Halloween Costume ideas 2015
July 2016

July 31, 2016 ,
AMP - Teka-teki siapa yang akan mendampingi Muzakir Manaf dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur dalam pilkada mendatang akhirnya terjawab. Rabu malam, 1 Juni 2016, pria yang akrab disapa Mualem itu akhirnya mengumumkan nama TA Khalid sebagai wakilnya.

Lazimnya setiap gelaran pilkada, setiap calon menggunakan tagline yang berisi singkatan nama pasangan. Tagline itu biasanya berisi potongan nama kedua calon yang digabungkan. Tagline dibuat semenarik mungkin untuk menarik perhatian serta agar lebih mudah diingat dalam benak pemilih.

Lantas apa tagline yang akan digunakan Mualem dan TA Khalid?

Mendapat pertanyaan seperti itu, Mualem mengatakan pihaknya masih belum menentukan tagline nama yang pasti.

“Singkatannya menjadi MAULID. Tapi masih samar-samar, ini belum 100 persen tapi masih rancang-rancang,” ujarnya.

Mualem menjadi bakal calon gubernur kedua yang mengumumkan nama wakilnya sebagai kandidat calon wakil gubernur. Kandidat sebelumnya yang mengumumkan wakilnya adalah Zakaria Saman alias Apa Karya. Apa memilih T Alaidinsyah dan menggunakan tagline ZAKAT. Dilansir Klikkabar.com, 

Sementara, Calon Gubernur Aceh Zaini Abdullah resmi mengumumkan wakilnya yang akan mendampingnya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017. Adalah Nasaruddin, Bupati Aceh Tengah yang dipilih oleh Abu Doto--sapaan Zaini Abdullah. Pengumuman tersebut disampaikannya dalam konferensi pers yang berlangsung di halaman bekas Hotel Aceh, Minggu (31/7). Pasangan ini pun mengumumkan singkatan dari nama mereka yaitu AZAN.

Abu Doto dalam pidato politiknya mengatakan kata AZAN sengaja dirinya pilih bersama Nasaruddin. Alasannya selain kedekatan singkatan nama Zaini Abdullah dan Nasaruddin. Selain itu, kata AZAN dipilih karena tiga karakter yang diharapkan melekat juga pada perjalanan mereka berdua.

"Ini memang terasa dipaksakan untuk pas, tapi banyak yang menyebut saya dengan panggilan Abu Zaini Abdullah dan Nasaruddin, atau Aceh Zaini Abdullah dan Nasaruddin, lebih disingkat dengan AZAN," kata Abu Doto.

Karakter pertama kata Abu, AZAN sebagai seruan. Semoga dirinya bersama wakilnya dan pendukungnya tidak hentinya menyerukan kebenaran dan kebajikan ke seluruh penjuru Aceh.

"Kami berharap pendukung kami bisa menjadi muadzin-muadzin yang senantiasa berseru dan mengajak setiap orang untuk menjaga perdamaian ini. Rencong telah disarungkan, senjata sudah dimusnahkan, rasa marah sudah diredakan, maka saatnya hari-hari di masa damai ini kita isi dengan saling tolong menolong dan saling berbagi kebahagiaan terhadap sesama. Sudah lama kita hidup dalam air mata, sudah menjadi tugas kita untuk menjamin anak dan cucu kita kelak hidup dalam kehormatan dan kebahagiaan," ungkapnya.

Kedua, jelas Abu, AZAN adalah peringatan, ingatan akan waktu dan ingatan akan keberadaan manusia di muka bumi. Tidak henti rekaman masa konflik, detik demi detik perundingan di Helsinki, wajah syuhada-syuhada Aceh jua yang terbayang.

"Kepada mereka lah perdamaian ini kita persembahkan, bahwa syahidnya mereka tidak sia-sia, karena kedamaian telah nyata di Aceh, anak dan isteri mereka tidak akan lagi merasa tidak aman dan terancam. Nama mereka akan menjadi diceritakan turun temurun, anak-cucu-cicit mereka bangga pada pengorbanan orang tua mereka," ujarnya.

Terakhir, jelas orang nomor satu Aceh itu, AZAN adalah ajakan menuju kemenangan. Bahkan dalam tim pemenangan, dirinya selalu mengatakan bahwa kemenangan yang dimaksud adalah terpilihnya gubernur dan wakil gubernur yang terbaik, tidak harus dirinya, siapapun yang akan terpilih kelak.

"Kemenangan adalah buah dari usaha, tidak ada kemenangan yang jatuh dari langit, kemenangan adalah hasil capaian, namun bukan keberakhiran. Kemenangan yang sempurna adalah kemenangan yang dirasakan oleh semua rakyat Aceh, yang menang tidak angkuh dan yang kalah tidak juga menyimpan dendam. Kondisi kemenangan seperti itulah yang kami inginkan," tegasnya. Seperti dilansir AJNN.Net.[]

July 31, 2016 ,
Ketua Partai Gerindra Aceh, T.A Khalid, di deklarasi calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Besar, Saifuddin Yahya – Juanda Djamal, di Lapangan Matador, Lamreung, Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Minggu, 31 Juli 2016. @PORTALSATU.COM/M FAJARLI IQBAL
AMP - T.A. Khalid, Ketua Partai Gerindra Aceh sekaligus pendamping Muzakir Manaf dalam pilkada 2017 mendatang dalam pidatonya di acara deklarasi akbar Saifuddin Yahya–Juanda Djamal meminta segenap masyarakat untuk saling bahu-membahu membangun Aceh.

“Lon lake bak mandum geutanyoe bangsa Aceh. baik bajee awak Gerindra, baik bajee awak Demokrat, mari bersatu padu demi bangsa droe teuh, bangsa Aceh yang mulia. Neu bantu, neudukong pasangan nyoe,” ucap T.A. Khalid dalam sambutan singkatnya di acara yang didakan di Lapangan Sepak Bola Matador, Lamreung, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Minggu, 31 Juli 2016.

T.A. Khalid juga meminta seluruh masyarakat untuk tetap kompak menjaga persatuan. Ia sempat menyentil pihak tertentu yang beberapa waktu lalu mengundurkan diri dari Partai Aceh. Ia memberi perupamaan kereta api yang berjalan di atas rel dan odong-odong di atas aspal.

“Na syara-syara tanyoe dari PA yang hana troeh heut grop pageu, tapi hana pue. Na neu tupat beda keurita apui ngen odong-odong? Keurita apui adak pih kayee keu meusen man pat ijak kon di ateuh rel, man odong-odnong pat? Kon di ateuh aspal. Hana pue ragu, keurita apui teutap ijak di ateuh rel perjuangan,” ucapnya.[Sumber:Portalsatu.com]

KINI zaman semakin modern. Bahkan, dalam bentuk hiburan pun sudah banyak ragamnya. Dan salah satu yang paling fenomenal saat ini ialah permainan Pokemon Go. Ya, permainan menangkap pokemon ini bisa dilakukan di mana saja. Sehingga, seseorang tidak berdiam diri di satu tempat. Alhasil, banyak terjadi cerita-cerita lucu yang terjadi saat seseorang sedang menangkap pokemon.

Pertama, datang dari seorang lelaki asal Selandia Baru Tom Currie. Karena kegemarannya bermain pokemon go, membuatnya rela berhenti dari pekerjaannya hanya untuk berburu pokemon. Ia bekerja sebagai barista dan bartender di sebuah restoran di Hibiscus Coast.

Ibunya juga setuju dengan keputusan Currie. Dan kini Currie berencana mengelilingi Selandia Baru selama dua bulan lamanya, dalam upayanya menangkap semua Pokemon dalam permainan tersebut.(Islampos)

AMP - Trump menciptakan kontroversi lebih besar lagi dengan mengejek istri Khan, yang berdiri diam di samping suaminya..

Calon presiden Partai Republik, Donald Trump menanggapi kritik dari ayah seorang tentara Muslim AS yang tewas di Irak.

Dalam pidato berapi-api di Konvensi Nasional Partai Demokrat pekan lalu, Khizr Khan menyebutkan bahwa Trump tidak berkorban "apapun dan siapapun" bagi negaranya.

Trump menjawab ia telah membuat "banyak pengorbanan" dengan menciptakan lapangan kerja.

Tapi ia menciptakan kontroversi lebih besar lagi dengan mengejek istri Khan, yang berdiri diam di samping suaminya saat Khan berbicara.

"Jika Anda melihat istrinya, dia berdiri di sana," katanya, dalam sebuah wawancara dengan program This Week saluran televisi ABC. "Dia tidak punya bahan apapun untuk dikatakan... Mungkin dia tidak diizinkan untuk punya bahan pembicaraan. Coba Anda kasih tahu saya."

Sang isteri yang diejek, Ghazala Khan mengatakan sebelumnya, pada hari Jumat (29/7) bahwa dia tidak berbicara karena dia masih diliputi kesedihan dan tidak bisa melihat foto anaknya tanpa menangis.

Calon wakil presiden Partai Demokrat Tim Kaine mengatakan pernyataan Trump merupakan hal yang tidak patut.

"Dia sepertinya mencoba untuk membelokkan topiknya menjadi suatu olok-olok," katanya, dikutip AP. "Itu menunjukkan lebih jauh lagi semacam ketidak-layakan temperamental. Jika Anda tidak memiliki lagi rasa empati, saya tidak yakin Anda bisa mempelajarinya."

Dalam konvensi Partai Demokrat, Khizr Khan menyebut Trump belum pernah membaca konstitusi AS.

Tim Kampanye Donald Trump mengeluarkan pernyataan Sabtu (30/7) yang memuji Humayun, anak Khizr Khan.

"Kapten Humayun Khan adalah pahlawan bagi negara kita dan kita harus menghormati siapa pun yang telah melakukan pengorbanan untuk bekerja untuk membuat negara kita aman," kata Trump dalam pernyataan itu.

"Masalah sebenarnya di sini adalah teroris Islam radikal yang telah membunuhnya, dan upaya kaum radikal ini untuk masuk ke negara kita untuk melakukan kerusakan lebih lanjut."
Pengorbanan Trump

Dan Trump menyangkal kritik Khan.

"Sementara saya merasa sangat karena kehilangan anaknya, Khan, yang belum pernah bertemu saya, tidak memiliki hak untuk berdiri di depan jutaan orang dan menyatakan bahwa saya tidak pernah membaca Konstitusi, dan mengatakan banyak hal lainnya yang tidak akurat, "katanya.

Dalam wawancara ABC yang akan disiarkan pada hari Minggu, seperti terbaca di transkrip yang dirilis oleh Tim Kampanye Trump, ia ditanya pengorbanan apa yang telah dibuatnya.

"Saya bekerja sangat, sangat keras. Saya telah menciptakan ribuan dan ribuan pekerjaan, puluhan ribu pekerjaan, membangun berbagai bangunan besar," katanya.

"... Saya sudah sangat berhasil. Saya pikir saya sudah melakukan banyak hal."(Detik)

Inskripsi Jawi (Sumatra) Kuno pada nisan Ratu Danir, Menye Tujoeh, Pirak Timur, Aceh Utara. (Sisi A). Foto:Khairul Syuhada
AMP - Keberasalan orang Melayu dan bahasa Melayu masih terus dibincangkan para ahli, sekalipun secara garis besar, mereka telah mencapai beberapa kesimpulan. Antara lain, dikarenakan kawasan selatan Sumatra (Jambi-Palembang) sampai dengan waktu ini merupakan kawasan yang terbanyak memiliki prasasti-prasasti dalam bahasa Melayu kuno, maka para ahli masih pada kesimpulan bahwa bahasa Melayu berasal dari sana.

Keberasalan bahasa Melayu ini juga dikaitkan dengan sebuah kerajaan bercorak Buddhisme yang pernah muncul di kawasan selatan Sumatera, yakni Kerajaan Sriwijaya. Sebab itu, mereka juga berkesimpulan bahwa prasasti-prasasti bahasa Melayu kuno yang dijumpai di kawasan selatan Sumatera berasal dari masa sebelum kemunculan kerajaan-kerajaan Islam.

Sementara mengenai prasasti tertua dalam bahasa Melayu kuno yang dibuat dalam zaman Islam dan masih menggunakan aksara Sumatra kuno, para ahli sepakat menunjuk prasasti pada satu batu nisan yang berada di Gampong Menye Tujoeh, Kecamatan Pirak Timur, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Nisan tersebut adalah nisan makam seorang ratu yang namanya disebutkan pada inskripsi berbahasa Arab. Beberapa ahli telah membacanya, namun menyangkut nama orang yang dimakamkan, mereka menghasilkan bacaan yang berbeda satu sama lain: Nurul A’la, Nurul ‘Aqla, Nurul Ilah, Wabisah. Saya sendiri membacanya: Danir atau Dannir. Inskripsi berbahasa Arab itu juga memuat tarikh wafat pada hari Jum’at 7 (9?) Dzulhijjah 791 Hijriah (26 November 1389 Masehi).

Sementara prasasti berbahasa Melayu kuno yang terdapat pada nisan bagian kaki makam telah dibincangkan oleh para ahli semisal J. G. de Casparis, W. F. Stutterheim, Morisson, dan yang paling mutakhir telah dibaca dan dibahas oleh Willem van der Molen dalam Inskripsi Islam Tertua di Indonesia (2008).

Pada prasasti berbahasa Melayu kuno ini juga disebutkan dua nama negeri di mana ratu ini telah dipertuan agung, yakni Pasai dan Kedah. 

Seraya menolak bulat-bulat prasangka bahwa prasasti berbahasa Melayu kuno ini hadir di wilayah pesisir utara Aceh akibat ekspansi Majapahit, maka perlu dipertanyakan tentang kedudukan kedua negeri ini: Pasai dan Kedah—malah tiga negeri jika ditambahkan Jambur Ayir—sebelum masa Islam, atau dengan kata lain pada zaman mana pengaruh Kerajaan Sriwijaya di kawasan selatan Sumatera (geografi Arabo-Persia: Jaziratul Maharaj) masih mendominasi kawasan besar meliputi Pulau Sumatera dan Daratan Semenanjung Melayu sampai Indocina.

Kepustakaan geografi yang ditulis dalam bahasa Arab sejak Sulaiman At-Tajir (abad ke-3 H/ke-9 M) sampai dengan Ibnu Majid (wafat 906 H/1501 M) menyebutkan sebuah daerah bernama Jawah (Javah) dan mengacu ke wilayah pesisir utara Aceh. Ibnu Baththuthah yang memuat informasi lebih panjang tentang Sumuthrah (Samudra Pasai) dalam karyanya Tuhfah An-Nazhzhar menyebutkan dengan terang, ia telah melihat “Jawah” yang hijau dari jarak setengah hari perjalanan laut.

Di sini, saya memaklumi sensitivitas orang Aceh terhadap sebutan “Jawa”, tapi toponimi semisal Krueng Jawa dan Rayeuk Jawa di wilayah pedalaman Krueng Pase, menurut sumber sangat terpercaya, sudah dikenal paling tidak sejak sebelum 100 tahun silam—tokoh yang kami wawancarai untuk keterangan ini pada waktu itu (2010) telah berusia sekira 80 tahun dan ia menuturkan tentang toponimi yang sudah didengar sejak masa kakeknya yang bernama Panglima Si Kleing dari Meuraksa, Lhokseumawe. Maknanya, sensitivitas saya dan Anda tidak dapat menggugurkan kenyataan.

 Mohon bersabar sejenak sebab belum tentu semuanya seperti yang kita duga selama ini, dan jangan sampai gara-gara sensitivitas yang tidak sepenuhnya beralasan itu kita akhirnya melepaskan sesuatu yang hakikatnya kita miliki. Menurut Anda yang sensitif, dari mana datangnya istilah Jawi(جاوي) atau Al-Jawi (الجاوي) itu sendiri? Jawiy merupakan sebuah nisbah yang sejak abad ke-16 sudah mulai ditabalkan untuk penghuni kepulauan bawah angin di India Belakang, dan Al-Jawiyyah menjadi nama sebuah bahasa yang merupakan muasal dari Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu hari ini.

Ibnu Baththuthah dalam karyanya menyebut Jawah dan Mul Jawah. Jawah, dalam catatan tahun 746 Hijriah (1346 Masehi) yang ditulis Ibnu Baththuthah, adalah wilayah di mana dijumpai sebuah kota yang besar, indah dan dikelilingi benteng serta menara-menara penjagaan yang terbuat dari kayu. Sultannya seorang Muslim pengikut mazhab Al-Imam Al-A’zham Muhammad bin Idris Asy-Syafi’iy—Radhiyya-Llahu ‘anhu. Sedangkan Mul Jawah adalah sebuah negeri kafir.

Sebelum Ibnu Baththuthah, Marco Polo dalam laporannya juga telah menyebutkan Jawa Minor yang nama negeri-negerinya antara lain Samara.
Maka tentang wilayah pesisir utara Aceh yang disebut dengan Jawah (Javah) dalam kepustakaan geografi Arab adalah sesuatu yang tidak saya ragukan lagi. Pelacakan bukti-bukti untuk adanya daerah inti dari wilayah yang disebut dengan Jawah ini juga masih dilakukan. Daerah aliran Krueng Jawa dan Rayek Jawa di Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara, adalah di antara daerah-daerah yang sangat dinanti-nantikan dapat menyajikan informasi-informasi berguna menyangkut persoalan keberasalan Jawiy atau Al-Jawiy ini.
CISAH Lhokseumawe, pada 2011, telah melakukan ekspedisi besar-besaran di daerah pedalaman yang berjarak kurang lebih 20 km di selatan Lhokseumawe. Selain temuan-temuan dari masa Islam, CISAH juga menemukan petunjuk-petunjuk yang menyemangatkan mengenai kehidupan masa sebelumnya.

 Sesuatu yang sudah ditemukan pula lewat inskripsi pada batu nisan adalah nama negeri-negeri kuno yang diyakini sudah ada sebelum Islam, yakni Pasai di wilayah Krueng Pase, Kedah di wilayah Krueng Keureuto dan Pirak, serta Jambur Ayir di wilayah Krueng Jamboe Aye. Dari ketiga wilayah ini, Kedah atau wilayah Krueng Keureuto merupakan wilayah yang berada di bagian paling tengah.

Pada 2012, CISAH telah melancarkan ekspedisi yang menghabiskan biaya besar untuk menjelajah kawasan Paya Bakoeng dan sebagian Pirak Timur selama dua bulan lamanya. Dari ekspedisi yang didukung Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara itu, CISAH membawa pulang berbagai informasi yang mengejutkan. Siapa sangka jika daerah di pedalaman Keureuto yang merupakan daerah paling belakang di Aceh Utara dan bertapal batas dengan rimba tengah Aceh itu merupakan pusat permukiman yang sangat padat, dan layak untuk disebut sebagai sebuah kenegerian atau kerajaan?!

Ratusan kompleks makam tersebar di sepanjang bantaran aliran sungai Krueng Keureuto dan Pirak begitu pula di tepi alur-alur air kuno. Pecahan gerabah dan keramik yang ditemukan di daerah itu, menurut Arkeolog Dedy Satria, juga menunjukkan kelas kehidupan mereka yang mewah, dan telah mampu mengimpor barang-barang mewah sejak abad ke-15 M. Ukuran dan bentuk nisan pada beberapa kompleks makam juga mengesankan adanya satu wilayah politis yang kuat dari sejak sebelum Islam datang.

Dari sumber masyarakat setempat, CISAH pada akhirnya menemukan sebuah kejelasan yang terpercaya bahwa yang dimaksud dengan Kedah pada prasasti Melayu kuno dan Arab di Meunye Tujoeh—yang juga disebut dalam sebuah sumber sekunder—ialah wilayah tengah dari aliran sungai Krueng Keureuto dan Pirak, dan sama sekali bukan Kedah di semenanjung Melayu.

 Dua toponimi di daerah itu telah menjadi pemutus syak wasangka mengenai kedudukan Kedah yang dimaksud pada prasasti Meunye Tujoeh. Pertama, satu tempat yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Abeuk Kedah, yakni semacam kubangan atau genangan air yang berukuran relatif besar dan seringnya ditumbuhi rumpun pokok rumbia serta tanaman penyedot air lainnya, dan biasanya juga terbentuk dari bekas tempat yang terdalam (leubok) dari sebuah aliran sungai yang sudah lama tidak berfungsi akibat proses geomorlogis. Kedua, satu lokasi yang disebut dengan Juroeng Ma Prang Kedah, artinya lorong panglima perang Kedah.

Sebuah kesimpulan yang dapat diambil secara gamblang dari data-data ilmiah yang sudah diketemukan ialah bahwa Pasai, Kedah dan Jambur Ayi merupakan daerah-daerah kuno di wilayah yang kemudian diperkenalkan oleh para pelaut abad-abad dominasi Islam dengan nama Jawah (Javah). Dan di antara daerah-daerah ini, Kedah atau wilayah di antara aliran sungai Krueng Keureuto dan Krueng Pirak telah memberikan petunjuk-petunjuk signifikan mengenai kebudayaan pra-Islam lewat peninggalan-peninggalan sejarah zaman Islamnya.
Tampaknya, Kedah merupakan sebuah kenegerian atau kerajaan kuno yang pesat dan menduduki strata yang lebih tinggi dalam kebudayaan, di samping secara jelas, dan masih dapat disaksikan sampai dengan hari, ia adalah wilayah yang paling subur di timur pesisir utara, dan memiliki hutan yang kaya. Semua ini menjadi modal bagi Kedah untuk mencapai tingkat yang tinggi dalam kebudayaan dan peradabannya. Dan sesuai bukti yang ditemukan, secara mutlak dapat dikatakan bahwa Kedah merupakan sebuah kerajaan yang dalam terminologi sejarah hari ini dirumpunkan ke dalam kerajaan-kerajaan Melayu kuno. Sebagai catatan penting di sini yang tidak bisa saya lewatkan ialah pandangan saya terhadap terminologi kerajaan Melayu kuno. Dalam pandangan saya, ini adalah penamaan yang saya kira keliru. Terminologi yang paling relevan dan memiliki dasar-dasar lebih kuat sebenarnya adalah kerajaan Jawi kuno. Kiranya, dalam buku-buku sejarah yang diajarkan di Aceh kelak, terminologi kerajaan Melayu kuno dapat ditukar dan diluruskan dengan penyebutan “kerajaan Jawi kuno/lama”.

Wajarlah bila kemudian, di abad ke-14 Masehi, jasad seorang ratu telah disemayamkan di sana sebab Kedah merupakan tanah leluhurnya, dan kakeknya adalah Raja Kedah seperti tersebut pada inskripsi berbahasa Arab di nisan kuburnya. Ia adalah puteri dari Sultan Al-Malik Azh-Zhahir bin Raja Khan bin Raja Kedah yang ditemui oleh Ibnu Baththuthah ketika datang ke Sumuthrah di pertengahan abad ke-14 M.

 Pelacakan untuk menembus relung waktu yang lebih awal telah pernah dilakukan namun belum menghasilkan data-data yang diharapkan. Barangkali, disebabkan penelitian yang dilakukan baru sebatas peninjauan permukaan, dan baru sekali tahapan sampai dengan saat ini. Namun bagaimanapun, daerah ini dan sekitarnya sangat menjanjikan adanya temuan-temuan yang penting menyangkut kebudayaan yang berkembang pada masa pra-Islam, asal dari kebudayaan Jawi yang secara kurang mengena hari ini telah disebut dengan kebudayaan Melayu.

Untuk satu bukti pendukung atas kedalaman akar kebudayaan Jawi di Kedah atau wilayah aliran sungai Krueng Keureuto dan Pirak ini saya tampilkan satu batu nisan berinskripsi Arab, yang ditemukan di Kecamatan Matang Kuli, Aceh Utara. Sisi yang perlu diperhatikan pada batu nisan ini menyangkut masalah yang sedang dibicarakan adalah: model kaligrafinya, begitu pula bunyi inskripsinya yang sedikit banyak juga menarik perhatian.

Dengan memperbandingkan model kaligrafi pada nisan ini dengan tulisan Melayu kuno pada nisan Ratu Dannir di Menye Tujoeh dapat diperhatikan suatu kedekatan yang memberitahukan adanya keterpengaruhan model kaligrafi Arab itu dengan tulisan Melayu kuno. Untuk saat ini belum dapat ditentukan mana yang lebih tua antara kedua batu nisan tersebut sebab dari hasil pembacaan sementara, belum ditemukan penanggalan pada nisan di Matangkuli ini. Sementara pada nisan Ratu sebagaimana telah disebutkan tadi tercantum tarikh wafat 791 (781) Hijriah.

Sampai sekarang, meskipun telah mengerahkan segala upaya yang dimiliki untuk menemukan makam tiga tokoh lain yang disebutkan pada nisan Ratu Dannir, yaitu Sultan Al-Malik Azh-Zhahir, Raja Khan dan Raja Kedah, tapi usaha tersebut masih belum menuai hasil. Jadi, boleh-boleh saja, nisan makam berinskripsi Arab di Matangkuli itu adalah milik salah seorang dari tiga tokoh tersebut, ataupun seseorang yang telah wafat sebelum Ratu Dannir. Dari segi tipologi batu nisannya terbilang unik dan masih terbilang dalam model yang mewakili abad ke-14 M. Sesuatu yang kemudian dapat mendukung ketuaan batu nisan ini dari batu nisan Ratu Dannir adalah bunyi inskripsi yang hakikatnya langka—bahkan seingat saya belum pernah—ditemukan pada nisan-nisan Samudra Pasai.

Baca Selanjutnya

AMP - Yudi (29) warga Kecamatan Peunaron terpasaksa dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Zubir Mahmud Idi, pada Minggu (31/7) sekitar pukul 01.25 WIB dini hari tadi, akibat dipukul sejumlah warga, karena tertangkap tangan mencuri lembu di lokasi PT Agra Buana Niaga.

Menurut keterangan Kapolres Aceh Timur melalui Kapolsek Serbajadi Iptu Tonny Sinaga, Yudi bersama dengan satu orang temannya bernama Nando, pada Sabtu (30/7) sekitar pukul 21.00 WIB sedang menangkap lembu dengan menggunakan jerat tali pelepah sawit di lokasi kebun sawit milik PT Agra Buana Niaga yang terletak di Desa Srimulya, Kecamatan Peunaron Aceh Timur.

Namun naas, aksi mereka terendus beberapa orang warga yang sedang menjaga lembu di lokasi itu, karena menurut warga selama ini kerab kehilangan lembu dikawasan itu.

"Akhirnya warga berhasil menangkap Yudi, sedangkan satu orang rekannya kabur," ujar Tonny.

Dikatakan Tonny, saat anggota kepolisian mendatangi TKP, terlihat satu ekor lembu yang telah diikat di bawah pohon sawit, serta mendapati pelaku babak belur dihakimi massa.

"Lalu oleh anggota kita membawa pelaku ke Puskesmas Peunaron, kemudian petugas medis menyarankan agar pelaku dirujuk ke RSUD dr. Zubir Mahmud karena kondisinya yang luka parah. Selain itu polisi juga akan mengumpulkan saksi-saksi, serta mengamankan barang bukti guna penyelidikan," tutur Tonny.[sumber: AJNN.Net]

AMP -- Ditengah maraknya isu penembakan terhadap gembong teroris yang selama bertahun-tahun menjadi target bagi aparat keamanan terutama Polisi, yang selama ini bersembunyi di wilayah hutan di Poso, dan kemudian TNI menjadi satuan yang dianggap mampu menemukan persembunyian Santoso dalam waktu singkat bahkan menembak mati yang bersangkutan. Saat ini, kembali digemparkan dengan informasi tertembaknya seorang anggota TNI bahkan yang bersangkutan masuk dalam Tim satgas Intel Tinombala oleh anggota Polisi di Poso. Ada apa ini semua? Bisakah pihak polisi menjawab ini semua?, pasalnya belakangan ini dikatakan bahwa yang memiliki kecenderungan melanggar HAM adalah pihak TNI, nah ini malah Polisi menembak TNI. 
 
Apalagi yang akan dijadikan alasan oleh pihak Polisi kalau sudah terjadi demikian. "tidak sengajakah?, atau kena peluru pantulan?" hahaha... sungguh Aneh... inikah kehebatan Polisi? Sungguh sangat menyedihkan karena pasukan terlatih kita MATI yang disebabkan kebodohan Polisi. Yang lebih menyedihkan lagi hal tersebut terjadi dan dilakukan oleh aparat Polisi yang notabene dikatakan sebagai aparat yang taat kepada HAM dan paling mampu mengatasi Terorisme. Apakah ini yang disebut profesionalisme Polisi, atau mungkin bisa dikatakan bahwa Profesionalisme Polisi harus dikaji kembali. Mari kita sideback terhadap beberapa kasus yang ditangani oleh pihak Polisi. Berapa banyak orang yang diduga teroris yang sudah mati terbunuh oleh Pihak Polisi (Densus 88). 
 
Kalau seperti ini berarti sama saja bahwa Polisi sudah menjadi senjata pembunuh bagi lawan-lawanya. Padahal kalau dilihat dari tugas pokok polisi dan sesuai dengan MOTTO Kepolisian, bahwa “POLISI adalah sebagai PENGAYOM dan PELINDUNG rakyat”. Tapi kenapa hampir tak satupun terduga teroris yang ditangkap hidup. Rakyat mana yang sudah dilindungi oleh Polisi?, sementara kalau kita ingat, kasus Siyono di Solo, yang nyata-nyata mati saat ditangan Polisi. Kita tidak tahu kanapa? Tapi yang jelas faktanya demikian. Barangkali hal ini perlu adanya evaluasi terhadap psikologi aparat kepolisian. Karena kita tahu bahwa Polisi yang bunuh diri dan membunuh keluarganya juga banyak. Katanya polisi sebagai pelindung rakyat, tapi senjatanya melebihi aparat TNI. 
 
Mana nih yang benar?, apakah senjata Polisi pas kalau digunakan untuk membunuh rakyatnya sendiri?, sudahkah sesuai dengan MOTTO yang dimiliki kepolisian? Ini menjadi PR bagi pemerintah ke depan agar tidak jatuh korban-korban berikutnya. Perlu adanya evaluasi bagi aparat kepolisian termasuk setandar senjata yang bisa digunakan oleh kepolisian, karena kalau dilihat bahwa senjata Polisi lebih hebat dari senjata TNI yang memang digunakan untuk membunuh musuh-musuhnya. Apakah rakyat diposisikan sebagai musuh Polisi, sehingga Polisi perlu senjata yang sangat modern dan mematikan ?, wallahuaklam.

(kompasiana.com)

Kelompok Boko Haram menyerang konvoi bantuan kemanusiaan PBB. | (Istimewa)
AMP - Sebuah konvoi bantuan kemanusiaan PBB dibawah pengawalan militer disergap dan diserang kelompok Boko Haram di negara bagian Borno timur laut Nigeria. Tiga anggota staf kemanusiaan dan dua tentara terluka seperti dilaporkan PBB dan militer Nigeria.

Konvoi itu tengah dalam perjalanan kembali ke Maiduguri setelah melakukan pengiriman pasikan makanan untuk sebuah kamp yang ditinggali 24 ribu warga miskin yang terlantar akibat serangan Boko Haram di Bama. Beberapa kelompok bantuan juga menjadi bagian dari konvoi.

"Pasukan kembali dari Bama bertugas mengawal kemanusiaan, disergap dalam perjalanan ke Maiduguri oleh tersangka sisa-sisa teroris Boko Haram yang bersembunyi di desa Meleri, beberapa kilometer dari Kawuri," kata juru bicara militer Nigeria, Kolonel Sani Usman, dalam sebuah pernyataan.

Usman mengatakan pasukan yang mengawal konvoi terlibat baku tembak dengan pelaku penyerangan dan memaksa orang-orang melarikan diri seperti dikutip dari CNN, Minggu (31/7/2016).

Serangan itu memicu penghentian sementara misi bantuan kemanusiaan PBB di daerah sambil menunggu evaluasi ulang dari situasi keamanan, bunyi pernyataan UNICEF. Sebelumnya, kelompok Medicine Without Borders (MSF) mengatakan wilayah timur laut Nigeria di ambang "bencana kelaparan," dengan ratusan ribu orang terjebak tanpa bantuan, dan harus dinyatakan sebagai "darurat tingkat tinggi."

Boko Haram menguasai wilayah Bama pada bulan September 2014 lewat sebuah serangan mematikan yang memaksa ribuan orang melarikan diri. Kota ini berhasil direbut oleh militer pada Maret tahun lalu.(sindonews)

Hartoni sang gembong narkoba  
AMP- Prioritas Jaksa Agung HM Prasetyo dalam mengeksekusi mati para terpidana membuat masyarakat bertanya-tanya. Sebab selain Freddy Budiman, masih banyak terpidana yang juga 'Mandi uang' di penjara karena terus jualan narkoba. Tapi mereka tak kunjung dieksekusi mati. Mengapa?

Dalam catatan detikcom, Minggu (31/7/2016), salah terpidana tersebut adalah Hartoni. Pria kelahiran 26 Februari 1960 itu awalnya dipidana 8 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri (PN) Banjarmasin karena mengedarkan narkoba.

Dua tahun merasakan bui di Banjarmasin, ia dipindahkan ke LP Narkotika Nusakambangan dengan tujuan meminimalisir sepak terjang Hartoni.

Tapi apa nyana, di dalam penjara itu Hartoni malah semakin membabi buta mengedarkan narkoba dari Alcatraz-nya Indonesia itu. Akal bulus warga Darmo Satelit, Surabaya itu bekerja yaitu dengan membangun kandang sapi di samping Lapas Narkotika, Nusakambangan pada 2009.

Dalam mendirikan kandang sapi ini, ia mendapat restu dari Kalapas yaitu Marwan Fadli dengan dalih Hartoni telah memasuki masa asimilasi.

Tapi siapa nyana, dari kandang sapi ini, pemilik nama asli Giam Hwei Liang itu mengoperasikan bisnis narkobanya dengan cara menelepon anak buahnya di berbagai penjuru Indonesia karena dari dalam LP sinyal diacak.

Hartoni juga berjualan narkoba di dalam LP dengan pura-pura memesan pakan ternak dari luar Nusakambangan. Tapi dalam plastik pakan ternak disisipi paket sabu.

Berikut contoh beberapa transaksi yang terendus:

12 Oktober-20 Januari 2011
Hartoni mengendalikan jaringan narkobanya di seluruh penjuru Indonesia dengan omset Rp 4,9 miliar dengan memakai rekening atas nama May Wulandari-Surya Sunarta.

November 2009-Desember 2010
Hartoni mengendalikan jaringan narkobanya di seluruh penjuru Indonesia dengan omset Rp 256 juta dengan memakai rekening atas nama May Wulandari-Amin Sunarta.

Desember 2009-Maret 2010
Hartoni mengendalikan jaringan narkobanya di seluruh penjuru Indonesia dengan omset Rp 1,6 miliar dengan memakai rekening atas nama Hendry Wijaya.

Hartoni mengendalikan jaringan narkobanya di seluruh penjuru Indonesia dengan omset Rp 1,7 miliar dengan memakai rekening atas nama May Wulandari-Rahmadaniah.

Juni 2010
Hartoni memesan 600 gram sabu dari Syafrudin alias Kapten dengan harga Rp 540 juta. Paket sabu itu sampai di kandang sapi dan dijual eceran di dalam LP.

2009-2010
Hartoni mengoperasikan sabu di Banjarmasin seberat 15 kg dengan keuntungan Rp 3 miliar.

Januari 2011
Terjadi transaksi narkoba di bawah jaringan Hartoni sebesar Rp 519 juta.

15 Februari 2011
Hartoni meminta Cahyono untuk menjadi pengecer dalam LP.

Dari keuntungan itu, uang tersebut dibagi-bagi ke timnya dalam beberapa tahap, antara lain:

1. Andhika Permana Rp 68 juta
2. Dhiko Aldila Rp 14 juta
3. Rinal Kornial Rp 15 juta
4. Rismayana Rp 50 juta.
5. Fob Budhiyono Rp 100 juta.
6. Koming Dewi Sapta Rp 273 juta.
7. Saipul Abu Gozala Rp 1,1 miliar.
8. Sesilia Natalie Rp 1 miliar.
9. Selpih Rp 842 juta.
10. Andhika Permana Rp 113 juta
11. Fob Budhiyono Rp 42 juta.
12. Tata Hidayat Rp 145 juta
13. Koming Dewi Sapta Rp 145 juta.
14. Saipul Abu Gozala Rp 285 juta.
15. Selpih Ro 203 juta.

Siapakah mereka yang terlibat dalam kasus pencucian uang ini? Ternyata Bob merupakan Kepala Sub Bidang Pembinaan dan Pendidikan Lapas, Dhiko Aldila dan Andhika Permana Dirgantara adalah anak kandung Marwan, Rinal Kornial adalah cucu Marwan dan Rita-May merupakan anak buah Hartoni.

Pada Februari 2011 polisi membekuk aksi operasi jaringan narkoba dari balik penjara tersebut. Mereka lalu diadili dan dihukum:

1. Hartoni yang awalnya dihukkum 8 tahun penjara diperberat menjadi hukuman mati.
2. Syafrudin dihukum mati.
3. Marwan Adli dihukum 13 tahun penjara.
4. Fob dihukum 7 tahun penjara.
5. Dhiko Aldila (anak kandung Marwan) dihukum 1,5 tahun penjara.
6. Andhika Permana Dirgantara (anak kandung Marwan) dihukum 2,5 tahun.
7. Rinal Kornial (cucu Marwan) dihukum 1 tahun penjara.
8. Rita Juniati (pembantu Hartoni) dihukum 2,5 tahun penjara.
9. May Wulandari (pembantu Hartoni) dihukum 2,5 tahun penjara.

Dengan gurita narkoba di atas, Hartoni dan Syafrudin masih saja dibiarkan menghirup udara bebas di dalam penjara. Putusan mati itu hingga saat ini belum dilaksanakan padahal sepak terjang Hartoni dkk lebih ganas daripada Freddy Budiman.

Sebab Hartoni malah bisa menyuap kalapas khusus narkoba itu dan menjadikan Marwan sebagai cecunguknya,sampai kapan hukuman mati Giam Hwei Liang digantung?
(Sumber: Detikcom)

meninggal



Blang Kejeren - Rahman Aman Ali (40) warga Kendawi Kecamatan Dabun Gelang, Kabupaten Gayo Lues (Galus), Senin (25/7) sekitar pukul 05.30 WIB, meninggal dalam perawatan di RSUD Blangkejeren. Pria itu sebelumnya dilarikan ke rumah sakit, Minggu (24/07/2016) malam, sejenak dihantam dengan double stic oleh Sahabat (25), yang tak lain tetangganya.

Adapun pemukulan itu di awali dari pengaduan istri Sahabat, yang mengaku sering diganggu oleh Rahman. Kasus itu kini dalam penanganan pihak Polres Gayo Lues, termasuk Sahabat yang kini juga telah diamankan di Mapolres Galus.

Rahman dianiaya oleh Sahabat, ketika tersangka merangsek ke kediaman korban yang juga rumah mertuanya. Saat itu di rumah Rahman berkumpul sanak familinya, karena sedang dilangsungkan rapat keluarga, menjelang pesta perkawinan.

Disebut-sebut, korban Rahman yang telah memiliki anak dan istri itu, juga punya hubungan kekerabatan dengan tersangka Sahabat. Tersangka mengaku jika selama ini sering mendapat laporan bahwa korban sering menyambangi rumahnya, saat dirinya tak di rumah.

Terakhir ia dilaporkan oleh istrinya Surni (20), bahwa korban mengganggu sang istri, Minggu (24/7) sekira pukul 12.00 WIB. Yang membuat tersangka emosi, usai mengganggu istrinya, korban tertawa-tawa.

Tersangka mengaku saat datang ke rumah korban, ia sempat disuruh duduk dan ditawarkan minuman oleh istri korban. Namun ia tak peduli dan langsung menghajar korban Rahman dengan tongkat ganda alias double stic, hingga korban tersungkur.

Pihak keluarga lalu meringkus Sahabat yang berprofesi sebagai tukang becak bermotor dan menyerahkannnya ke polisi. Sementara korban dilarikan ke rumah sakit. Belakanmgan, korban Rahman meninggal dunia dalam perawatan intensiv.

Kapolres Galus AKBP Bhakti Eri N, mengatakan, tersangka pemukulan dan penganiayaan, Sahabat (40) telah diamankan di Mapolres Galus dan dilakukan pemeriksaan.

�Kasus pemukulan dan penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia itu sedang dilakukan penyelidikan dan pemeriksaan lebih lanjut, bahkan polisi sudah memeriksa dan memintai keterangan saksi sekitar 10-an warga setempat,� tambah Kapolres melalui KBO Reskrim Polres Galus.


sumber : prohaba

AMP - Komandan Pangkalan Udara TNI AU (Danlanud) Kolonel Pnb Heddezul mengatakan, perbatasan di kawasan Ambalat sering memanas akibat pelanggaran wilayah laut oleh kapal patroli Malaysia.

Hal itu berbeda dengan wilayah kedaulatan udara yang masih nihil. Hingga saat ini, tidak terjadi pelanggaran yang dilakukan negara tetangga, terutama oleh Malaysia.

“Untuk wilayah kedaulatan udara tidak ada kasus yang menonjol di wilayah perbatasan Ambalat. Memang dulu sering terjadi pelanggaran di wilayah perbatasan perairan. Tetapi wilayah perbatasan udara aman, tidak ada pelanggaran,” ujar Heddezul, Jumat (29/7).

Kendati wilayah kedaulatan udara aman, sambung Heddezul, patroli udara rutin dilakukan yang di-back up pesawat tempur dari Skadron Udara XI Makassar. Patroli mengerahkan pesawat canggih flanker Sukhoi-27, Sukhoi-30, dan F-16 Tiger. ”Patroli udara kadang juga dengan pesawat Skyhawk,” imbuhnya.

 Heddezul menambahkan, tantangan yang dihadapi negara termasuk TNI AU semakin berat. Termasuk ketergantungan dengan luar negeri. Karena itulah, jajaran TNI AU bersama pemerintah harus bisa mencari solusi, belajar mengenali diri sendiri. (JPNN)

Ilustrasi
AMP - Salah satu anggota club motor dikeroyok massa di Gampong Singgah Mata, Kecamatan Baktiya Barat, Aceh Utara, persisnya di depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Minggu, 31 Juli 2016 dini hari. Pengeroyokan itu dipicu karena korban terlebih dahulu memukuli warga setempat.

Informasi dihimpun portalsatu.com  menyebutkan, Rusdian Dani, 25 tahun, warga Gampong Matang Kumbang,  Kecamatan Baktiya bersama belasan anggota club motor lainnya melaju dari arah Lhoksukon menuju Baktiya. Dari arah belakang melaju mobil L-300 pick-up yang dikemudikan M Halim, 21 tahun, warga Gampong Singgah Mata. Saat itu M Halim sempat membunyikan klakson karena hendak mendahului rombongan klub motor tersebut.

Mendengar suara klakson, lanjut warga, rombongan itu tetap pada posisi semula. Sehingga M Halim langsung memotong rombongan itu, sehingga mobil menyerempet Rusdian.

"Rusdian mengejar mobil dan menghentikannya di SPBU. Setelah itu ia langsung mendatangi sopir, M Halim seraya memegang kerah baju dan memintanya untuk turun. Setelah memukul M Halim, ia berkata 'ini Aceh Utara Bos'. Lalu perkelahian pun terjadi. Sementara anggota club lainnya menonton, massa pun datang dan mengeroyok Rusdian," ujar warga setempat.

Dilanjutkan, massa juga membawa Rusdian ke salah satu tempat isi ulang air mineral dan pengeroyokan berlanjut. Dalam kejadian itu Rusdian mengalami bengkak kepala dan tangan, luka cakar di sekujur tubuh, serta luka memar di bagian dada akibat benturan.

"Melihat temannya dikeroyok, anggota club lainnya langsung menuju Polres Aceh Utara melaporkan kejadian tersebut. Selang beberapa menit petugas kepolisian datang ke lokasi. Rusdian dibawa ke Puskesmas Baktiya, sedangkan massa sudah terlebih dahulu bubar," kata warga yang enggan menyebutkan namanya.

Geuchik Gampông Matang Kumbang, Muhammad, secara terpisah mengatakan, dirinya memang mendengar kabar adanya pria yang dikeroyok massa. "Saya dengar ada yang dikeroyok, tapi tidak tahu siapa dan apa sebabnya," katanya singkat.

Sementara itu, Kapolres Aceh Utara AKBP Wawan Setiawan, melalui Kapolsek Baktiya Barat Ipda Musa membenarkan kejadian tersebut. Pihaknya langsung turun ke lokasi usai menerima informasi.

"Sepeda motor Rusdian sudah diamankan ke Polres. Hasil penyelidikan sementara diketahui, Rusdian dikeroyok usai memukuli M Halim. Kasus ini masih dalam tahap pengumpulan bukti dan saksi," katanya.(*) Sumber: portalsatu.com

AMP - Konflik sudah sebelas tahun berakhir, tapi amunisi sisa konflik masih terus merobek tubuh, dan bahkan ada yang merenggut nyawa. Hoka tanggungjawab pemerintah dan mereka yang dahulu berkonflik dengan senjata?

***

Bom meledak, lukai dua siswa di Aceh Barat. Kejadian yang terjadi pada Sabtu (30/7/206) sore di sungai Kaway XVI itu menyebabkan Samsuar (12) dan kawannya satu lagi Fahrul Alam (16) terluka dibeberapa bagian tubuhnya.

Ceritanya, bocah MTsN itu sedang menyelam di sungai mencari ikan kedapatan benda sejenis bom, lalu mereka naik ke darat ingin menokok-nokok pakai batu, terus meledak.

Kisah yang sama, tapi lebih tragis terjadi beberapa waktu yang lalu. Baydarus bin Syukri (16), warga Desa Cot Seutui, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, tewas mengenaskan setelah terkena serpihan bom, pada Kamis (14/7/2016).

Siswa kelas III SMP Negeri 2 Blang Dalam, Kecamatan Bandar Dua, itu diduga meninggal karena mengutak-atik bahan peledak sisa konflik Aceh 11 tahun lalu yang baru ditemukannya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, peristiwa nahas itu berawal ketika Baydarus menemukan sebuah bom yang ternyata masih aktif. Senjata perang itu dibawa korban ke dalam kandang ayam di pekarangan rumahnya.

Karena penasaran, Baydarus mengutak-atik bom yang diduga jenis granat tersebut. Besar kemungkinan ada terjadi benturan sehingga mesiu di dalamnya bereaksi dan langsung meledak.

Pada Sabtu (7/5/2016) siang juga ada kejadian bom meledak dan mengakibatkan Azan Muslim (20) warga Desa Lampeuneuruet, Kabupaten Aceh Besar tewas di tempat, dan bom itu juga diperkirakan sisa konflik.

Jejak meledaknya bom sisa konflik juga bisa dilacak pada tahun 2014 sehingga Serambi Indonesia (SI) pada Senin (11/8/2014) menulis editorialnya (Salam) berjudul “Basmi Habis Semua Amunisi Sisa Konflik.”

Dalam editorialnya, Serambi Indonesia mengingatkan bahwa “Tragedi seperti ini bukan yang pertama terjadi pascakonflik Aceh. Sudah puluhan kasus sebelumnya terjadi.”

Lalu, SI menyatakan prihatin karena konflik sudah hampir sembilan tahun berakhir, namun eksesnya masih dirasakan hingga kini. SI juga mengingatkan sisi kealfaan pihak Aceh Monitoring Mission (AMM) pada amunisi berupa granat, ranjau, bom, dan bom rakitan karena lebih terfokus pada penyerahan 840 pucuk senjata api milik kombatan GAM.

SI juga mengingatkan bahwa pada masa Komisi Bersama Keberlanjutan Perdamaian Aceh membahas melalui CoSPA Meeting rencana pelucutan segala bentuk amunisi itu, malah pihak donor sudah sediakan dana Rp 200 juta untuk mengumpulnya, didapat jawaban dari pimpinan kombatan GAM bahwa karena lamanya konflik Aceh mereka sudah tak ingat lagi di mana disimpan atau ditanam granat, bom, ranjau, dan peluru-peluru itu. Akhirnya, upaya ‘collecting’ dan ‘disposal’ amunisi yang terserak itu gagal dilakukan.

“Akibatnya, delapan tahun setelah konflik berakhir pun kita masih mencatat kisah-kisah tragis seperti yang dialami Saiful, Yusrizal, atau korban lainnya,” tulis SI pada 2014.

Masih dalam editorialnya itu, SI juga menyentil pihak aparat karena dinilai masih sangat kurang sosialisasi yang dilakukan Kodam maupun Polda Aceh sampai ke jajaran Babinsa dan Polsek agar siapa pun yang menemukan benda asing berupa amunisi (granat atau bom) di lingkungannya, jangan nekat mengetuk-ngetuk atau menggergajinya, bahkan membakarnya sendiri.

“Sudah cukuplah puluhan kasus tragis terjadi di Aceh gara-gara ketidaktahuan bocah dan remaja bahwa amunisi sisa konflik itu masih potensial melukai bahkan membunuh. Ke depan, upaya sosialisasi ini yang harus gencar dilakukan,” ingat SI.

Bukan hanya aparat, SI juga mengingatkan masyarakat, termasuk eks GAM.

“Lakukanlah yang terbaik bagi Aceh. Laporkan segera ke aparat keamanan terdekat bila di lingkungan kita ditemukan benda mencurigakan berupa bom, granat, ranjau atau peluru yang diduga aktif. Kita ingin Aceh damai selamanya dan damai Aceh haruslah menyebabkan negeri bekas konflik ini terbebas dari senjata ilegal maupun amunisi tak bertuan yang potensial mencabut nyawa, melukai tubuh, bahkan merusak tatanan perdamaian di Aceh. Semoga.”

***

Sekarang, bagaimana caranya kita mengingatkan lagi semua pihak, agar senjata dan amunisi bekas konflik tidak lagi merobek tubuh dan apalagi merenggut nyawa anak negeri. Haruskah sampai menunggu senjata menerkam tuannya sendiri?! Untuk itu, sedikit saja kita tanyakan “hoka tanggungjawab semua pihak yang dahulu berkonflik dengan senjata?!”(*) Sumber: acehtrend.co

July 30, 2016 ,
AMP - Kasus penyalahgunaan Alokasi Dana Gampong (ADG) di wilayah hukum Polres Aceh Timur kembali terjadi. Kali ini terjadi di Gampong Uram Jalan, Kecamatan Banda Alam yang berujung pada pelaporan geuchik setempat kepada pihak kepolisian.

Informasi yang dihimpun portalsatu.com, warga setempat melaporkan Geuchik Jafaruddin ke Polres Aceh Timur.
Masyarakat menduga geuchiknya telah menyalahkan dana ADG diluar dari LPJ.

Kapolres Aceh Timur AKBP Rudi Purwiyanto melalui Kasat Reskrim AkP Budi Nasuha Waruwu kepada portalsatu.com membenarkan adanya laporan itu.

Budi mengungkapkan hasil dari penyelidikan itu terindikasi kerugian negara sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah). Namun kasat Reskrim menyebutkan kasus penyalahgunaan dana  itu telah diselesaikan secara musyawarah di meunasah gampong setempat.

"Mengetahui adanya temuan tersebut, Satreskrim Polres Aceh Timur bersama Kapolsek Banda Alam dan warga Gampong Uram Jalan bermusyawarah membahas adanya penggunaan ADG di luar Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)," ujar Kasat Reskrim, Sabtu, 30 Juli 2016.

Sementara itu dalam musyawarah yang berlangsung di meunasah Gampong Uram Jalan tersebut pihak kepolisian bersama masyarakat serta disaksikan oleh angota dewan Asnawi dari fraksi partai Aceh, Sekcam, Mukim Gampong, Bhabinkamtibmas, Babinsa, Geuchik, Sekdes, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, tokoh Pemuda dan sekitar 60 warga  memberikan kesempatan kepada geuchik untuk mengklarifikasi laporan tersebut.

"Geuchik Jafaruddin telah mengklarifikasi sekaligus mengakui penggunaan penggunaan ADG Tahun 2015 kepada warganya dalam mufakat itu juga geuchik turut mengaku akan mengatikan dana yang telah diambilnya itu," kata Budi.

Setelah memperoleh kesepakataan tersebut, lanjut Budi, Geuchik Jafaruddin mengembalikan penggunaan dana di luar LPJ ke kas gampong sebesar 10.000.000 masing-masing akan dipergunakan pihak gampong untuk Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) dan pembelian material (pasir, batu)  serta untuk penimbunan jalan gampong sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah).

"Di hadapan seluruh tokoh Setelah terjadi kemufakatan antara warga dengan Geuchik, pernyataan tersebut kemudian dituangkan dalam surat kesepakatan bersama yang diarsipkan di kantor desa dan Polres Aceh Timur," pungkas Akp Budi.[portalsatu.com]

July 30, 2016 ,
AMP - Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Lhokseumawe, akan menghentikan penyidikan terhadap kasus meninggalnya petugas Pemadam Kebakaran Lhokseumawe.

Baca: Petugas Pemadam Meninggal Tergilas Ban Mobil Damkar

Sebelumnya, penyidik telah memeriksa sejumlah saksi mata dan melakukan rekontruksi peristiwa yang terjadi April silam itu.

Kapolres Lhokseumawe AKBP Hendri Budiman, melalui Kasat Reskrim AKP Yasir mengatakan, pihaknya telah melakukan rekontruksi beberapa waktu lalu dan kemudian menggelar hasil temuan. Namun, alat bukti tidak cukup untuk disangkakan kepada terlapor. Saat rekontruksi berlangsung, pihak penyidik mempraktekkan 16 adegan dan menghadirkan 10 saksi.

"Penyelidikan dan penyidikan sudah selesai dilaksanakan dan sudah kita gelar perkara juga. Hasilnya alat bukti tidak cukup untuk disangkakan kepada terlapor. Saat ini lagi kita siapkan berkas untuk surat pernyataan penghentian penyidikan (SP3)," kata Yasir kepada AJNN, Sabtu (30/7).[ajnn.net]

Beirut - Sebanyak 10 warga sipil tewas terbunuh oleh serangan udara di Atareb, Provinsi Allepo, Suriah bagian utara, Jumat (29/7) waktu setempat. Pelaku serangan udara belum jelas identitasnya.

Sebagaimana dilansir AFP, Sabtu (30/7/2016), dari 10 warga sipil yang jadi korban itu, lima di antaranya adalah anak-anak.

The Syrian Observatory for Human Rights menyatakan ada tiga serangan yang menargetkan jalan utama dan tengah kota. Mereka mengatakan jumlah korban tewas bisa bertambah karena banyak yang mengalami luka serius.

Atareb adalah kota yang didirikan para pemberontak pemerintahan Suriah. Negara ini memang tengah dikecamuk perang.

Belum jelas betul, siapa gerangan yang melancarkan serangan udara yang mematikan ini, apakah pesawat jet yang melancarkan serangan itu adalah milik Rezim Suriah atau milik sekutu Rusia, masih menyisakan tanda tanya. The Syrian Observatory mengecam serangan ini dan menyebut sebagai "sebuah pembantaian baru" yang mengoyak anak-anak.

Sebelumnya juga dikabarkan, rumah sakit bersalin yang disokong Save the Children di Idlib juga diserang dari udara. Rumah sakit rusak para, dan korban timbul akibat serangan ini. Kabarnya, ada anggota kelompok Jabhat Fateh al-Sham yang ditarget di rumah sakit ini.

Pekan lalu, serangan udara juga menyasar rumah sakit pengganti dan bank donor darah di bagian timur Aleppo Suriah. Serangan bahkan disebut berlangsung selama 24 jam.(Detik.com)

Beirut - Rumah sakit bersalin di Idlib Suriah dibom oleh serangan udara. Akibatnya, korban timbul dan rumah sakit itu rusak parah. Belum bisa dipastikan jumlah korban akibat pemboman ini.

Sebagaimana dilansir AFP, Jumat (29/7/2016), rumah sakit di Kafar Takharim, kota bagian barat laut Idlib Suriah itu disokong oleh yayasan amal dari Inggris, yakni Save the Children.

"Rumah sakit bersalin yang didukung Save the Children di #Idlib dibom, dilaporkan ada korban-belum dipastikan jumlahnya," cuit Save the Children di Twitter.

Mereka menyatakan bom telah menghantam keseluruhan bagian rumah sakit. Padahal, ini adalah satu-satunya rumah sakit khusus persalinan dan anak-anak di bagian barat laut Idlib.

"Ada korban dan kami menunggu konfirmasi terkait jumlahnya," kata pernyataan mereka.

The Syrian Observatory for Human Rights juga melaporkan di kota yang didirikan para pemberontak itu rusak parah dan tak bisa beroperasi. Berdasarkan keterangan di lapangan, dikabarkan anggota kelompok Jabhat Fateh al-Sham yang sedang mengunjungi istrinya di rumah sakit telah ikut terbunuh dalam serangan ini.

"Dialah target sebenarnya. Dia hendak mengunjungi istrinya yang sedang melahirkan ketika pemboman terjadi," kata kepala monitoring dari The Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdel Rahman.

Pemboman ini terjadi sehari setelah kelompok teroris cabang Al Qaeda yakni Front Al Nusra memisahkan diri dengan jaringan teroris internasional, dan mengganti nama menjadi Jabhat Fateh al Sham. Belum jelas betul siapa yang membom rumah sakit ini. Save the Children belum merinci apakah serangan udara ini dilakukan oleh pesawat tempur rezim Suriah ataukah oleh sekutu Rusia.

Dikatakan Save the Children, rumah sakit itu adalah yang terbesar di wilayah itu, melayani 1.300 perempuan tiap bulannya. "Rumah sakit punya enam inkubator untuk bayi prematur, dan sebuah klinik rawat jalan untuk menolong ibu hamil dan menyediakan perawatan setelah persalinan," kata mereka.

Sejumlah klinik dan rumah sakit pengganti di wilayah ini telah diserang oleh serangan udara rezim Suriah, khususnya di Aleppo dan provinsi Idlib.(detik.com)

AMP - Pemerintah Turki akan menutup Pangkalan Udara Akinci di dekat Ibu Kota Ankara. Alasannya, Pangkalan Udara Arkinci jadi markas de-facto untuk komplotan militer yang berupaya melakukan kudeta.

Rencana penutupan itu disampaikan Perdana Menteri Turki Binali Yildirim pada hari Jumat (29/7/2016).

”Saya menyatakan kepada semua orang yang sekarang berdiri di alun-alun Kazan (kota sebelah barat laut dari Ankara). Pangkalan Akinci ini, yang jadi sarang para pengkhianat, akan ditutup dan kami akan mengubahnya menjadi tempat bagi para martir kami yang meninggal (menyelamatkan) demokrasi selama upaya kudeta,” kata Yildirim, seperti dikutip Sputniknews.

Semua unit yang menampung peralatan militer komplotan kudeta, kata Yildrim, juga akan ditutup.

Pada tanggal 15 Juli 2016, sebuah faksi di militer Turki berusaha untuk menggulingkan Pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan. Pemerintah Turki menuduh Fethullah Gulen—mantan sekutu Erdogan yang berubah jadi musuh—yang tinggal di Amerika Serikat (AS) sebagai dalang upaya kudeta.

Setelah upaya kudeta digagalkan, Ankara meluncurkan pembersihan besar-besaran di korps militer, pemerintah, akademisi hingga media. Puluhan ribu orang ditahan dan dipecat karena dianggap terlibat dan mendukung upaya kudeta.

Bahkan, pembersihan besar-besaran itu juga ditargetkan di luar negeri termasuk di Indonesia. Di mana, sembilan sekolah yang dituduh terkait organisasi teroris Feto dan Fethullah Gulen diminta Pemerintah Turki agar ditutup.

Permintaan itu disampaikan Kedutaan Besar Turki di Jakarta. Sembilan sekolah itu antara lain;

1. Pribadi Bilingual Boarding School, Depok
2. Pribadi Bilingual Boarding School, Bandung
3. Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School, Tangerang Selatan
4. Semesta Bilingual Boarding School, Semarang
5. Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School, Yogyakarta
6. Sragen Bilingual Boarding School, Sragen
7. Fatih Boy’s Sekolah, Aceh
8. Fatih Girl’s School, Aceh
9. Banua Bilingual Boarding School, Kalimantan Selatan

AMP - Perusahaan motor legendaris Harley-Davidson (HD) terus merugi, bahkan HD sendiri telah menurunkan jumlah produksi sepeda motor untuk pasar dunia.

Harley-Davidson Inc pada hari Kamis, (28/7/2016) mengatakan penurunan total penjualan dan permintaan domestik yang terus menurunkan telah menyebabkan perusahaan untuk memangkas produksi dan pengiriman sepeda motor di 2016.

"Kami tidak berharap industri ini mengalami penurunan. Sementara permintaan pasar terus menurun, kenaikan harga pasar  menambah dampak penuh kerugian ini, "kata kepala eksekutif HD Matt Levatich seperti dilansir thestar, Jumat (29/7/2016)

HD memangkas pengeluaran tahun 2016 sebanyak 264.000 - 269.000 unit sepeda motor. Dari sebelumnya 269.000 - 274.000 unit sepeda motor.

Saat ini Harley-Davidson (HD) dikabarkan akan diambil alih oleh perusahaan ekuitas swasta KKR & Co, karena dianggap merugi. Namun demikian, hingga berita ini diturunkan pihak KKR & Co sendiri ternyata hingga saat ini masih enggan mengomentari kabar tersebut.

Tetapi pihak HD telah mengeluarkan pernyataan menyangkal, “Harley-Davidson telah sering menjadi subyek dari berbagai macam spekulasi. Ini praktek lama. Kami tidak mengomentari rumor pasar dan spekulasi. “ tulis pengumuman Harley Davidson seperti dilansir cnbc, (11/7/2016).

Namun, dampak dari rumor pasar itu telah membuat saham Harley naik hampir 20% pada Jum’at, 1 Juli lalu. Karena, investor berspekulasi bahwa perusahaan sepeda motor Amerika itu kemungkinan memang akan diambil alih oleh KKR & Co.

Perlu diketahui, KKR & Co adalah pemain utama di bidang keuangan dan mengelola aset sekitar $ 126.000.000.000, termasuk usaha di bidang energi, infrastruktur, real estate, pembiayaan, dan permodalan. Memang dalam setahun terakhir, H-D tidak menunjukkan performa lebih baik, sehingga menimbulkan spekulasi yang berkembang menjadi rumor pengambilalihan.
(Sindo)

July 29, 2016 ,
AMP - Tak sedikit korban konflik Aceh yang hingga kini belum tersentuh bantuan sedikitpun dari pemerintah. Diantara mereka banyak juga perempuan Aceh yang berstatus janda hingga kini masih menjalani hidup tanpa belas kasihan.

Mereka tetap saja berpasrah, dan memaksakan diri untuk tetap bertahan hidup dengan harta seadanya. Kasus-kasus tersebut terkesan tak terurus, seperti dikatakan Nurkisah (80), salah seorang janda tua asal Kabupaten Aceh Utara saat ditemui lintasatjeh.com pada Senin (06/10/2014).

Nurkisah merupakan, istri Al-marhum salah seorang pejuang untuk membela Aceh. Suaminya gugur dalam perjuangan Aceh Merdeka (AM) pada tahun 1976. Kepergian suaminya itu meninggalkan sepuluh orang anak. 8 laki-laku dan 2 perempuan.

Janda berusia renta ini mengaku hingga sekarang masih belum menerima bantuan sedikitpun dari Pemerintah Aceh, sebagaimana layaknya orang lain menerima bantuan. "Saya ikhlaskan semua itu. Al-marhum suami saya pun berjuang bukan untuk keluarga, melainkan kepentingan semua rakyat Aceh," kata Nurkisah dengan mata berkaca-kaca.

Kondisi tubuh ibu tua ini tak lagi berdaya. Namun, ia yang ditemani anak perempuannya Nurhayati (41), memaksakan diri untuk menceritakan semua kisah hidupnya.

Awalnya, kata dia, ia yang bersama perempuan lain seperti istri Al-marhum Ismail Ben, istri Ayah Pasee, istri Daud Janggoet, istri Yusuf Ali, istri Yusuf AB dan beberapa orang istri mantan pejuang itu dibawa pergi oleh sekelompok orang bersenjata waktu itu (tahun 1978) di kuala Cangkoi, Ulerubek, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara.

Bantuan Pemerintah mungkin tak bisa diharap pasti, katanya. Sementara dari KPA atau eks GAM juga tidak pernah ia rasakan sejauh ini. "Dari KPA sendiri, saya tidak pernah merasakan bantuan, satu on gula pun tidak pernah kami rasakan. Kami berusaha menjadi diri sendiri dan keluarga," sebut nenek ini sambil tersenyum.

Tak ada habisnya jika berbicara masalah konflik Aceh yang terjadi puluhan tahun silam. Namun, sedikit dari serangkaian kasus memang ada keunikan tersendiri untuk diungkapkan. Setidaknya untuk diketahui saja.

Singkat cerita, janda-janda dan perempuan Aceh lainnya yang merupakan korban konflik hingga kini masih banyak yang belum mendapatkan bantuan pemerintah. Padahal, mereka sangat berharap adanya sedikit bantuan, sebagai belas kasihan untuk menyederhanakan hidup mereka pasca perdamaian Aceh - RI.(lintasaceh.com)

July 29, 2016 ,
AMP - Peringati Hari Harimau Dunia, puluhan aktivis lingkungan dari lintas komunitas dan LSM di Banda Aceh menggelar kampanye penyelamatan terhadap Harimau Sumatera. Aksi tersebut juga dijadikan momentum untuk memburu pemburu harimau yang marak di Aceh.

Dalam kampanye tersebut, puluhan aktivis menggunakan atribut menyerupai Harimau seperti topeng serta replika harimau. Selain itu mereka ikut membawa sejumlah spanduk seperti, Aceh For Global Tiger Day 2016 dan #BuruPemburu. Hari Harimau se Dunia diperingati setiap 29 Juli.

Mereka juga memburu cap jempol masyarakat untuk mendukung penghentian pemburuan satwa langka itu. Cap jempol dengan warna menyerupai kulit Harimau tersebut ditempel pada sehelai kain putih sepanjang lima meter.

Koodinator Aksi dari Gerakan Earth Hour Aceh, Cut Ervida mengaku, cap jempol warga Banda Aceh tersebut nantinya akan dikirimkan ke Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya.

“Kita akan meminta pemerintah Indonesia serius memerangi perburuan dan perdagangan Harimau dengan memberi hukuman yang berat bagi para pelaku kejahatan,” kata Cut Ervida, Jumat (29/7/2016).

Menurutnya, setiap tahun kasus perburuan dan jual beli Harimau terus meningkat. Oleh sebabnya, ia menilai perlu kerjasama yang dibangun antara aparat serta masyarakat untuk bisa mencegah kasus serupa ke depan.

Cut Ervida menambahkan, dari enam spesies harimau yang tersisa di dunia, Harimau Sumatera nasibnya paling tragis karena populasinya menurun drastis. Diperkirakan hanya ada 400 ekor harimau di seluruh pulau Sumatera.

“Setiap tahun polisi menangkap barang bukti kulit harimau dan tulang-tulang yang akan diperdagangkan. Sementara modus jual beli harimau hidup juga terpantau di internet,” ungkapnya.

Kampanye kreatif untuk penyelamatan harimau sumatera ini bertema #ThumbsUpForTiger. Mereka memberi dukungan berupa cap dua jempol tangan sebagai simbol double tigers yang berarti menggandakan populasi harimau.

Para peserta pada kesempatan itu, juga melukis wajah seperti harimau, mengusung poster dan spanduk, orasi, membaca puisi serta aksi flashmob untuk menarik perhatian masyarakat. Kampanye itu digelar oleh Forum Kolaborasi Komunitas didukung oleh WWF Indonesia, Forum Harimau Kita, Fauna dan Flaura Internasional, serta Forum Konservasi Leuser.(OKZ)

Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
AMP - Sekretaris Kabinet Pramono Anung menegaskan, Indonesia tidak akan memenuhi permintaan Pemerintah Turki agar menutup sejumlah sekolah di Tanah Air.

Turki meminta sejumlah sekolah tersebut ditutup karena terindikasi dengan organisasi ulama Fethullah Gulen, tokoh yang dituding berada di balik kudeta atas pemerintahan Presiden Turki Recep Tayip Erdogan beberapa waktu lalu.

"Tentunya kita tidak mau urusan dalam negeri kita dicampuri oleh siapa pun," kata Pramono di Kantor Setkab, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (29/7/2016).

Pramono Anung menegaskan, Indonesia adalah negara yang demokratis, negara yang menjunjung tinggi atau mengedepankan politik bebas-aktif.

Jika memang sekolah yang dilarang oleh Pemerintah Turki tersebut tak melanggar hukum apapun yang ada di Indonesia, maka pemerintah tak akan menutupnya.

"Urusan dalam negeri Indonesia menjadi tanggung jawab Indonesia, termasuk yang secara resmi diatur dalam undang-undang telah mendapatkan persetujuan oleh pemerintah di Indonesia, tentunya peraturan perundangan Indonesia lah yang digunakan," ujar Pramono.

"Karena kedaulatan itu menjadi penting bagi Indonesia," tuturnya.

Kedutaan Besar Turki telah mengeluarkan rilis yang meminta Pemerintah RI melakukan penutupan sekolah-sekolah terkait dengan jaringan Organisasi Teroris Fethullah (FETO).

FETO merupakan sebutan Pemerintah Turki untuk para pengikut Fethullah Gulen, seorang ulama yang dituding Presiden Recep Tayyip Erdogan sebagai dalang aksi percobaan kudeta militer yang terjadi di Turki, beberapa waktu lalu.

Dalam rilis tersebut ada sembilan sekolah yang diduga terkait dengan jaringan Gulen. Di antaranya Pribadi Bilingual Boarding School, Depok, Pribadi Bilingual Boarding School, Bandung, Kharisma Bangsa Bilingual School, Tangerang Selatan.

Selain itu, Semesta Bangsa Bilingual Boarding School, Semarang, Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School, Yogyakarta, Sragen Bilingual Boarding School, Sragen, Fatih Boy's Shool, Aceh, Fatih Girl's School, Aceh, Banua Bilingual Boarding School, Kalimantan Selatan.(kompas.com)

July 29, 2016 ,
AMP - Isu Mencari Pokemon oleh DPRA yang melakukan Kunker ke empat benua menjadi hot di jejaring sosial bahkan di kalangan masyarakat Aceh.
 
Seperti diberitakan halaman serambinews.com, Kamis, 28 Juli 2016, SEBANYAK 9 anggota Komisi I DPRA, hingga Rabu (27/7) masih di Amerika Serikat (AS) melaksanakan berbagai agenda perjalanan mereka ke luar negeri yang memicu berbagai sorotan, kritikan, bahkan kecaman. Perjalanan ke luar negeri ini juga dilakukan Komisi II (Australia), Komisi III (Swiss), Komisi IV (Maroko), dan Komisi VII (Spanyol).

Khusus Komisi I, Serambi berhasil menghubungi salah seorang anggota rombongan yaitu H Musannif melalui audio call WhatsApp, Rabu (27/7) pukul 17.19 WIB atau pukul 05.19 Waktu Amerika. Saat itu Musannif dan rombongan sedang di sebuah hotel di Kota Providence, Negara Bagian Rhode Island.

“Sebenarnya anggota Komisi I DPRA ke AS 10 orang namun Pak Djasmi Has tidak berangkat karena tidak mendapat izin dari partainya,” kata Musannif, anggota DPRA dari PPP.

Ditanya apakah pihaknya mengetahui tentang gencarnya sorotan terhadap kunker ke luar negeri anggota DPRA, menurut Musannif mereka mengikuti semua itu. “Kami tahu dan mendengar semua kritikan serta hujatan yang ditujukan kepada kami. Kami dikatakan jalan-jalan, plesiran, dan berbagai tudingan negatif lainnya. Sampai ke foto-foto kami pun mendapat sorotan tajam. Kami dibilang asyik foto-foto selfie,” ujar Musannif. “Saat sudah pulang nanti akan kami jelaskan semua ke publik,” lanjutnya.

Mengenai foto termasuk foto selfie, Musannif secara khusus menjelaskan, ketika bertemu dengan tuan rumah atau dengan pihak Kedubes RI, selalu saja diajak foto-foto dan langsung dishare ke Twitter resmi Dubes Indonesia. “Bagaimana mungkin ketika kita datang ke tempat orang tidak ada foto sama sekali,” kata Musannif menanggapi banyaknya komentar miring terhadap foto bersama maupun foto selfie anggota rombongan.

Saat dimintai konfirmasi terhadap laporan yang menyebutkan bahwa ada sejumlah anggota DPRA dari Komisi I yang ikut membawa istri kunker ke Amerika Serikat, Musannif membenarkan informasi tersebut.

“Ya, di antara kami (Komisi I) ada empat orang yang membawa istri dengan biaya pribadi,” kata Musannif.

Menurut Musannif, anggota DPRA dari Komisi I yang membawa istri, selain dirinya juga Abdullah Saleh, Azhari Cage, dan Buhari Selian. Ditanya mengapa harus bawa istri, Musannif menjelaskan, “Ya, kadang-kadang kita nggak siap untuk jalan sendiri karena perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan. Kalau alasan saya membawa istri, palig tidak saya punya kawan kalau capek-capek.”

Musannif mengaku bisa memahami munculnya berbagai reaksi termasuk hujatan terhadap mereka. Namun, kata Musannif, Komisi I sudah menyiapkan ekpose perjalanan termasuk hasil yang dicapai selama kunker di AS.

Musannif mencontohkan, Komisi I DPRA melakukan pertemuan dengan Dekan Fakultas Kemaritiman University of Rhode Island (URI) dan secara kebetulan ada beberapa mahasiswa asal Indonesia yang sedang ambil S2 dan S3 di sana.

“Kami juga membawa surat dari Rektor Unimal Lhokseumawe agar URI melakukan kerja sama dengan Unimal karena selama ini kerja sama sudah terjalin dengan ITB, IPB, Unsyiah, dan UTU Aceh Barat,” ungkapnya. Musannif menambahkan, sambutan pihak URI sangat positif, bahkan URI menawarkan kerja sama konkrit dengan Aceh kepada Komisi I DPRA.

URI merupakan salah satu kampus di AS yang dikenal memiliki keunggulan dan keahlian di bidang kelautan dan perikanan. Bahkan sampai saat ini pihak Kementerian KKP telah mengirim puluhan staf Kementerian melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di URI.

Dalam kunjungan ke USA, Komisi I DPRA didampingi Mr Brook Williams Ross, Founder and Manager Indonesia Education Partnertship. Mereka menggelar sejumlah pertemuan dengan kampus maupun otoritas lainnya di USA.

Pertemuan dengan pihak URI yang berlangsung Selasa 26 Juli 2016, hadir Wakil Rektor URI, Mrs Laura dan Mrs Nancy Stricklyn selaku Ketua Program Kemitraan dan Kerja sama Internasional URI serta Dekan Faculty of Environment and Life Sciences, Prof Jhon Kirby.

Sebuah komitmen disampaikan oleh kedua belah pihak untuk segera membangun kerja sama yang lebih konkrit dengan URI terkait isu hukum laut, perikanan dan kelautan, termasuk pendidikan S2 dan S3 serta kerja sama riset dan pendidikan jangka pendek tentang isu-isu (crush program), misalnya peningkatan kapasitas Kelembagaan KKR Aceh yang baru-baru ini terbentuk. “Untuk mengkonkritkan kerja sama tersebut, Wakil Rektor URI berjanji akan mengirimkan timnya ke Aceh pada Oktober 2016,” demikian Musannif.(serambinews.com)

AMP - Kunjungan Kerja (Kunker) ke Luar Negeri tidak ada manfaatnya dan terkesan menghambur-hamburkan uang. Tidak penting, mubazir. Itulah pernyataan seorang wakil Gubernur yang juga merangkap sebagai ketua Partai Aceh (PA) yang sekarang jadi Balon Cagub Aceh 2017 mendatang.

“Masih banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan di sini, bukan ke luar negeri. Jika tetap mau ke luar negeri pakai uang sendiri saja,” kata Muzakir Manaf, Ketua DPA Partai Aceh sebagaimana dilansir harian Serambi Indonesia.

Pernyataan tersebut dianggap aneh oleh segelintir masyarakat Aceh, dikarenan seorang pimpinan Partai tidak mengetahui atau tidak mengambil sikap terhadap perjalanan para anggota Dewan ke 4 benua di Dunia.

"Pernyataan Mualem hanya pencitraan publik, masak anggota Partainya mencari pokemon keluar Negeri Mualem tidak tau," sebut GAM Cantoi seorang warga di kota Banda Aceh.

Rakyat sangat menyesalkan sikap para anggota DPRA yang menghamburkan uang rakyat ke luar Negeri, dikarenakan kepergian mereka tidak akan membuahkan hasil apapun, apalagi kemiskinan di Aceh semakin bertambah selama kepemimpinan ZIKIR dan juga DPRA yang notabonenya dari Partai Aceh.

Bukan hanya kemiskinan, pembangunan di Aceh pun semakin tidak berjalan, banyak proyek yang terbengkalai alias tidak selesai, dan juga jalan di sejumlah kecamatan di ibukota dan kabupaten masih rusak parah.

"jangankan jalan Gampong, jalan Kecamatan pun masih banyak yang belum di Aspal, 4 M broe ke luar Negri, di Mualem kalheuh ijak baroe di Larang (sudah berangkat baru dilarang)," tambah seorang lagi yang duduk semeja dengan GAM Cantoi tadi

Mualem melarang kader PA di DPRA yang berada di Komisi II, III, IV, dan V untuk berangkat. Sedangkan bagi anggota Komisi I DPRA yang sudah berangkat tidak lagi dipersoalkan, yaitu Abdullah Saleh, Azhari, Iskandar Usman Al Farlaky, dan Tgk Harun.

“Yang terlanjur ya sudah. Ini hanya untuk mereka yang belum berangkat,” pungkas Mualem,[Red]

AMP - Aksi yang dilancarkan belasan mahasiswa BEM Unsyiah hingga saat ini, masih berlangsung di depan Gedung DPRA.

Seperti diberitakan sebelumnya, aksi tersebut sebagai bentuk protes mahasiswa kepada anggota DPRA yang ingin melakukan perjalanan dinas atau kunjungan kerja ke lima negara, empat benua pada Agustus nanti.

Dalam orasinya, mahasiwa mengatakan, tak ada untungnya anggota DPRA berkunjung ke luar negeri. Pasalnya, perjalanan yang memboyong lima komisi DPRA itu hanya akan menghambur-hamburkan uang rakyat.

"Ngapain mereka ke luar negeri, ada manfaatnya? Nggak ada kawan-kawan. Mereka ke luar negeri pasti untuk mencari pokemon, mereka mencari monster ke sana kawan-kawan," teriak salah seorang orator dalam aksi tersebut.(TRB)

Ilustrasi
AMP - Lebih murah dari pelacur, lebih rendah dari pelacur, bahkan dianggap lebih gampangan dari pelacur. Ada 'Perempuan Aceh' yang seperti itu. Bahkan sepertinya mulai banyak.

Padahal serumpun besar bunga jelita Aceh ini ada yang dibekali dengan kecerdasan melebihi laki-laki. Mereka menjelajahi bilabong di Australia. Menjejakkan kaki di praire Amerika. Mereka tergelak gembira dalam selebrasi intelektual di depan gerbang Arc de Triomphe Paris.

Dan dengan sama gempitanya mereka jadi pelacur.
Mereka berteriak gembira menuntut dibenarkan telanjang di depan orang banyak, atas nama modernisasi. Mereka yang menggunakan kecerdasannya ambil jalan putar, menggugat kewajiban berhijab dengan tuduhan arabisasi.

Seolah kalau melenggang dengan busana yang mencetak belahan bokong dan dada mereka adalah simbol kebebasan dan kecerdasan perempuan. Padahal dulu kita perempuan bersusah payah dari terbelakang dan telanjang ataupun semi telanjang, meningkatkan nilai perempuan sebagai penopang peradaban yang dinilai karena kecerdasan, keanggunan, dan kesabarannya. Bukan karena payudara yang dipampang atau pinggul yang digoyang.

Aku terkesima melihat perempuan aceh yang dulu dikenal karena ketangguhan dan harga dirinya, sekarang banyak yang bangga jadi pelacur. Bahkan lebih murah dari pelacur.

Karena pelacur, harus dibayar untuk disentuh, diraba, digerayangi. Sedangkan mereka, boleh diraba, boleh disentuh, boleh digerayangi, boleh dinikmati, gratis. Cukup dengan kata aku cinta padamu, aku akan menikahimu, engkaulah bulan bintangku. Lalu tahun ini tubuhnya disentuh laki-laki ini, tahun depan dibelai laki-laki lain.

Tolong katakan. Harga diri apa yang kalian teriakkan dengan cara melacur begitu.

Bagaimana menjamin keturunan kalian bila rahim yang seharusnya kita banggakan malah menampung bayi tak berdosa, yang lahir instant, tanpa tahu nasab jelasnya. Lalu dimasa depan justru jatuh cinta dan menikah secara halal, tapi tak sangka kasihnya adalah saudari seayah. Yang ayah ibunya terperangah ketika jumpa, tapi tak bisa bicara karena aib bertahun-tahun disembunyikan.

Aku, jauh dari sempurna. Hijabku belum benar. Masih salah dan belajar. Tapi aku tahu, tubuh ini, jiwa ini, berharga. Karena diciptakan langsung oleh Tuhan. Terlalu berharga untuk diobral. Dalam diriku juga menyandang kehormatan perempuan hebat seperti Tjut Nja' Dhien, Pocut Bahren, Malahayati, Sultanah Safiatuddin.

Mungkin kamu, yang merasa bangga jadi murahan. Diciptakan di supermarket atau pabrik, jadi kelasnya boleh diobral.

"Padahal kami ajari dia mengaji, kami ajari dia agama. Tapi dicorengnya marwah ayah dan mamaknya." Menangis ibu itu saat pengajian tadi pagi. Aku dan yang lain terdiam tak tahu harus berkata apa. Ini kejadian kedua tahun ini. Kejadian pahit anak tetangga yang lain, yang walaupun tidak hamil tapi sudah 'melakukan', yang pacarnya yang kabur pulang ke kampungnya, yang kini diburu dan dibawa kembali dengan penuh marah oleh ayah juga abang si gadis, masih belum selesai. 

Mudah untuk memberi nasihat atau kata-kata manis. Yang sabar mak. Ini Ujian Tuhan mak. Jangan sedih, mak. Atau malah menambah beban dengan kesan seakan peduli. Aduh kenapa bisa begitu. Itulah anak sekarang, hana dijaga marwah orang tua. Dan kata lain sejenisnya.
Banyak kita yang memilih menutup mata. Seolah Aceh kita tercinta, Serambi Mekah ini masih seperti dulu. Padahal penyakit moral dan perilaku berakhlak busuk mulai menggerogoti. Postinganku sebelumnya, yang dicaci maki karena bahasanya dianggap tak menghargai, adalah realitas, yang sebenarnya semua orang tua melihat sendiri. Gaya pergaulan membuat perempuan diperlakukan sangat murah. Gaya pacaran yang bebas. Lihat saja menempelnya badan berbalut baju ketat tapi berjilbab, yang semakin banyak.

Kalau keluar malam, tak susah mencari bukti. Lihat di tempat-tempat seperti Rex Peunayong, atau warung-warung burger pinggir jalan, yang naik motor keliling kota, atau yang diupload foto mesra di facebook, hari minggu di pantai-pantai. Semakin banyak jumlahnya.

Bahasa yang kasar, bukan, aku tak punya pilihan selain menulis yang tegas, tak bermanis-manis. Lembut sudah tak berhasi. Maka kutampar dengan keras. 

Dan banyaklah yang marah. Ada pula yang menuntut pembuktian ilmiah, data statistik. Seolah berita di koran dan apa yang bisa dilihat setiap hari tidak cukup menjawab.

"Banyak yang lebih suka menutup mata, dari pada melihat kenyataan. Bahwa sekarang pergaulan bebas di Aceh semakin parah. 
Dan dengan tak peduli, kita malah membiarkannya jadi berkembang."

Ku tuliskan saja sedikit yang dengan gampang beritanya bisa dicari, lalu kalian yang masih bilang tak ada, silahkan pergi sendiri ke Mahkamah Syar'iyah dan Dinas Syariat Islam, ambil datanya, buktikan sendiri.

  1. Wilayatul Hisbah (WH) atau Polisi Syariat Islam mengamankan lima pelaku khalwat atau mesum di dua tempat terpisah di Kota Banda Aceh. (link)
  2. “Pasangan terduga khalwat ini diamankan di sebuah salon di kawasan Peunayong, Banda Aceh,” kata Kepala Satpol PP dan WH Kota Banda Aceh Ritasari Pujiastuti melalui Kepala Seksi Penegakan Hukum dan Undang-undang Satpol PP dan WH Kota Banda Aceh Evendi A Latief di Banda Aceh, Kamis (23/10), dilansir dari Merdeka.(link)
  3. Petugas Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah (Satpol PP dan WH) menangkap basah sepasang remaja sedang mesum di Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Senin (29/6) (link)
Itu semua di tahun 2015. Dan sebenarnya masih banyak lagi. Tapi hal yang bisa didapat informasinya dengan mudah ditolak dengan berkelit bahwa sumbernya koran murahan. Bukan soal koran apa semata, lihatlah faktanya. Kalau ada menyebutkan institusi seperti Dinas Syariat Islam, tentu bisa di periksa kebenarannya. (maaf kalau judul linknya agak nakal, oplah mereka memang ditingkatkan dengan jenis judul begitu)

Koran bertiras besar semacam serambi tentu tidak ingin berita begitu saja yang memenuhi halaman-halamannya. Tapi itu adalah hal yang terjadi. Di tanah Aceh tercinta. Dan kita lebih memilih seolah itu tak ada.

Tanyakan pada lembaga perlindungan perempuan, dan akan muncul angka yang mencengangkan tentang kejahatan seperti perkosaan, dan sejenisnya. Dan angka itu meningkat terus. Semakin tinggi.

Pada tahun 2008, ada 92 kasus perceraian akibat pernikahan dini di Mahkamah Syar'iyah Aceh. Sedangkan dari data Mahkamah Syar’iyah Takengon, sepanjang tahun 2014 lalu tercatat ada 32 kasus perkara Dispensasi Kawin (DK) atau pernikahan dibawah umur, sedangkan pada tahun ini hingga memasuki awal Mei 2015 sudah ada 14 kasus yang sama. Begitu rilis dari Radio Republik Indonesia (RRI). Ini RRI bukan koran yang dianggap murahan.

Sampai kapan kita akan terus menutup mata. Coba lihat, ku kutip dari media nasional kelas atas. 

Berdasarkan hasil investigasi The Foundation Kita dan Buah Hati pada 2015, Aceh menduduki peringkat pertama pelecehan seksual terhadap perempuan di Indonesia pada 2014. Banda Aceh adalah daerah dengan angka pelecehan seksual tertinggi di Aceh.

Menurut Catatan Tahunan Kekerasan terhadap Perempuan di Aceh 2013-2014 oleh Balai Syura Ureung Inong Aceh (BSUIA) bekerja sama dengan Jaringan Pemantau Aceh (JPA) 231 dan Pusat Studi Wanita Universitas Islam Negeri (PSW UIN) Ar-Raniry Banda Aceh pada 2015, angka kekerasan seksual terhadap perempuan berupa pemerkosaan terus meningkat di Aceh. Pada 2013, terjadi 42 kasus dengan rentang usia korban 6-18 tahun dan 52 kasus dengan rentang usia korban 26-40 tahun 2014.

Berdasarkan data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Aceh pada 2014, angka pelecehan seksual terhadap anak terus meningkat di Aceh, yakni 278 kasus pada 2009, 311 kasus tahun 2010, dan 468 kasus pada 2011-2012. (sumber. Kompas)
 
Dari bertambahnya perilaku mesum dikalangan masyarakat yang pelakunya kian beragam, pekerja, pegawai negeri, pejabat,  ibu rumah tangga, mahasiswa sampai remaja. Hingga kekerasan dan pelecehan seksual yang meningkat, dan terus meningkat. Mungkin dipengaruhi oleh pergaulan bebas, sehingga godaan seksual juga naik, dan ketika penyaluran tidak ditemukan, berubah menjadi kekerasan dan paksaan.

Memang angkanya masih kecil, tapi terus meningkat. Begitu juga sikap dan pergaulan yang semakin bebas lepas mengerikan. Aku masih belum lupa video yang beredar di sosmed, tentang dua gadis yang bertengkar dipasar memperebutkan seorang laki-laki, di Aceh pula.

Sedikit demi sedikit, perlahan-lahan jadi semakin banyak. Kita masih juga menutup mata. Tersebut nama daerah kita Aceh kita langsung marah. Kita masih saja tertidur dalam nama besar Aceh di masa lalu. Kita menolak melihat kenyataan. Lalu mendadak kita tersadar, semua sudah hancur, terlambat

Sumber: darakeumala.blogspot.co.id
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget