 |
| Muhammad Thaib alias Cek Mad. Foto: acehbaru |
*Jaksa Bertekuk Lutut di Kerling Cek Mat
AMP - Kejaksaan Tinggi Aceh tak berdaya melawan seorang Muhammad Thaib alias Cek Mad. Politisi Partai Aceh yang kini menjabat sebagai Bupati Aceh Utara itu seperti memiliki banyak jurus yang tak mampu dilawan oleh kejaksaan. Berulang kali, saat sidang kasus utang Pemerintah Aceh Utara di Bank Aceh yang melibatkan bekas Bupati Ilyas A Hamid, Cek Mad mangkir.
Hingga saat vonis dibacakan, kejaksaan juga tak berani mengambil langkah memeriksa Cek Mad. Dalam amar putusan, hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Banda Aceh menyatakan Muhammad Thaib terlibat bersama-sama dengan sejumlah orang di Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam kasus yang menjerat Ilyas enam tahun penjara itu.
Vonis ini harusnya menjadi kunci untuk membuka pintu pemeriksaan Cek Mad. Alasan jaksa enggan memeriksa Cek Mad karena mereka takut dan tak ingin berbenturan dengan banyak pihak. Lantas jawaban yang keluar dari lembaga itu adalah memutuskan untuk memeriksa Cek Mad setelah dia tak lagi menjabat sebagai bupati.
Main mata antara kejaksaan dan Cek Mad tentu bukan hanya karena takut. Ada motif-motif lain yang membuat jaksa merelakan wibawa mereka diinjak-injak oleh warga negara. Karena merujuk kitab undang-undang dan buku hukum di Indonesia, tak ada satupun pasal atau kata-kata yang memberikan kekebalan bagi warga negara dan tak bisa diperiksa saat berhadapan dengan proses pengadilan, kecuali yang bersangkutan meninggal dunia.
Lemahnya sikap ini juga semakin menunjukkan keberpihakan kejaksaan kepada pemilik kekuasaan dan di satu sisi mengabaikan asas keadilan yang diminta masyarakat. Tak adil rasanya membiarkan Ilyas Pasee, Melody Taher dan Mulyadi menanggung sendiri kesalahan ini.
Sebagai seorang pejabat negara, Cek Mad juga tak boleh membiarkan dirinya terus menerus menjadi cibiran masyarakat dan dianggap sebagai penakut. Karena orang berani itu bukan karena suara lantang dan penampilan dan sorot mata yang garang. Keberanian itu ditunjukkan oleh sikap dan tindakan jujur dan mau bertanggung jawab. [AJNN.Net]
Hingga saat vonis dibacakan, kejaksaan juga tak berani mengambil langkah memeriksa Cek Mad. Dalam amar putusan, hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Banda Aceh menyatakan Muhammad Thaib terlibat bersama-sama dengan sejumlah orang di Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam kasus yang menjerat Ilyas enam tahun penjara itu.
Vonis ini harusnya menjadi kunci untuk membuka pintu pemeriksaan Cek Mad. Alasan jaksa enggan memeriksa Cek Mad karena mereka takut dan tak ingin berbenturan dengan banyak pihak. Lantas jawaban yang keluar dari lembaga itu adalah memutuskan untuk memeriksa Cek Mad setelah dia tak lagi menjabat sebagai bupati.
Main mata antara kejaksaan dan Cek Mad tentu bukan hanya karena takut. Ada motif-motif lain yang membuat jaksa merelakan wibawa mereka diinjak-injak oleh warga negara. Karena merujuk kitab undang-undang dan buku hukum di Indonesia, tak ada satupun pasal atau kata-kata yang memberikan kekebalan bagi warga negara dan tak bisa diperiksa saat berhadapan dengan proses pengadilan, kecuali yang bersangkutan meninggal dunia.
Lemahnya sikap ini juga semakin menunjukkan keberpihakan kejaksaan kepada pemilik kekuasaan dan di satu sisi mengabaikan asas keadilan yang diminta masyarakat. Tak adil rasanya membiarkan Ilyas Pasee, Melody Taher dan Mulyadi menanggung sendiri kesalahan ini.
Sebagai seorang pejabat negara, Cek Mad juga tak boleh membiarkan dirinya terus menerus menjadi cibiran masyarakat dan dianggap sebagai penakut. Karena orang berani itu bukan karena suara lantang dan penampilan dan sorot mata yang garang. Keberanian itu ditunjukkan oleh sikap dan tindakan jujur dan mau bertanggung jawab. [AJNN.Net]
loading...
Post a Comment