AMP - Rencana Komisi I, II, III, IV, dan VII DPRA mengunjungi lima negara di empat benua yaitu Amerika Serikat, Australia, Swiss, Spanyol, dan Maroko yang dikemas dalam paket kegiatan kunjungan kerja (kunker) luar negeri pada Juli-Agustus 2016 mendapat reaksi berbagai kalangan.
Salah satu reaksi disuarakan akademisi, Dr Taufik A Rahim SE MSi. Menurutnya, anggota DPRA sama sekali tak memiliki rasa malu, karena itu hanya program jalan-jalan yang dibungkus dengan judul kunker.
“Anggota DPRA kita tidak punya rasa malu, ini program jalan-jalan yang dibungkus dengan kunjungan kerja. Ini hanya kegiatan pelesiran mereka. Program kunker itu menunjukkan anggota dewan kita tidak pernah peka terhadap protes rakyat yang selama ini disampaikan,” kata Taufik kepada Serambi, Sabtu (23/7) menanggapi berita sebelumnya, DPRA Jadwalkan Kunker ke Empat Benua.
Menurut Taufik, DPRA terlalu bernapsu untuk melakukan perjalan ke luar negeri. Ia juga curiga bahwa usulan anggaran untuk kunker itu telah diseting sejak awal. Terkait alasan DPRA untuk menghadiri undangan seminar salah satu universitas di Washington DC, Amerika, Taufik mengatakan itu bukan alasan yang masuk akal. “Kampusnya saja tidak jelas, nanti setelah pulang dari sana juga tidak ada satupun hal yang bisa direalisasikan di sini. Selama ini sudah banyak contoh kita lihat. Memang alasan mereka tidak logis,” kata Taufik.
Dikatakannya, di tengah kondisi masyarakat yang saat ini dalam keadaan susah, seharusnya anggota DPRA tidak memaksakan program jalan-jalan yang tentunya sangat menguras uang negara. Harusnya, DPRA lebih fokus kepada persoalan mendasar di Aceh seperti kemiskinan, pengangguran, angka putus sekolah, dan berbagai macam permasalahan lainnya.
“Bukan tidak boleh ke luar negeri, silakan saja. Tapi, harus ada dampak untuk kepentingan rakyat, untuk kesejahteraan rakyat, itu yang utama. Jadi, menurut kami sungguh DPRA tidak memiliki rasa malu jika program jalan-jalan itu tetap dilaksanakan,” pungkas Dosen Universitas Muhammadiyah Aceh tersebut.
Kritikan juga disuarakan mahasiswa. Sekjen BEM Unsyiah, Heri Safrijal dalam siaran persnya kepada Serambi menulis, selama ini anggota DPRA asyik bertamasya gratis ke luar negeri dengan kedok kunjungan kerja. “Padahal masih banyak urusan lain yang semestinya menjadi agenda penting DPRA, bukan malah asyik jalan-jalan,” kata Heri.
Ia meminta kepekaan hati para anggota DPRA untuk segera membatalkan kegiatan tersebut. Menurutnya lebih baik anggaran tersebut dialihkan untuk kemaslahatan Aceh saat ini, seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Anggarannya yang diplot pasti banyak, waktu yang dihabiskan di sana juga lama, kemudian tidak ada hasil apa-apa. Jelas ini bukan program prorakyat,” pungkas Heri.(serambinews.com)
Salah satu reaksi disuarakan akademisi, Dr Taufik A Rahim SE MSi. Menurutnya, anggota DPRA sama sekali tak memiliki rasa malu, karena itu hanya program jalan-jalan yang dibungkus dengan judul kunker.
“Anggota DPRA kita tidak punya rasa malu, ini program jalan-jalan yang dibungkus dengan kunjungan kerja. Ini hanya kegiatan pelesiran mereka. Program kunker itu menunjukkan anggota dewan kita tidak pernah peka terhadap protes rakyat yang selama ini disampaikan,” kata Taufik kepada Serambi, Sabtu (23/7) menanggapi berita sebelumnya, DPRA Jadwalkan Kunker ke Empat Benua.
Menurut Taufik, DPRA terlalu bernapsu untuk melakukan perjalan ke luar negeri. Ia juga curiga bahwa usulan anggaran untuk kunker itu telah diseting sejak awal. Terkait alasan DPRA untuk menghadiri undangan seminar salah satu universitas di Washington DC, Amerika, Taufik mengatakan itu bukan alasan yang masuk akal. “Kampusnya saja tidak jelas, nanti setelah pulang dari sana juga tidak ada satupun hal yang bisa direalisasikan di sini. Selama ini sudah banyak contoh kita lihat. Memang alasan mereka tidak logis,” kata Taufik.
Dikatakannya, di tengah kondisi masyarakat yang saat ini dalam keadaan susah, seharusnya anggota DPRA tidak memaksakan program jalan-jalan yang tentunya sangat menguras uang negara. Harusnya, DPRA lebih fokus kepada persoalan mendasar di Aceh seperti kemiskinan, pengangguran, angka putus sekolah, dan berbagai macam permasalahan lainnya.
“Bukan tidak boleh ke luar negeri, silakan saja. Tapi, harus ada dampak untuk kepentingan rakyat, untuk kesejahteraan rakyat, itu yang utama. Jadi, menurut kami sungguh DPRA tidak memiliki rasa malu jika program jalan-jalan itu tetap dilaksanakan,” pungkas Dosen Universitas Muhammadiyah Aceh tersebut.
Kritikan juga disuarakan mahasiswa. Sekjen BEM Unsyiah, Heri Safrijal dalam siaran persnya kepada Serambi menulis, selama ini anggota DPRA asyik bertamasya gratis ke luar negeri dengan kedok kunjungan kerja. “Padahal masih banyak urusan lain yang semestinya menjadi agenda penting DPRA, bukan malah asyik jalan-jalan,” kata Heri.
Ia meminta kepekaan hati para anggota DPRA untuk segera membatalkan kegiatan tersebut. Menurutnya lebih baik anggaran tersebut dialihkan untuk kemaslahatan Aceh saat ini, seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Anggarannya yang diplot pasti banyak, waktu yang dihabiskan di sana juga lama, kemudian tidak ada hasil apa-apa. Jelas ini bukan program prorakyat,” pungkas Heri.(serambinews.com)
loading...
Post a Comment