Ilustrasi militer Filipina bersiap melawan Abu Sayyaf. (Getty Images/Gabriel Mistral) |
AMP - Upaya diplomasi pemerintah untuk membebaskan warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok bersenjata di Filipina terhambat karena operasi militer setempat.
“Kami melakukan persuasi dengan berbagai kontak kita di sana, melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh untuk mencari jalan keluar, tapi karena pemerintah Filipina melakukan operasi militer juga, kontak tak selancar yang kita harapkan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (14/7).
Sejak Rodrigo Duterte dilantik menjadi presiden baru, Filipina memang bertekad untuk membasmi kekerasan yang merebak di negaranya, termasuk kelompok militan Abu Sayyaf. Dalam sepekan terhitung hingga Senin (11/6) saja, militer Filipina sudah menewaskan 40 militan Abu Sayyaf.
Kelompok Abu Sayyaf ini pula yang disinyalir kini menyandera total 10 WNI dalam dua kesempatan berbeda. Tujuh anak buah kapal WNI disandera pada 20 Juni lalu di perairan Laut Sulu.
Berselang sekitar dua pekan kemudian, tepatnya 9 Juli lalu, tiga WNI kembali disandera di perairan Sabah, Malaysia, diduga oleh kelompok militan yang sama.
Kini, pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan kesepuluh WNI tersebut. Namun, Arrmanatha menampik rumor yang mengatakan bahwa pihak perusahaan tempat para ABK bekerja menawarkan sejumlah uang untuk membayar tebusan.
“Upaya pemerintah saat ini tidak melakukan pembayaran tebusan. Belum dengar perusahaan telah mempersiapkan sejumlah dana,” tutur Arrmanatha.
Ini bukan kali pertama WNI disandera oleh kelompok militan Filipina. Sebelumnya, ada 14 WNI yang telah dibebaskan setelah diculik Abu Sayyaf.
Selain 10 WNI, Abu Sayyaf saat ini juga menyandera seorang warga Belanda, seorang Norwegia, dan lima warga Filipina.
Menurut pakar keamanan, Abu Sayyaf mendapat puluhan juta dolar dari penculikan untuk digunakan membeli senjata otomatis, peluncur granat, kapal cepat dan peralatan navigasi canggih.
Duterte yang menjabat sejak 30 Juni, berada di bawah tekanan terkait maraknya penculikan yang dilakukan oleh kelompok militan itu akhir-akhir ini. Menteri Pertahanan Filipina mengatakan bahwa penyerbuan ke Abu Sayyaf merupakan prioritas utamanya. (CNN)
“Kami melakukan persuasi dengan berbagai kontak kita di sana, melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh untuk mencari jalan keluar, tapi karena pemerintah Filipina melakukan operasi militer juga, kontak tak selancar yang kita harapkan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (14/7).
Sejak Rodrigo Duterte dilantik menjadi presiden baru, Filipina memang bertekad untuk membasmi kekerasan yang merebak di negaranya, termasuk kelompok militan Abu Sayyaf. Dalam sepekan terhitung hingga Senin (11/6) saja, militer Filipina sudah menewaskan 40 militan Abu Sayyaf.
Kelompok Abu Sayyaf ini pula yang disinyalir kini menyandera total 10 WNI dalam dua kesempatan berbeda. Tujuh anak buah kapal WNI disandera pada 20 Juni lalu di perairan Laut Sulu.
Berselang sekitar dua pekan kemudian, tepatnya 9 Juli lalu, tiga WNI kembali disandera di perairan Sabah, Malaysia, diduga oleh kelompok militan yang sama.
Kini, pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan kesepuluh WNI tersebut. Namun, Arrmanatha menampik rumor yang mengatakan bahwa pihak perusahaan tempat para ABK bekerja menawarkan sejumlah uang untuk membayar tebusan.
“Upaya pemerintah saat ini tidak melakukan pembayaran tebusan. Belum dengar perusahaan telah mempersiapkan sejumlah dana,” tutur Arrmanatha.
Ini bukan kali pertama WNI disandera oleh kelompok militan Filipina. Sebelumnya, ada 14 WNI yang telah dibebaskan setelah diculik Abu Sayyaf.
Selain 10 WNI, Abu Sayyaf saat ini juga menyandera seorang warga Belanda, seorang Norwegia, dan lima warga Filipina.
Menurut pakar keamanan, Abu Sayyaf mendapat puluhan juta dolar dari penculikan untuk digunakan membeli senjata otomatis, peluncur granat, kapal cepat dan peralatan navigasi canggih.
Duterte yang menjabat sejak 30 Juni, berada di bawah tekanan terkait maraknya penculikan yang dilakukan oleh kelompok militan itu akhir-akhir ini. Menteri Pertahanan Filipina mengatakan bahwa penyerbuan ke Abu Sayyaf merupakan prioritas utamanya. (CNN)
loading...
Post a Comment