Halloween Costume ideas 2015
loading...

Isyarat Rontok Dominasi Partai Aceh

PEROLEHAN suara Partai Aceh diproyeksikan terjun bebas di pilkada kali ini. Konsekuensi yang hampir nyata, partai ini bakal kehilangan kursi kepala daerah. Tak hanya di provinsi, tapi juga kabupaten/kota. “Berakhirnya” dominasi partai mantan kombatan, boleh jadi bakal menjadi kenyataan. Akankah berekses pada eksistensi Muzakir Manaf?

***
Rabu malam,15 Februari 2017. Hanya hitungan jam usai proses pemilihan, dua kubu calon kepala daerah buru-buru menggelar jumpa pers. Mereka adalah  pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf-TA Khalid dan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah. Temu pers digunakan untuk menyebarkan klaim serupa: unggul perolehan suara sementara.

Hitung mundur beberapa jam, sebuah informasi palsu sempat beredar viral. Mencatut institusi Kesbangpolinmas Aceh (saat ini bernama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik), informasi serupa hasil perhitungan suara itu menyatakan pasangan Muzakir Manaf-TA Khalid unggul sementara. Ada media online lokal yang melahap informasi itu mentah-mentah. Suasana lantas menjadi “gaduh”.

Hingga akhirnya Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Aceh Nasir Zalba membatah informasi yang mencatut lembaganya tersebut. Resmilah berita itu menyandang status: hoax.

Seiring waktu berjalan, klaim dua kubu mulai menunjukkan kecondongannya. Perolehan suara Irwandi-Nova pelan tapi pasti beranjak jauh meninggalkan pasangan Muzakir Manaf-TA Khalid.

Jumat, 17 Februari 2017 lalu, Irwandi-Nova kembali menggelar temu pers untuk memaparkan hasil real count yang dilakukan tim pemenangannya. Hasil perhitungan dan rekapitulasi suara berdasarkan formulir C1 yang diperoleh langsung oleh saksi Irwandi-Nova di masing-masing TPS menempatkan pasangan itu kokoh memimpin perolehan suara sementara.

Dari total suara yang sudah masuk ke Sekber Tim Irwandi-Nova sebanyak 2,166,475 suara atau 63.13 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT), Irwandi-Nova meraup sebanyak 812,922 suara atau 37,52 persen.

Pasangan Irwandi-Nova unggul sekitar 6 persen dari rival utama mereka pasangan Muzakir Manaf-TA Khalid yang memperoleh 678,264 suara atau 31,31 persen.  

Publik semakin yakin tatkala informasi yang tertera dalam laman pilkada2017.kpu.go.id juga menunjukkan tren yang sama: Irwandi-Nova unggul.

Fakta-fakta ini tak lantas membuat Partai Aceh menerima begitu saja. Mereka masih memiliki keyakinan jika pasangan yang mereka usung bisa mengejar ketertinggalan.

Juru Bicara Partai Aceh Adi Laweung bahkan sampai meragukan data yang dipublikasi laman pilkada2017.kpu.go.id.

"Kami meminta supaya KPU dan Komite Independen Pemilihan (KIP) Aceh mengklarifikasi hal tersebut,"  katanya melalui pesan tertulis pada BERITAKINI.CO,  Kamis, 16 Februari 2017.
 
Dari Aceh Utara, di hari yang sama, Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) PA Wilayah Pase Zulkarnaini Bin Hamzah alias Tgk Nie juga percaya diri mengatakan jika dalam waktu beberapa jam ke depan, hasil perhitungan suara calon Gubernur-Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf-TA Khalid akan naik signifikan.

“Kita harapkan kepada masyarakat, kader PA, dan simpatisan untuk bersyukur kepada Allah SWT dan berdoa atas suksesnya pilkada 2017 ini. Kemudian kita meminta kepada Allah semoga kita dapat memenangkan pilkada di tingkat provinsi Aceh dan di wilayah pase,” katanya dalam konferensi per di Kantor PA/KPA Wilayah Pase, Keude Geuding, Samudera, Aceh Utara, Jumat, 17 Februari 2017.
 
Sayangnya, hal itu belum juga terwujud. Hingga Minggu malam, 19 Februari 2017, Muzakir Manaf-TA Khalid tak juga mempu mengejar ketertinggalan.
pilkada2017.kpu.go.id
Pasangan Irwandi-Nova unggul dengan perolehan 779.631 suara sah dari total 2.079.559 suara sah. Jauh meninggalkan pasangan Muzakir Manaf yang memperoleh sebanyak 645.223 suara sah.

Suara-suara itu masuk 8.200 TPS dari total 9.592 TPS yang ada di Aceh. Sesuatu yang mengkhawatirkan adalah tingkat partisipasi pemilih yang juga cenderung rendah.

Pemilih yang terdaftar 8.200 TPS itu sesungguhnya berjumlah 2.961.152 orang. Tapi hanya 2.179.196 orang di antaranya yang menggunakan hak pilihnya atau 73,6 persen. Adapun total jumlah DPT Aceh sebanyak 3.434.722 orang.

Kondisi inilah yang membuat banyak kalangan yakin bahwa pasangan yang diusung Partai Aceh bakal tumbang dalam kontestasi kali ini.

“Bahkan saya pikir PA harus menerima kekalahan double yakni di tingkat provinsi dan kabupaten,” kata Pengamat Politik Universitas Malikussaleh Teuku Kemal Pasya daat dimintai tanggapannya, Minggu, (19/2/2017).
 
Jumlah suara Partai Aceh diproyeksikan akan menurun drastis jika dibanding dengan perolehan pada Pilkada 2012 lalu. Saat mengusung Pasangan  Zaini Abdullah - Muzakkir Manaf, Partai Aceh berhasil meraup sebanyak 1,327,695 suara sah atau 55.78 persen dari total sebanyak 2,3 juta suara sah pada pilkada 2012 lalu.
Klaim Kemenangan PA

Kemal Pasya memiliki penilaian sendiri terhadap beberapa klaim kemenangan yang dilontarkan sejumlah pengurus dan kader PA. “Itu hanya bentuk kepanikan,” nilainya.

Menurut Kemal, Partai Aceh memang yang pertama mengklaim mereka menang dalam kontestasi.

Namun klaim PA cenderung bersifat tunggal. Sedangkan beberapa kelompok lain justru menunjukkan tren yang sama dengan persentase kemenangan ada di kubu Irwandi-Nova.

“Survei Himasta itu memang menujukkan persentase yang terlalu tinggi untuk Irwandi. Karena saya lihat memang secara survei punya margin of error yang cukup parah juga di hampir 23 kabupaten kota.Tapi urutan-urutan pemenangnya Himasta cocok dengan real count yang lain,” jelasnya.

Merujuk pada data KPU, kata Kemal, Irwandi juga sudah unggul sekitar 6 persen dari Muzakir Manaf-TA Khalid. “Harapan mendongkrak suara dari Aceh Timur juga tak cukup realistis. Kalau kita lihat populasi Aceh Timur kan tidak mencapai 5 persen penduduk Aceh, tidak mungkin merubah peringkat,” katanya.

Mengapa PA Rontok?

Rontoknya dominasi Partai Aceh dalam kontestasi kali ini, nilai Kemal, sedikitnya berkaitan dengan tiga hal. Pertama, sebagai kekuatan dominan, menurut Kemal Pasya, selama ini Partai Aceh tak menunjukkan kerja-kerja yang mencerminkan partai moderen. PA, kata Kemal, sangat minim memunculkan kader-kader baru yang bisa mengisi pos-pos yang signifikan dalam struktur partai.

“Kedua saya lihat juga hampir tidak ada upaya untuk melakukan pendidikan politik bagi publik, jadi kita hanya mengenal PA itu saat musim electoral (pemilihan) seperti sekarang, tapi di hari-hari di luar electoral itu apa kiprah Partai Aceh yang bisa dijadikan contoh bagi publik? Ini sangat kurang,” kata Kemal.

Ketiga, kata Kemal, PA cenderung berperan antagonis dalam menyikapi isu-isu yang berkembang. “Alih-alih mereka bersikap persuasif tapi mereka lebih bersikap konfrontatif, isu bendera, wali naggroe, misalnya,” kata Kemal mencontohkan.
“Tiga hal ini saya lihat kenapa PA ini tidak dipilih.”

Irwandi Menang dengan Gagasan Ketinggalan Jaman
Kemal menilai, unggulnya Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah dalam duel kali ini bukan lantaran publik menilai gagasan pembaruan yang diusung pasangan tersebut. Gagasan JKA yang didengung-dengungkan Irwandi misalnya, kata Kemal, justru merupakan program yang sudah ketinggalan jaman.

Sayangnya, Muzakir Manaf-TA Khalid juga tidak memunculkan gagasan yang lebih maju dari Irwandi.

Karena itu, Kemal mengibaratkan terpilihnya Irwandi bukan karena rakyat memilih yang terbaik dari yang baik. “Tapi memilih yang baik di antara yang terburuk, yaitu artinya tidak ada pilihan, sehingga terpaksalah harus memilih Irwandi,” katanya.

Menurut Kemal, jika ada calon yang memiliki gagasan yang lebih baik dalam kontestasi kali ini, sesungguhnya Irwandi akan sulit terpilih.

Munculnya Tarmizi Karim, sebetulnya sempat memberi nuasa baru bagi pemilih. Bahkan melihat survei-survei di bulan November 2016, kata Kemal, Tarmizi sempat leading di sejumlah daerah termasuk Aceh Utara yang merupakan basis Partai Aceh.

“Tapi karena ada masalah internal, koalasi partai pendukung akhirnya kedodoran dan pecah suara,” katanya.

Dampak Terhadap Eksistensi Muzakir Manaf

Potensi kekalahan Partai Aceh kali ini, kata Kemal, penting menjadi bahan evaluasi. Tak kecuali untuk meninjau posisi ketua PA/KPA sebagai langkah penyegaran partai.

Namun, kata Kemal, Muzakir Manaf masih memiliki karisma yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rekan sebayanya di partai.

Tapi, kata Kemal, Partai Aceh memang penting memberikan kesempatan bagi kader-kader lain yang lebih visioner untuk membangun partai dan memajukan Aceh.

“Mungkin bisa dengan menempatkan Muzakir Manaf sebagai dewan pertimbangan atau majelis kehormatan dan memberikan kepemimpinan kepada orang yang lebih mampu mengelola partai,” katanya.

Kemal mengatakan, satu hal yang perlu diingat, Aceh saat ini sudah masuk di era partai yang lebih disiplin menuju partai moderen. “Bukan lagi dengan partai-partai tradisional yang hanya mengandalkan karisma,” katanya.(Sumber: beritakini.co)
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget