Risky Hernanda bocah malang anak dari anggota Din Minimi. |
AMP - Riski Hernanda tak bisa berbuat banyak. Bocah 10 tahun ini lebih banyak menghabiskan waktu di atas tempat tidur tipis di rumahnya, di Gampong Bukit Panyang, Kecamatan Julok, Aceh Timur. Saat anak-anak seusianya menghabiskan waktu bermain, Riski hanya bisa mengerang kesakitan akibat sakit panjang yang dideritanya.
Penyakit ini bermula empat tahun lalu, saat kaki Riski terkilir, usai bermain-main di sekitar rumahnya. Selain terkilir, kaki Riski juga terluka. Setelah beberapa hari, kakinya mulai membengkak. Dari luka itu mulai keluar nanah. Hari demi hari kaki anaknya terus mengecil dan mengeluarkan nanah.
Amri Bin Abdulah (32), ayah bocah malang ini, tak mampu membawa anaknya itu ke dokter. Riski hanya ditangani secara tradisional oleh dukun kampung. Apalagi, di daerah itu, peran dukun kampung masih sangat dominan. Penghasilan dari menderes karet hanya cukup untuk memakan sehari.
Amri pun mencoba mencari bantuan. Termasuk menjumpai beberapa bekas kombatan Gerakan Aceh Merdeka yang kini hidup enak. Namun pertolongan itu tak kunjung didapat. Bahkan saat bertemu dengan orang nomor satu di Aceh Timur, Amri diabaikan. “Bupati tidak peduli. Saya sedih sekali karena saya tidak tahu harus mengadu ke mana,” kata Amri, Ahad (17/1).Karena tak segera mendapatkan perawatan medis memadai, kini, kaki kiri bocah nahas itu terancam diamputasi.
Hingga akhirnya Amri alias Siteng ini mendengar perlawanan Din Minimi. Dia pun memilih untuk bergabung karena berangkat dari kekecewaan yang sama terhadap pemerintah. Namun perlawanan itu tak berlangsung lama. Amri malah tertangkap aparakat keamanan di kawasan Mbang, Aceh Utara, saat berbelanja bahan makanan untuk anggota Din Minimi lainnya.
Pengadilan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara untuk Amri. Kini Amri tak bisa berbuat banyak untuk keluarga dan kesembuhan anaknya. Penyerahan diri Din Minimi, serta janji amnesti menjadi kekuatan bagi Amri untuk tetap tabah sampai saat dia dapat perjuangkan nasib anak lelakinya itu, kelak. Bagi Amri, anaknya berhak mendapatkan kesempatan hidup lebih baik, sama seperti anak-anak Aceh yang lain.[red]
Penyakit ini bermula empat tahun lalu, saat kaki Riski terkilir, usai bermain-main di sekitar rumahnya. Selain terkilir, kaki Riski juga terluka. Setelah beberapa hari, kakinya mulai membengkak. Dari luka itu mulai keluar nanah. Hari demi hari kaki anaknya terus mengecil dan mengeluarkan nanah.
Amri Bin Abdulah (32), ayah bocah malang ini, tak mampu membawa anaknya itu ke dokter. Riski hanya ditangani secara tradisional oleh dukun kampung. Apalagi, di daerah itu, peran dukun kampung masih sangat dominan. Penghasilan dari menderes karet hanya cukup untuk memakan sehari.
Amri pun mencoba mencari bantuan. Termasuk menjumpai beberapa bekas kombatan Gerakan Aceh Merdeka yang kini hidup enak. Namun pertolongan itu tak kunjung didapat. Bahkan saat bertemu dengan orang nomor satu di Aceh Timur, Amri diabaikan. “Bupati tidak peduli. Saya sedih sekali karena saya tidak tahu harus mengadu ke mana,” kata Amri, Ahad (17/1).Karena tak segera mendapatkan perawatan medis memadai, kini, kaki kiri bocah nahas itu terancam diamputasi.
Hingga akhirnya Amri alias Siteng ini mendengar perlawanan Din Minimi. Dia pun memilih untuk bergabung karena berangkat dari kekecewaan yang sama terhadap pemerintah. Namun perlawanan itu tak berlangsung lama. Amri malah tertangkap aparakat keamanan di kawasan Mbang, Aceh Utara, saat berbelanja bahan makanan untuk anggota Din Minimi lainnya.
Pengadilan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara untuk Amri. Kini Amri tak bisa berbuat banyak untuk keluarga dan kesembuhan anaknya. Penyerahan diri Din Minimi, serta janji amnesti menjadi kekuatan bagi Amri untuk tetap tabah sampai saat dia dapat perjuangkan nasib anak lelakinya itu, kelak. Bagi Amri, anaknya berhak mendapatkan kesempatan hidup lebih baik, sama seperti anak-anak Aceh yang lain.[red]
loading...
Post a Comment