 |
| Ilustrasi |
SEBAGAI warga kota Lhokseumawe yang mencintai pelaksanaan syariat Islam di Bumoe Pasee, sungguh sangat mengejutkan pada suatu malam menjelang pagi hari ketika tiba dari kota Medan. Saat itu kami sekeluarga melihat sekelompok perempuan berpakaian tak islami sedang meninggalkan tempat bantaran sungai Cunda, yang kemungkinan sudah dijadikan sebagai “lokalisasi” terselubung dalam wilayah kota Lhokseumawe.
Belum lagi akhir-akhir ini kita melihat tumbuh subur kafe remang-remang sebagai tempat karaoke layaknya jamur di musim hujan. Disinyalir semua tempat karaoke yang beroperasi tengah malam di dalam kota Lhokseumawe juga melakukan transaksi barang haram berupa ganja dan sabu-sabu.
Cuma apalah gerangan, kami hanyalah masyarakat biasa yang terkadang harus memikirkan lebih untuk melakukan tindakan pencegahan, karena menurut informasi dari mulut ke mulut bahwa semua tempat karaoke dalam kota Lhoksemuawe dimiliki oleh oknum aparat. Jika ini benar terjadi sungguh sangat disayangkan terhadap generasi kota Lhokseumawe sebagai “Kota Tarbiyah”.
Harapan kami sebagai masyarakat yang memahami apa arti tarbiyah sebagai julukan Kota Lhokseumawe, kiranya Pemko Lhokseumwe, MPU, Satpol PP/WH dan jajarannya untuk dapat mengevaluasi kembali sejauh mana dapat disebutkan kota Lhokseumawe sebagai “Kota Tarbiyah”.
Sudah saatnya Bapak Wali Kota Lhokseumawe sebagai pemimpin rakyat untuk buka mata dan turun langsung (sidak) melihat kehidupan malam di kota Lhokseumawe. Selamatkan generasi Lhokseumawe dari praktik “lokasilsasi” terselubung dan peredaran narkoba (ganja dan sabu-sabu) yang sudah sangat meresakan masyarakat.[serambinews.com]
Belum lagi akhir-akhir ini kita melihat tumbuh subur kafe remang-remang sebagai tempat karaoke layaknya jamur di musim hujan. Disinyalir semua tempat karaoke yang beroperasi tengah malam di dalam kota Lhokseumawe juga melakukan transaksi barang haram berupa ganja dan sabu-sabu.
Cuma apalah gerangan, kami hanyalah masyarakat biasa yang terkadang harus memikirkan lebih untuk melakukan tindakan pencegahan, karena menurut informasi dari mulut ke mulut bahwa semua tempat karaoke dalam kota Lhoksemuawe dimiliki oleh oknum aparat. Jika ini benar terjadi sungguh sangat disayangkan terhadap generasi kota Lhokseumawe sebagai “Kota Tarbiyah”.
Harapan kami sebagai masyarakat yang memahami apa arti tarbiyah sebagai julukan Kota Lhokseumawe, kiranya Pemko Lhokseumwe, MPU, Satpol PP/WH dan jajarannya untuk dapat mengevaluasi kembali sejauh mana dapat disebutkan kota Lhokseumawe sebagai “Kota Tarbiyah”.
Sudah saatnya Bapak Wali Kota Lhokseumawe sebagai pemimpin rakyat untuk buka mata dan turun langsung (sidak) melihat kehidupan malam di kota Lhokseumawe. Selamatkan generasi Lhokseumawe dari praktik “lokasilsasi” terselubung dan peredaran narkoba (ganja dan sabu-sabu) yang sudah sangat meresakan masyarakat.[serambinews.com]
loading...
Post a Comment