.000.000, dan Dana Abadi Pendidikan sebesar Rp 140.000.000.000, dengan terbitnya pergub ini, Pergub nomor 19 tahun 2006 tentang penempatan dana milik daerah dalam bentuk deposito dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

6.Tanggal 17 Januari 2011 Sekretaris Daerah Provinsi Aceh T.Setia Budi mengeluarkan surat pencairan dana deposito dengan nomor 900/1363 sebesar Rp 1.844.000.000.000, dan dipindahbukukan ke rekening nomor 010.01.02.121090.1 a.n Dana Perimbangan Pusat dan Daerah. Pencairan dana deposito dimaksud tidak dikenakan pinalti dan bunga dapat diperhitungkan bunga berjalan mengingat jatuh tempo pada tanggal 22 Februari 2011.

7. Tanggal 18 Januari 2011 PT. Bank BPD Aceh mengeluarkan Nota Debet Pemindahanbukuan dana deposito pemerintah sebesar Rp 1.844.000.000.000, dari rekening nomor 03.02.073331-8 ke rekening nomor 010.01.02.121090.1.

8. Tanggal 4 Febuari 2011 Print out Rekening Koran Giro Periode 1 Januari 2011 s/d 31 Januari 2011 pada rekening dana perimbangan pusat dan daerah No. 010.01.02.121090-1 tercatat saldo awal sebesar Rp 1.924.513.238.40, dan saldo akhir sebesar Rp 1.852.846.274.202.31.

9. Rancangan Qanun tentang dana abadi pendidikan tertanggal 28 Juni 2012, dalam pasal 4 ayat (1) disebutkan dana abadi pendidikan bersumber dari dana cadangan Pemerintah Aceh, Dana Otonmi Khusus, Tambahan dana bagi hasil migas dan pendapatan lain-lain yang sah.


Dana cadangan Pemerintah meliputi dana abadi pendidikan, dan dalam pasal 4 ayat (2) disebutkan dana cadangan pendidikan, dana cadangan umum dan deposito dana pendidikan. Sementara dalam penjelasan pasal 2 ayat (2) dijelaskan deposito dana pendidikan pada deposito Kas Aceh sejak tahun 2005 sampai sekarang sebesar Rp 1,269 Triliun dari Rp 1.844.000.000.000, dana milik Pemerintah Aceh pada rekening BPD Aceh Nomor 01.02.121252-8

10. Tanggal 4 Februari 2011 Print Out rekening koran giro periode 1 Januari s/d 31 Januari 2011 pada rekening dana perimbangan pusat dan daerah No. 010.01.02.121090-1 tercatat saldo akhir sebesar Rp 1.852.846.274.202.31.

11. Tanggal 3 September 2012 Print Out rekening koran giro periode 1 Januari 2012 s/d 3 September 2012 pada rekening dana cadangan umum No. 010.01.02.570482-0 tercatat saldo awal sebesar Rp 153.765.025.766.00, dan saldo akhir sebesar Rp 154.045.167.171.00,

12. Tanggal 3 September 2012 Print Out rekening koran giro periode 1 Januari 2012 s/d 3 September 2012 pada rekening dana abadi pendidikan No. 010.01.02.571159-1, tercatat saldo awal sebesar Rp 150.982.361.147.00, dan saldo akhir sebesar Rp 151.170.287.027.00,

13. Tanggal 3 September 2012 Print Out rekening koran giro periode 1 Januari 2012 s/d 3 September 2012 pada rekening dana cadangan pendidikan No. 010.01.02.571160-6 tercatat saldo awal sebesar Rp 245.079.214.367.00, dan saldo akhir sebesar Rp 247.540.675.118,00.

14. Tanggal 03 September 2012, berdasarkan data rekening koran giro sebagaimana dikeluarkan oleh PT. Bank Aceh diketahui bahwa rekening dana perimbangan pusat dan daerah No. 010.01.02.121090-1, telah terjadi mutasi akhir penarikan sebesar Rp 797.625.937.686.81 dan pada saat bersamaan posisi akhir nilai dana dalam rekening tersebut adalah 0 rupiah.

15. Tanggal 4 September 2012 Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aceh, Drs. Paradis, M.Si, ,menjelaskan dana deposito sebesar Rp 1.844.000.000.000 telah dicarikan kembali sesuai dengan Pergub Nomor 2 tahun 2011 dan telah dipindahbukuan kembali ke rekening Kas Daerah pada tanggal 18 Januari 2011 dengan rekening nomor 010.01.02.121090.1, dan sampai dengan 3 September 2012 dana pada nomor rekening tersebut tersisa sebesar Rp 295.287.144.519,81, dan akan digunakan untuk pembiayaan program kegiatan tahun 2012. [AJNN]

Burhanuddin (25), narapidana yang diamankan setelah menghisap sabu di Rutan Lhoksukon.
AMP - Burhanuddin (25) diamankan ke Polres Aceh Utara setelah menghisap sabu di dalam Rutan Lhoksukon, Rabu (27/1/2016) pukul 20.30 WIB. Ia merupakan narapidana kasus narkotika dengan vonis hukuman 4 tahun penjara.

“Saat kamarnya digeledah, petugas menemukan alat hisap (bong), sebuah pirek kaca dan plastik bening. Petugas tidak menemukan sabu karena sudah dihisap habis. Ia mengaku memakai sabu di dalam rutan karena sudah ketagihan atau kecanduan,” kata Kepala Rutan Lhoksukon,  Effendi kepada Pikiran Merdeka, Kamis (28/1/2016).

Ia menyebutkan, Burhanuddin tercatat sebagai warga Desa Teupin Kuyun, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara. Ia baru menjalani masa hukuman satu tahun enam hari dari total 4 tahun. “Usai diamankan sipir, Burhanuddin dibawa ke Polres Aceh Utara untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya.

Kapolres Aceh Utara AKBP Achmadi melalui Kasat Narkoba AKP Mukhtar secara terpisah menyebutkan, Burhanuddin mengakui mengisap sabu yang diantar temannya ke Rutan.

“Menurut pengakuan Burhanuddin, sabu itu dimasukkan ke dalam rutan dengan cara diselipkan di dalam roti. Kasus ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut,” katanya.

Dia menjelaskan, Burhanuddin memang sempat dimintai keterangan dan dibawa ke Polres, tapi saat ini sudah dikembalikan ke rutan mengingat statusnya narapidana. “Kami sedang memburu pengantar sabu ke rutan untuk Burhanuddin,” tegas AKP Mukhtar.[pikiranmerdeka]

AMP - Jenazah Junaidi alias Edi ( 35), TKI asal Desa Bintah, Kecamatan Madat, Aceh Timur, Rabu (23/1/2015) tiba di rumah duka.

Edi tewas dibunuh di kawasan Cyberjaya Malaysia, Sabtu (23/1/2015) dengan cara dikeroyok.

Jenazah pria yang sudah 10 tahun lebih merantau ke Malaysia ini tiba melalui Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, dan dilanjutkan dengan perjalanan darat ke kampung halamannya.

Kepulangan jenazah disambut ratusan pelayat dan disertai isak tangis keluarga. Apalagi, sejak merantau ke negeri jiran 2005 silam, korban tidak pernah pulang.[serambinews.com]

AMP - Sebuah kabar yang menghebohkan  dunia maya tentang seorang Pemuda dengan nama Junaidi (35) yaitu sarjana lulusan Akper Kota Langsa itu dikabarkan meninggal dunia setelah dibunuh rekan kerjanya di Malaysia, bahkan foto pelaku tersebar di jejaring sosial.

Dari foto tampak mayat dalam keadaan telungkup dengan kondisi kepala terluka dan dari mulutnya mengeluarkan daran segar disebuah kawasan di kota Cyber Jaya,Malaysia.

Dan foto pelaku yang diduga berasal dari madura tersebut jadi perbincangan masyarakat Aceh dan juga jejaring sosial saat ini

 " WANTED, PDRMroyal Malaysia...HARAP TANGKAP ORANG INI, PEMBUNUN WARGA ACHEH,DISIBERJAYA".

Sebelumnya, M Nasir (56), ayah kandung korban kepada Pikiran Merdeka menyebutkan, anaknya bekerja di Malaysia sejak tahun 2005. Selama merantau, ia ada beberapa kali mengirim uang untuk biaya ibunya berobat. Tapi kini ibunya telah tiada.


“Ada warga desa yang seumuran dengan anak saya mengatakan melihat foto Junaidi terpampang di media sosial. Kabarnya anak saya telah meninggal dibunuh rekan kerjanya dengan luka di bagian leher. Kami sangat terpukul mendengar kabar ini,” ujarnya.

Menurut M Nasir, ia terakhir kali berbicara dengan anaknya via handphone pada 2015 lalu. Saat itu ia berpesan kepada anaknya agar jangan pernah tinggalkan shalat. Di lain pihak, kala itu anaknya mengatakan akan pulang pada 2016.

“Jasad anak saya dipulangkan dengan pesawat dari Malaysia hingga Medan. Saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah duka, kabarnya akan tiba pukul 16.00 WIB nanti,” katanya.


Sebagai orang tua yang ditinggalkan anaknya dengan cara yang tidak wajar, M Nasir berharap Polisi Malaysia segera menangkap pelaku pembunuhan anaknya. “Saya harap ada keadilan untuk anak saya,” tutupnya dengan nada sedih. [Red]

Anggota Polres Cilegon, Briptu MAS, diduga pacari siswi SMA swasta
AMP - Harapan tinggi tertanam kuat dari hati orangtua kepada anak-anak mereka. Salah satu mimpi paling terbesar adalah memberikan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Alasan itulah yang membuat mereka rela bekerja membanting tulang demi mimpi-mimpinya.

Namun, seorang ayah asal Merak, Kota Cilegon malah mendapatkan cerita yang membuat hati terenyuh. Gara-gara ulah seorang anggota kepolisian, putrinya diperlakukan secara tidak senonoh dan dapat merusak masa depannya.

Curhatan pilu ini ditulisnya sendiri dengan akun Delis76. Dia menceritakan dan mengunggah foto-foto perilaku kelakuan polisi itu terhadap anak perempuannya. Dia juga mengaku telah melaporkan kasus itu ke Propam Polres Cilegon.

Mirisnya, polisi ini bukannya mendukung putrinya agar segera lulus sekolah, pelaku malah memintanya membolos. Tak hanya itu, polisi yang diketahui bertugas di Polsek Merak itu juga kerap mengajak anaknya ke sebuah kamar.

Kelakuan tersebut diketahuinya saat memeriksa telepon selular anaknya. Di sana, dia melihat sejumlah foto tak senonoh yang dilakukan polisi berinisial Briptu MAS.

Selidik punya selidik, Briptu MAS ternyata telah memiliki seorang istri. Dia menduga putrinya sengaja dijadikan selingkuhan, padahal usianya belum pantas untuk diperlakukan layaknya seorang gadis yang bisa diperlakukan seenaknya.

Berbagai upaya dia lakukan demi mendapatkan keadilan atas perlakuan polisi berinisial Briptu MAS, salah satunya melaporkan kelakuannya ke Propam Polres Cilegon. Meski laporan itu diterima, sang ayah bersama anaknya tidak mendapatkan berita acara pelaporan.

Kisah tersebut ditulisnya sendiri di Forum Kaskus. Apa katanya:[MDK]

Pj. Gubernur Kalimantan Selatan, Tarmizi A Karim dan Sofyan Dawood terlihat ngopi bareng di Warung Kopi 3 In 1, Banda Aceh, Rabu pagi, 27 Januari 2016. | Foto: Taufik Arrifai
AMP - Pj. Gubernur Kalimantan Selatan, Tarmizi A Karim dan Sofyan Dawood terlihat ngopi bareng di Warung Kopi 3 In 1, Banda Aceh, Rabu pagi, 27 Januari 2016.

Kedatangan kedua tokoh Aceh ini membuat sejumlah warga yang sedang ngopi terkejut dan bertanya-tanya. Pasalnya, kedua tokoh Aceh tersebut dikabarkan bakal meramaikan Pilkada Aceh tahun 2017 mendatang.

“Itu pak Tarmizi A Karim dan Sofyan Dawood ya?” Kata Basri, warga Beurawe, Banda Aceh.

“Sang ka jadeh dua geu ek saboh paket bak 2017 nyoe, (Sepertinya mereka berdua maju satu paket pada pilkada 2017 ini),” ujar warga lainnya.

Tarmizi A Karim yang kini juga menjabat sebagai Irjen Inspektur Jenderal Kemendagri ini terlihat langsung berbaur bersama warga.

“Kupi beu agak kental bacut beuh,” pinta Tarmizi kepada pelayan warung tersebut.

Seperti diketahui, Tarmizi Karim dikabarkan salah satu kandidat kuat dalam bursa kandidat calon gubernur Aceh pada Pilkada 2017 mendatang, demikian juga dengan Sofyan Dawood.

Mantan Panglima GAM Wilayah Pasee ini kemarin, Selasa, 26 Januari 2016, telah menyatakan akan ikut serta dalam Pilkada 2017. Namun, dirinya belum memastikan apakah akan ikut serta dalam busa calon gubernur atau hanya wakil.

Disinggung mengenai pertemuan kedua tokoh ini, Tarmizi hanya tersenyum.

“Ini cuma silaturahmi saja, jangan terlalu cepat dikaitkan ke hal itu,” katanya.

Turut hadir pada acara ngopi bareng tersebut Adnan “Polisi Meu Pep-pep” dan sejumlah tokoh lainnya. Usai ngopi, Tarmizi Karim langsung bertolak menuju ke Balai kota Banda Aceh.[mediaaceh]

AMP - Zaini Arianto (55), warga Desa Sigleng, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, ditemukan tewas dengan leher nyaris putus. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka bacok, seperti bagian leher, muka, tangan dan perut.

Kejadian tragis itu terjadi di kawasan Gunung Lhok Jamin (Tikungan Leter S), tepatnya di perbatasan antara Desa Sawah Tingkeum dengan Desa Seubadeh, Kecamatan Bakongan Timur, Rabu (27/1) sekira pukul 09.30 WIB.

Keterangan yang dihimpun di lokasi menyebutkan, korban yang bekerja sebagai kontraktor itu diketahui keluar dari rumahnya di Desa Sigleng, Kecamatan Trumon sekira pukul 08.30 WIB. Dia pamit pada istrinya Aslimar (45), hendak berangkat ke Tapaktuan dengan mengendarai sepeda motor Yamaha Vixion BL 2556 TT untuk menyelesaikan pencairan uang proyek di sebuah dinas dalam lingkup Pemkab Aceh Selatan.

Pelaku yang belum diketahui indentitasnya, dengan mengendarai sepeda motor diduga telah membuntuti korban sejak dari Trumon. Setiba di kawasan Gunung Lhok Jamin, korban dicegat oleh pelaku dan langsung dibacok secara brutal.

Suasana di kawasan pegunungan itu yang sepi dan jauh dari pemukiman penduduk, mengakibatkan tidak ada saksi mata yang melihat langsung saat pelaku menghabisi nyawa korban. Informasi yang diperoleh Pikiran Merdeka, saat kejadian itu salah seorang warga setempat sempat mendengar suara orang berteriak minta tolong. Namun, karena suara tersebut terdengar samar-samar dari kejauhan, sehingga warga setempat tidak menggubrisnya.

Sementara anggota Polsek Bakongan Timur menyebutkan, sesaat pasca kejadian pembunuhan itu, dia dihubungi oleh seorang warga Desa Ladang Rimba, Kecamatan Trumon Tengah, yang kebetulan baru melintasi lokasi kejadian dari arah Trumon menuju arah Bakongan. Warga bernama Radja itu memberitahukan bahwa telah terjadi pembunuhan sangat tragis di kawasan Gunung Lhok Jamin.

“Warga ini juga melaporkan bahwa ada seseorang mengendarai sepeda motor Honda Vario warna putih yang terlihat tergopoh-gopoh memacu sepeda motornya. Namun wajahnya tertutup helm dan sulit dikenali,” ungkap seorang anggota Polsek Bakongan Timur kepada wartawan di lokasi.

Jasad korban yang bersimbah darah dalam kondisi telungkup di atas badan jalan lintasan nasional Tapaktuan – Medan tersebut, selanjutnya dievakuasi ke Puskesmas Bakongan Timur oleh sejumlah warga.

Pembunuhan sadis itu menimbulkan kesedihan mendalam bagi keluarga korban. Istri korban, Aslimar (45) bersama empat orang anaknya, tampak menangis histeris hingga roboh tak sadarkan diri, ketika melihat jasad korban yang sudah terbujur kaku bersimbah darah.

“Abang baru saja keluar rumah pamit ingin ke Tapaktuan menyelesaikan uang proyeknya. Berselang beberapa menit, saya mendapat kabar bahwa ayah dari anak-anak ditemukan bersimbah darah dengan bekas bacokan di sekujur tubuhnya,” ucap Aslimar, terbata-bata.

Menurut sepengetahuannya, aku Aslimar, suaminya tidak pernah memberitahukan ada persoalan dengan pihak tertentu sehingga dipastikan suaminya itu tidak ada musuh. Sebab itu, dia tidak mengetahui motif yang menyebabkan suaminya dihabisi secara sadis.

Keluarga korban meminta aparat kepolisian segera mengungkap dan mengusut sampai tuntas kasus pembunuhan tersebut. Siapapun pelakunya semoga bisa secepatnya ditangkap. Korban meninggalkan seorang istri dan empat orang anak masing-masing bernama Nova Yurnida, Siska, Rauda Ariza dan Raihan Maulida.

Kapolres Aceh Selatan AKBP Achmadi SIK yang dikonfirmasi melalui Kasat Reskrim Iptu Darmawanto SSos mengatakan sesaat setelah menerima informasi pembunuhan tersebut pihaknya langsung mengejar pelaku.

Berselang sekitar empat jam pasca kejadian, polisi sudah mengantongi identitas pelaku, termasuk sudah melakukan penggerebekan rumahnya. Namun petugas tidak berhasil menangkap pelaku karena sudah terlebih dulu kabur.

Dalam penggerebekan rumah terduga pelaku pembunuhan tersebut di Desa Sigleng, Kecamatan Trumon, yang berada berdekatan dengan rumah korban, polisi berhasil menyita sepeda motor Honda Vario warna putih BL 6279 TM yang disembunyikan di belakang rumah. Honda tersebut ditemukan dalam kondisi berlumuran darah.

Selain Honda, di rumah yang diduga pelaku pembunuhan tersebut, juga ditemukan tas samping milik korban. Dalam tas itu disebut-sebut ada uang milik korban, namun saat diperiksa oleh polisi tas tersebut sudah kosong.

Sedangkan parang yang diduga digunakan untuk menghabisi nyawa korban, tidak berhasil ditemukan oleh polisi. Parang tersebut diduga kuat telah dibawa oleh pelaku saat dia melarikan diri. Menurut informasi, upaya pengejaran terhadap pelaku juga telah dilakukan oleh puluhan anggota Reskrim Polres yang dibantu anggota Polsek Bakongan Timur dengan cara menyisir wilayah pegunungan yang berlokasi di belakang rumah pelaku.

“Identitas orang yang diduga pelaku telah kami kantongi, untuk sementara ini pelakunya masih diduga satu orang. Dugaan sementara, pembunuhan tersebut bermotif dendam pribadi yang sudah lama. Persoalan antara pelaku dengan korban sudah pernah diupayakan perdamaian dalam desa setempat, namun tidak ada titik temu sehingga terus berlarut-larut,” ujar Darmawanto.[pikiranmerdeka]

AMP - Ketua Indonesia Police Watch Neta S Pane menegaskan bahwa kelompok bersenjata di Aceh pimpinan Din Minimi tak perlu diberi amnesti.Menurutnya, Din Minimi bukanlah Gerakan Aceh Merdeka, tapi pelaku kriminal.

"Kebetulan saya pernah menulis buku Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka, jadi sedikit banyak tahu tentang orang-orang GAM," kata Neta menjawab JPNN, Rabu (27/1).

Ia menjelaskan, Din baru muncul sebagai pelaku kriminal tahun 2014 dan  saat ini jadi buronan polisi. Sebab itu sangat aneh jika Badan Intelijen Negara mengusulkn agar Din diberi amnesti.

Menurut Neta, jika pelaku kriminal diberi amnesti tentu akan banyak para penjahat dan para bandar ganja di Aceh minta amnesti ke BIN atau ke presiden Jokowi. "Sehingga tidak jelas lagi mana kriminal dan mana perjuangan politik," tegasnya.

Sebab itu, kata Neta, sangat pantas jika ada orang-orang GAM yang mengancam,  jika Din diberi amnesti mereka akan angkat senjata lagi.

"Artinya isu Din Minimi yang digulirkan Kepala BIN Sutiyoso telah membuat kedamaian di Aceh  terkoyak," ujar Neta.

Dia menambahkan jika isu itu diteruskan bukan mustahil Aceh akan kembali bergejolak dengan konflik. Sebab itu jokowi harus menolak permintaan Sutiyoso dan jangan berikan amnesti pada Din Minimi.

"Din harus diserahkan ke Polda Aceh untuk mempertanggungjawabkan  perbuatan kriminalnya sejak 2014," pungkas Neta.(jpnn)

AMPTentara Prancis yang terlibat dalam kejahatan perang yang memalukan di Aljazair,Para prajurit yang ditemukan bersalah dalam pemerkosaan dan pembunuhan kasus. Pejabat Prancis menewaskan ratusan orang dan diperkosa setiap gadis muda.
Selain itu, mereka menangkap gambar dari korban juga. Tentara Perancis di Aljazair 1954-1962 adalah operasi dilakukan untuk menjaga ketertiban.
"Dalam oposisi, mengakui kebenaran perang akan mensyaratkan menghasilkan kaum nasionalis Aljazair status berperang, yang keluar dari pertanyaan. Dalam menghadapi banyak kesulitan yang mereka temui.
Pemerintah Perancis dengan cepat dikonfirmasi keadaan krisis dan sebagai dalam hukum memberikan kekuatan yang luar biasa pemerintah di Aljazair, pada kenyataannya mengakui pemerintahan tangan yang bebas dalam hal yang berkaitan dengan negara ini.
Pada saat itu, Prancis sebelumnya menjadi pihak pada Konvensi Jenewa, tetapi menolak untuk mempertimbangkan permintaan mereka untuk kasus Aljazair.
Di sisi lain pemerintah Perancis diatur Palang Merah Internasional berwenang untuk memeriksa kondisi tahanan tawanan ditahan oleh militer Perancis tanpa memperhatikan tantangan intrinsik dalam semi-pengakuan hak-hak musuh mereka.
Dalam realisme, massa kejahatan perang buronan semua kesalahan. Selain itu, beberapa kejahatan perang bahkan disertifikasi oleh deklarasi resmi, seperti yang terjadi dengan ulasan eksekusi.
Dari sudut pandang hukum pandang, Aljazair seharusnya tertutup oleh keempat Konvensi Jenewa, yang berkaitan dengan pertahanan sipil yang menjadi korban di tangan musuh,hal ini juga mengatur penjara, dan melarang pengambilan sandera dan pengasingan.

Foto| M Nasir memperlihatkan foto Junaidi yang dibunuh rekan kerjanya di Malaysia.
AMP - M Nasir, 56 tahun, warga Gampong Bintah, Kecamatan Madat, Aceh Timur, saat ini sedang menanti jasad anaknya yang dipulangkan dari Malaysia, Rabu, 27 Januari 2016.

Anaknya diduga dibunuh rekan kerjanya akibat persaingan kerja sesama buruh bangunan. “Saya mendapat kabar dari warga desa bahwa anak saya, Junaidi, 35 tahun, dibunuh di Malaysia. Warga itu melihat beritanya di media sosial. Katanya anak saya dibunuh dengan luka di bagian leher pada Jumat, 22 Januari lalu,” kata M Nasir, Ia mengatakan anaknya memilih merantau ke Malaysia sejak tahun 2005 dan tidak pernah pulang ke rumah. M. Nasir terakhir kali berkomunikasi dengan almarhum Junaidi via telfon pada 2015 lalu. Kala itu Junaidi sempat berkata akan pulang ke Aceh tahun 2016.

Ditambahkan M Nasir, dalam komunikasi terakhir ia hanya berpesan agar anaknya jangan pernah meninggalkan salat lima waktu. Meski berstatus lajang, Junaidi pernah beberapa kali mengirim uang untuk biaya pengobatan ibunya. Namun kini ibunya telah meninggal dunia karena sakit.

“Sebelum berangkat ke Malaysia, anak saya merupakan lulusan Akper Kota Langsa. Di Malaysia selama ini ia tinggal di kawasan Cyber Jaya. Kami sangat terpukul dengan kabar meninggalnya anak saya dengan cara yang tidak wajar, mengingat ia selalu berperilaku sopan kepada orang lain,” katanya. M Nasir saat ini sedang menunggu jasad anaknya yang dikabarkan akan tiba di rumah duka pukul 16.00 WIB nanti.

Setelah sebelumnya jasad Junaidi diterbangkan dengan pesawat dari Malaysia dan singgah di Bandara Kuala Namu, Medan, Sumatera Utara. “Saya sangat berharap pihak Kepolisian Malaysia dapat segera menangkap pelaku pembunuhan anak saya. Saya juga berharap Pemerintah Republik Indonesia (RI) bisa menjaga warga negaranya yang bekerja di Malaysia,” kata M Nasir.[portalsatu]

BILA musuh tiba di rimba dan bermaksud membidik beliau, maka burung-burung di hutan akan beterbangan. Seolah memberi kode kepada sang Panglima bahwa maut sedang mengintai. Bila ada yang bermaksud menembak binatang hutan dengan menggunakan senapan yang beliau pegang, dipastikan tidak satupun binatang yang akan merenggang nyawa, karena peluru akan tidak patuh pada perintah pelatuk.

“Teungku Lah, adalah pejuang sekaligus penjaga lingkungan. Walau terkadang hidup sekarat karena ketiadaan logistik, beliau lebih memilih merayap ke rumah mertuanya untuk mengambil beras, daripada menembak rusa untuk dimakan oleh pasukannya,” demikian cerita Nas, warga Gampong Blang Sukon, Mukim Cubo, Kecamatan Bandar Baru, kepada saya pada medio 2015 lalu.

Bagi anak-anak muda Blang Sukon-yang kini sudah beranjak tua- Teungku Abdullah Syafii, Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka yang menghadap Ilahi pada 22 Januari 2002 di tengah sepinya hutan Pidie Jaya, merupakan sosok ideal yang layak dijadikan panutan.

“Pernah suatu kali kami meminta bergabung dengan gerilyawan AGAM yang beliau pimpin. Namun, dengan santun Teungku Lah menolaknya. Beliau malah memerintahkan kami menuju Banda Aceh untuk sekolah,” Kenang Teungku Gade, yang kini menjadi salah satu Peutuha Peut di Gampong Blang Sukon.

Walau rada kecewa, namun Gade dkk kemudian berangkat ke Banda Aceh. Salah seorang petinggi Gampong Blang Sukon saat itu, atas rekomendasi Teungku Lah, membawa mereka ke Kutaraja. Di ibukota Propinsi Aceh, Gade dan beberapa temannya belajar komputer -sebuah pendidikan yang mewah kala itu.

“Tentu kami sangat bersyukur mendapatkan kesempatan belajar komputer. Padahal saat itu bisa menyentuh mouse saja adalah sesuatu yang luar biasa. Saya sempat tak percaya,” kenang Gade yang berperawakan tambun.

Teungku Lah juga seorang mursyid (guru-red) yang sangat paham tata bahasa Aceh. Ilmu tersebut sempat diturunkan kepada beberapa pemuda di tempat dia bergerilya. Akan tetapi belum paripurna dia menurunkan pengetahuannya kepada anak-anak muda di Cubo, aktivitas pasukan keamanan RI semakin intensif melakukan operasi militernya.

Dari hasil cerita yang berhasil penulis kumpulkan, Teungku Lah adalah sosok pejuang GAM yang tidak anti pada sekolah umum. “Aceh tidak akan bisa melakukan apapun, apabila generasi mudanya tidak berpendidikan. Tidak semua orang harus bertempur. Karena harus ada sebagian yang belajar di bangku sekolah. Karena kelak, bila negeri ini berhasil merdeka, orang-orang berpendidikan yang bertanggung jawab membangun negeri, kami cukup menjadi pengawal saja,” demikianlah petuah sang Panglima kepada anak-anak muda di basis perjuangannya.

Komitmen ini dibuktikan olehnya, ketika rombongan pejabat Pidie masuk ke Cubo dan bersilaturahmi dengannya. Ketika ditanya apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, teungku Lah meminta agar Pemerintah membangun sebuah SMP di Cubo.

“Seingat kami, bumi hangus sekolah tidak terjadi di masa Abdullah Syafii menjadi Panglima AGAM. Beliau sangat menyintai pendidikan,” kenang beberapa orang yang mengaku mengenal dengan baik sosok lelaki kelahiran Peusangan pada 12 Oktober 1955 (banyak versi tahun kelahirannya, red).

Difitnah Oleh Republik
Walau pihak TNI mengakui bahwa Abdullah Syafii adalah salah seorang “pemberontak” yang berpengetahuan luas, santun dan tahu kapan berperang dan kapan berdamai, bukan berarti Panglima kepercayaan Teungku Hasan Muhammad di Tiro-pendiri Gerakan Aceh Merdeka- bebas dari fitnah “musuh”.

Pihak Indonesia pada medio 199-2000 melalui mulut para serdadu, kerap mengatakan bahwa Abdullah Syafii adalah orang susupan Kopassus untuk melemahkan perjuangan GAM. Dia disebut-sebut sebagai intel Republik yang “dititip” ke tubuh AGAM.

Fitnah lainnya — lagi-lagi melalui mulut serdadu– dia difitnah telah berhasil menumpuk harta dari hasil pajak nanggroe. Istrinya memiliki kalung, gelang emas dan cincin yang sangat banyak. “Rumahnya sangat besar dibangun di luar Aceh. Istrinya memakai perhiasan emas yang sangat mencolok,”.

Sosok Sederhana
Masyarakat di lingkungan Abdullah Syafii tinggal mengenal lelaki tersebut sebagai sosok sederhana nan alim. Dia tidak bicara crah beukah. Sifatnya santun dan bila bicara berisi petuah.

Setiap warga selalu berbahagia bila duduk satu majelis dengan dirinya. “Dia disegani. Bukan ditakuti. Bila seseorang melakukan kesalahan, saat ditegur oleh Teungku, bukannya takut, tapi malu. Itu yang membuat banyak orang di kampung agak segan ketika hendak melakukan hal-hal yang dilarang,” kenang salah seorang warga Cubo.

Puteh binti Abbas, 48 tahun, mertua Abdullah Syafii, punya kenangan tersendiri terhadap menantunya itu. Di mata perempuan gaek tersebut, sang panglima adalah sosok lelaki yang sempurna.

“Dia santun. Tidak pernah marah. bahkan saya tidak pernah melihat wajahnya masam, baik kepada istrinya maupun kepada saya,” kenangnya ketika penulis mewawancarainya pada 30 Mei 2015.

Puteh juga bercerita, sehari-hari Teungku Lah hidup dalam kondisi sederhana. Kerapkali pasukannya kehabisan logistik. Maka yang menjadi “korban” adalah padi yang ada di rumah. Teungku Lah, setahu Puteh tidak serta merta meminta bantuan kepada masyarakat.

“Masyarakat sudah susah, jangan kita tambah lagi,” katanya mengulang kalimat sang panglima.

Meninggal Dalam Sunyi
Rimba Jiem-Jiem –sebagian menyebut Jijiem–, Kemukiman Jalan Rata, Bandar Baru, Pidie Jaya menjadi saksi syahidnya sang panglima. kala itu pasukannya terperogok dengan pasukan TNI yang sedang melakukan oeprasi militer.

Sebagai Panglima, dia seperti memiliki firasat bahwa hidupnya akan berakhir hari itu. Setelah istrinya terkena tembakan dan kemudian ikut syahid, dia berpesan kepada pasukannya agar segera melarikan diri.

Awalnya para pengikutnya menolak, namun karena sang martir bersikukuh, akhirnya mereka meninggalkan sang pejuang berdua dengan sang istri tercinta di tengah rimba. Di sana, ditengah kebisingan rimba, diselingi rentet senapan, sang panglima terus berjuang, memperjuangkan keyakinannya akan masa depan Aceh dalam sebuah imaji negara merdeka, yang sejajar dengan Indonesia, Malaysia, bahkan Amerika Serikat sekalipun.

Sebuah peluru yang menembus dada sang syuhada, telah mengakhiri hidup seorang lelaki tangguh, alim, santun, baik hati, pejuang sejati, bukan perampok, bukan mata-mata Indonesia, bukan pencuri.

Ketika dia dan istrinya menghadap Ilahi Rabbi, turut serta sang calon buah hati yang ikut syahid dalam perut sang bunda. Jabang bayi itu, adalah calon anak pertama sang pejuang, yang jadwal kelahirannya telah ditunggu-tunggu sekian lama.

“Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka” (Abdullah Syafii, Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka, 12 Oktober 1955-22 januari 2002).[acehtrend.co]
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget