AMP - Tak bisa dipungkiri, Irwandi Yusuf adalah salah satu bakal calon gubernur Aceh paling menarik dalam kontestasi Pilkada 2017 ini.
Betapa tidak, dalam posisi politik apapun yang sedang diperankannya, pasti publik memperbincangkan, dengan antusias.
Terakhir, instruksinya untuk mengumpulkan ktp, juga menjadi perhatian publik. Seperti sebelumnya, gerak politik Gubernur Aceh (2007-2012) ini, penuh energi dalam membangunkan “api politik” publik.
Apa yang terjadi? Pihak lawan politiknya, terpaksa ambil waktu, minimal sekedar untuk membuat pernyataan yang bisa menahan laju popularitas dan elektabilitas orang penting di partai lokal bernama PNA ini.
Terkait aksi pengumpulan KTP yang dilakukan oleh Tim Sukses Irwandi Yusuf, itu dipandang sebagai bukti, bahwa kemenangan Irwandi Yusuf dalam survey, patut diragukan.
Bahkan, ada yang mulai “mencubit” Irwandi jika apa yang dilakukannya hanya sedang memposisikannya sebagai sosok yang sombong dan sok hebat, padahal kini bukan lagi sebagai pejabat.
Meski begitu, bagi Irwandi dan tim suksesnya, politik adalah tindakan penuh perencanaan, dan perencanaan politik tidaklah tunggal. Ada plan A, bahkan hingga ada plan Z, atau mungkin saja plan 0 alias zero.
Tapi, bukan soal banyaknya plan politik yang mampu dimainkan Irwandi dan tim suksesnya, melainkan kemampuan mereka di dalam meramu isu-isu politik sehingga publik bergairah mencermati perjalanan Pilkada 2017, termasuk memberi tafsiran-tafsiran atas politik.
Inilah yang kemudian membantu proses dialektika demokrasi di Aceh sedikit bergerak lebih kaya. Coba perhatian kala Irwandi Yusuf bicara tentang Pilkada Halal. Ini terminologi politik baru meski sebelumnya sudah ada perbincangan politik Islam.
Bukan hanya itu, gebrakannya dalam pencarian kartu politik pengusung dari berbagai partai politik nasional juga menarik, sekaligus kembali mampu membuka cakrawala publik tentang makna kepentingan politik versus politik kepentingan.
Publik, seperti kembali diajak untuk membuka file politik kepentingan elit Jakarta atas Aceh, dan melalui persentuhan Irwandi Yusuf dengan elit politik Jakarta, publik sadar betapa elit politik Jakarta hanya punya satu agenda, politik praktis.
Jakarta sama sekali bukan “sahabat” yang bersama rakyat Aceh ikut mendukung dan mendorong hadirnya tradisi berdemokrasi yang penuh kompetitif dengan sepenuhnya partisipasi rakyat. Bagi mereka hanya ada satu kalkulasi politik, menjadi bagian dari partai yang ikut menang.
Maka, bagi lawan politik Irwandi Yusuf di Aceh, sikap praktis Jakarta juga sangat diinginkan, dan bila perlu menjadi bagian dari pihak yang bersedia “menjepit” kaki Irwandi Yusuf agar tidak bisa naik, dan pada waktunya, Irwandi Yusuf juga kehilangan energi untuk “berlari” mengumpulkan KTP.
Politik Kepiting, diam-diam sedang dipraktekkan di Aceh. Ini situasi berbahaya untuk mewujudkan kepentingan politik Aceh. Jika Pilkada 2017 di Aceh miskin sosok yang membuat rakyat Aceh bergairah mengikuti Pilkada 2017 maka sesungguhnya demokrasi Aceh sudah mati sebelum mati. Apakah Irwandi Yusuf akan menyerah, atau berhasil dipaksa menyerah dalam tarikan arus politik kepentingan? Waktu menjadi penjawab sempurna!(*) Sumber: acehtrend.co
Betapa tidak, dalam posisi politik apapun yang sedang diperankannya, pasti publik memperbincangkan, dengan antusias.
Terakhir, instruksinya untuk mengumpulkan ktp, juga menjadi perhatian publik. Seperti sebelumnya, gerak politik Gubernur Aceh (2007-2012) ini, penuh energi dalam membangunkan “api politik” publik.
Apa yang terjadi? Pihak lawan politiknya, terpaksa ambil waktu, minimal sekedar untuk membuat pernyataan yang bisa menahan laju popularitas dan elektabilitas orang penting di partai lokal bernama PNA ini.
Terkait aksi pengumpulan KTP yang dilakukan oleh Tim Sukses Irwandi Yusuf, itu dipandang sebagai bukti, bahwa kemenangan Irwandi Yusuf dalam survey, patut diragukan.
Bahkan, ada yang mulai “mencubit” Irwandi jika apa yang dilakukannya hanya sedang memposisikannya sebagai sosok yang sombong dan sok hebat, padahal kini bukan lagi sebagai pejabat.
Meski begitu, bagi Irwandi dan tim suksesnya, politik adalah tindakan penuh perencanaan, dan perencanaan politik tidaklah tunggal. Ada plan A, bahkan hingga ada plan Z, atau mungkin saja plan 0 alias zero.
Tapi, bukan soal banyaknya plan politik yang mampu dimainkan Irwandi dan tim suksesnya, melainkan kemampuan mereka di dalam meramu isu-isu politik sehingga publik bergairah mencermati perjalanan Pilkada 2017, termasuk memberi tafsiran-tafsiran atas politik.
Inilah yang kemudian membantu proses dialektika demokrasi di Aceh sedikit bergerak lebih kaya. Coba perhatian kala Irwandi Yusuf bicara tentang Pilkada Halal. Ini terminologi politik baru meski sebelumnya sudah ada perbincangan politik Islam.
Bukan hanya itu, gebrakannya dalam pencarian kartu politik pengusung dari berbagai partai politik nasional juga menarik, sekaligus kembali mampu membuka cakrawala publik tentang makna kepentingan politik versus politik kepentingan.
Publik, seperti kembali diajak untuk membuka file politik kepentingan elit Jakarta atas Aceh, dan melalui persentuhan Irwandi Yusuf dengan elit politik Jakarta, publik sadar betapa elit politik Jakarta hanya punya satu agenda, politik praktis.
Jakarta sama sekali bukan “sahabat” yang bersama rakyat Aceh ikut mendukung dan mendorong hadirnya tradisi berdemokrasi yang penuh kompetitif dengan sepenuhnya partisipasi rakyat. Bagi mereka hanya ada satu kalkulasi politik, menjadi bagian dari partai yang ikut menang.
Maka, bagi lawan politik Irwandi Yusuf di Aceh, sikap praktis Jakarta juga sangat diinginkan, dan bila perlu menjadi bagian dari pihak yang bersedia “menjepit” kaki Irwandi Yusuf agar tidak bisa naik, dan pada waktunya, Irwandi Yusuf juga kehilangan energi untuk “berlari” mengumpulkan KTP.
Politik Kepiting, diam-diam sedang dipraktekkan di Aceh. Ini situasi berbahaya untuk mewujudkan kepentingan politik Aceh. Jika Pilkada 2017 di Aceh miskin sosok yang membuat rakyat Aceh bergairah mengikuti Pilkada 2017 maka sesungguhnya demokrasi Aceh sudah mati sebelum mati. Apakah Irwandi Yusuf akan menyerah, atau berhasil dipaksa menyerah dalam tarikan arus politik kepentingan? Waktu menjadi penjawab sempurna!(*) Sumber: acehtrend.co
loading...
Post a Comment