Halloween Costume ideas 2015
October 2016


Seuramoenews.com, Jeunieb - �Bagi orang beriman, dunia tidak diciptakan sebagai tempat berbangga-bangga dengan segala pujian dan sanjungan dari orang-orang disekeliling kita. Tetapi dunia adalah medan perjuangan untuk menggapai keridhaan-Nya yang harus dimenangkan walaupun harus mengarungi lautan fitnah, celaan dan cemoohan dari seluruh manusia di muka bumi sekalipun. Maka jangan pernah panik saat dihujani fitnah. Jangan goyah saat diterpa celaan dan cemoohan. Karena sebaik dan sesempurna apapun seorang manusia, tetap saja ia tidak akan pernah pernah disukai oleh semua orang�

Begitulah pesan Tgk H. M. Yusuf Abdul Wahab, sosok yang oleh para santri biasa disapa Ayah Sop, kepada para santrinya dalam pengajian rutin di dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Kabupaten Bireuen, Ba�da Ashar, Minggu, 30 Oktober 2016. Pengajian yang diikuti oleh santri-santri senior dan dewan guru Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb ini mengkaji salah satu kitab agung karya Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin.

Lebih lanjut sosok yang oleh masyarakat luas biasa dipanggil Tu Sop Jeunieb ini juga mengingatkan bahwa dunia ini tidak akan pernah steril dari fitnah memfitnah. Sejak era Rasulullah saw hingga sekarang, virus ini selalu membayang-bayangi umat. Terlepas dari kronis tidaknya. Yang jelas ia selalu ada.

�Jangankan diera kita yang sudah begitu jauh dari era terbaik dalam perjalanan umat, yaitu era Rasul dan Sahabat, pada era Rasulullah saja fitnah memfitnah ini sudah ada. Bahkan Rasulullah saw sendiri kerap menjadi sasaran fitnah kaum jahiliyah yang merasa terganggu dengan kehadiran Rasul membawa misi ilahiyah. Jika Rasulullah saja difitnah, mengapa kita harus panik saat difitnah. Bukankah kita hanya manusia biasa yang sangat jauh dari kesempurnaan yang dimiliki Rasulullah?�, tanyanya menegaskan.

Terkait persoalan fitnah, Ayah Sop menyakinkan, bahwa sejatinya fitnah sama sekali tidak berbahaya bagi yang terkena fitnah, tetapi ia sangat beresiko bagi yang melakukannya. Fitnah tidak akan mampu merubah yang baik menjadi buruk. Kebaikan akan bernilai kebaikan walupun manusia sepakat mengatakannya kejahatan. Dan yang buruk tetap saja buruk walaupun semua manusia bersepakat mengatakannya baik.  

�Maka dari itu, kita harus tetap komit pada kebaikan walau sedang berada dalam pusaran fitnah. Hadapi fitnah dengan senyum. Balaslah fitnah itu dengan memanjatkan doa kepada Allah agar mereka yang terjebak didalamnya insaf dan kembali ke jalan yang lurus. Jangan panik menghadapi fitnah sehingga menyeret kita dalam perilaku yang sama jahatnya. Apalagi membalas fitnah dengan caci maki. Sebab jika demikian dimana bedanya kita dengan mereka?�, ajar sosok yang pernah belajar pada Syeh Sayed Muhammad Ali, Mekkah Al-Mukarramah ini.

dikutip dari tusop.com

AMP - "Dokter menyarankan kita untuk membawa bayi (Garum) ke rumah sakit setelah lima hari dilahirkan. Karena keuangan kami miskin, kami tidak bisa pergi," kata Ashish ketika tampal dalam sebuah acara televisi TLC's Body Bizarre.

"Untuk pengobatan kami pergi ke dukun. Dukun mengatakan jangan menghapus lengan," tambahnya.

Bagaimanapun, dokter tulang belakang mengatakan kalau lengan ketiga Garum bisa diangkat, tapi dengan risiko ia akan mengalami kelumpuhan. Manusia pada dasarnya memiliki dua lengan, tapi berbeda dengan seorang bocah berusia dua tahun asal Nepal ini yang memiliki tiga lengan, di mana salah satunya tumbuh di bagian punggungnya.

Seperti dikutip dari laman The Sun, Senin (18/10/2016), lengan yang tumbuh di punggung bocah bernama Gaurab Garum itu merupakan sisa-sisa dari kembarannya yang tumbuh dari perpecahan dalam tulang belakangnya.

Kondisi yang diderita Garum lebih dikenal dengan sebutan spina bifida, yang mempengaruhi sekitar 1.500 bayi di seluruh dunia, di mana lengan ekstra tumbuh di salah satu bagian tubuh penderitanya.

Meski tidak dapat digerakan, lengan di punggung Garum semakin lama semakin membesar seiring pertumbuhanya. Hal itu tentunya dapat mengganggu tidur Garum dan membuat ibunya, Kalpena merasa khawatir tidak akan ada baju yang muat untuk dipakai anaknya.

Kalpena dan suaminya, Ashish sedang menghadapi keputusan sulit apakah mereka harus membiarkan anaknya melakukan operasi penghapusan lengan di punggungnya atau tidak. Pasalnya jika dihapus, Garum akan mengalami kelumpuhan.

Keluarga Garum tinggal di distrik Tanahun, di mana masyarakatnya masih kental dengan hal-hal yang berbau mistis.(Viva)

AMP - Brimob Polda Sumatera Utara (Sumut) menangkap dua orang pria yang menjadi kurir sabu seberat 9 kilogram . Diketahui, pelaku yang ditangkap ini merupakan jaringan internasional.
Kedua pelaku bernama Faisal (40) dan Reza (22). Mereka berasal dari Aceh. Penangkapan tersebut dilakukan di dua lokasi yang berbeda, yakni di kawasan Tanjung Mulia, Medan dan Jalan Amir Hamzah, Medan, Sabtu sore 29 Oktober 2016.

“Untuk yang Faisal ditangkap di Tanjung Mulia dan Reza di Jalan Amir Hamzah,” kata seorang personel Brimob Polda Sumut yang tak ingin disebut namanya saat ditemui di Brimob Polda Sumut.

Dari tangan pelaku, petugas menyita 9 bungkus berisi sabu. Total berat barang haram itu seberat 9 kilogram. Kedua pelaku telah berada di Brimob Polda Sumut. Hingga pukul 21.45 WIB, kedua pelaku masih diperiksa petugas di Brimob Polda Sumut.[detik.com]

Guru Muda Tgk Khalilullah Seorang Haafidz Al-Quran 30 Juz

Innaa lillaahi Wa Innaa Ilaihi Rajiuun telah pulang ke rahmatullah guru kita tercinta, sahabat kita tercinta karena Allah, ustadz Kholilullah bin Raudhi dalam musibah yg insyaAllah penuh rahmat Allah, menghadap Allah bersama 6 ikhwan beliau dalam perjalanan pulang da'wah dari pulau Siemeulu Sinabang Aceh.
Masya Allah usia beliau masih muda 23 tahun, seorang haafidz, hafal Alqur'an 30 juz, dan guru para penghafal Alqur'an di pesantren Darus Salam Labuhan Haji Aceh Selatan.
Semua guru dan santrii mengenal almarhum imam tampan lahir bathin, karena memang beliau imam favorit yangg tampan, yg disenangi semua jamaah, para guru dan santri karena kesyahduan dan keindahaan qiraatnya.
Rendah hati, santun, murah senyum, dan mudah akrab pada siapapun, namun memiliki kepribadiaan yang kuat dalam Tafaqquhu Fiddiini, khasnya seorang yg haafidz.
Kini beliau menghadap Allah dari pulang dalam perjalanan da'wah fiisabilillah, pulang menghadap KEKASIHNYA Robbul Jali yang KalamNya dihafalnya. Dan itu sesuai dengan nama almarhum Kholiilillah yang berarti kekasih Allah.
Selamat bertemu Kekasihmu, guru kami tercinta.
"MasyaAllah demi Allah abang cemburu padamu ya adikku tercinta Kholiilullah, engkau haafidz, engkau menghadap-Nya saat terindah dalam perjalanan da'wah di JalanNya...Uhibbukum Fillah ya Kholiilullah". Ucap
K. H. Muhammad Arifin Ilham
Allhumma ya Allah, ampunilah seluruh dosa almarhum guru kami, terimalah disisiMu sebagai kekasihMu, dan masuklah almarhum dalam keridhoan SyurgaMu...aamiin

AMP - Entah mengapa, aku benci mereka, mungkin karena kedua adik perempuanku mereka siksa dan bunuh secara keji di desa kami. Atau mungkin karena ayahku mereka siksa dan tangkap bertahun-tahun lalu di desa kami. Atau yang paling memungkinkan, karena mereka membantai seluruh ibu-ibu di desa kami, termasuk ibuku! Intinya aku membenci mereka dengan sejuta alasanku.

Merekalah yang selama ini senang akan segala penderitaan kami, merekalah yang selalu mencari-cari alasan untuk menyiksa, membunuh, memperkosa, atau merampas barang-barang kami. Mereka itulah Kaum yang telah Allah kutuk dan murkai. Mereka Yahudi! Dan dengan segala sifat dan keburukan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Kini aku akan membalas, aku dan dua kawanku akan membalas perbuatan mereka.

Kami berencana melakukan suatu hal yang pasti akan membuat setidaknya kesal salah seorang tentara laknat itu, kami tahu, mungkin tidak akan berpengaruh banyak bagi perlawanan ini, tapi kami tahu, itulah yang mereka sangat benci dari negri kami, “Anak-anak yang sangat nakal dan kurang ajar!” itu kata mereka.

Kami tidak sembarang memilih target, kami telah memantau, menilai dan mengerjai mereka puluhan kali. Maka kami tahu sekarang, kami harus mengincar tentara berpangkat tinggi agar mendapak efek yang luar biasa besar. Tidak sulit bagi kami yang bertubuh kecil untuk bergerak tanpa terlihat. Kami bertiga telah terbiasa puasa sehingga badan kami kurus dan gesit.

Rencana kami adalah mempermalukan salah seorang perwira tentara itu dengan membakar celananya tepat di bawah tempat duduk santainya. Ia adalah Komandan resimen yang berkemah di dalam kota. Setiap pagi kerjanya hanya mengamati para perajuritnya berbaris dan berteriak menyuruh mereka membersihkan kota dari puing-puing bekas pemboman kota tersebut. Kami tahu jadwal ia duduk di kursi malasnya itu, dan kesempatan datang hari ini, bahan-bahan untuk melancarkan misi pun telah terkumpul.

Pagi ini, sebelum Sang Komandan dan pasukannya bangun, seusai sholat Subuh, kami mengendap-endap ke perkemahan kemudian meletakkan bahan-bahan di bawah kursi Sang Komandan. Lalu kami pun pergi bersembunyi. Tugaskulah untuk memastikan misi ini berjalan dengan lancar. Maka kedua kawanku, Abdullah dan Amar, segera pergi untuk sembunyi. Sementara aku sembunyi tak jauh dari kursi Komandan untuk menyulut api pada kain panjang yang kami setengah kubur di pasir yang berhubungan dengan kursi Komandan.

Setelah setengah jam menunggu, salah satu pasukan pun bangun dan mulai membangunkan seluruh tentara kecuali Komandan. Tak lama kemudian sambil berteriak dalam bahasa Ibrani Sang Komandan berteriak-teriak. Pasukan pun segera berkumpul di depan tenda Komandan dalam keadaan berbaris. Sekitar 30 jumlah mereka. Maka dengan bismillah aku memulai aksi. Menyaksikan apiku merambat dengan cepat melalui kain, jantungku berdegup keras.

Tak lama aku mendengar seseorang berteriak, tak salah lagi itu Sang Komandan pasukan. Tanpa sadar aku pun tertawa, yang sebenarnya dapat membahayakan diriku, namun aku tidak tertawa sendiri. Para pasukan resimen itu pun tertawa melihat Komandan mereka tersulut api dan melompat-lompat memegangi celananya yang hangus terbakar. Setelah api di celananya padam dalam beberapa detik. Sontak Sang Komandan berteriak dan seluruh pasukan berhenti tertawa, karena aku yang tidak mengerti bahasanya, aku tetap tertawa, sehingga seluruh pasukan dan Sang Komandan melihatku di tempat persembunyian. Sang Komandan berteriak lagi dan seluruh pasukan terlihat akan mengejarku, dengan panik aku pun segera berlari ke arah dua temanku bersembunyi. Aku berteriak, “Abdullah, Amar, Lari!”

Mereka pun segera bangkit dan berlari, tiba-tiba aku mendengar serentetan tembakan yang memekakkan telinga kecilku, lalu kulihat di depanku, kedua kakak beradik temanku itu jatuh terjerembab dengan tak kurang selusin luka tembak di punggung mereka masing-masing. Aku terpana dan berhenti berlari.

Sekali lagi aku mendengar teriakan Komandan dan suara tembakan terdengar, kali ini hanya satu tembakan. Segera kurasakan kakiku seperti terbakar, aku tertembak. Kakiku seperti patah dan lumpuh. Sakitnya tak pernah kurasakan. Aku pun terjatuh, tak lama kemudian muncul di atasku tiga bayang-bayang tentara. Salah satunya adalah Komandan yang kami sulut tadi. Mukanya merah bukan main. Ia memaksaku berdiri. Kemudian meninju perutku dengan keras. Berkali-kali. Aku sudah tak bisa berteriak, aku ingin menangis, lagi, dua temanku tewas di tangan mereka. Kali ini di depan mataku. Aku terus menerus dipukul sehingga aku pingsan.

Ketika terbangun aku berada di ruangan ini. Bersama seorang tua yang sudah lumpuh. Aku bertanya padanya, “Di mana ini?” Ia menjawab dengan senyum tulus, “Ini di rumah, karena kau tak mungkin meninggalkannya lagi, sekolah kalau kau mau belajar, dan penjara jika kau ingin menganggapnya begitu.”

Aku tak mengerti kata-kata bapak tua itu, tapi aku tahu ia benar soal penjara, karena aku melihat besi-besi penghalang yang menghalangiku keluar ruangan itu. Berhari-hari aku hanya tidur dan melamun. Aku makan berdua dengan bapak tua itu, kami diberi jatah setengah potong roti basi yang harus kami bagi berdua.

Aku sudah beberapa hari tidak sholat, karena aku tidak tahu bagaimana aku harus berwudhu dengan air kami yang hanya segelas itu? Namun kulihat bapak tua itu selalu melakukan gerakan-gerakan seperti sholat dengan duduk setiap waktu sholat.

Akhirnya hari itu, setelah waktu Dzuhur yang aku tahu sudah lewat beberapa jam yang lalu, aku bertanya padanya, “Kek, bagaimana caranya sholat tanpa air?”

Ia menjawab, “bertayamumlah Nak.”

“Bagaimana caranya?” aku bertanya.

Maka ia mengajariku cara-cara bertayamum dengan debu pada dinding penjara. Mulai hari itu aku pun sholat dengan bertayamum dan berjama’ah dengan kakek itu setiap waktu sholat tiba.

Setelah aku rasa sebulan aku di sel itu, seorang tentara datang dan membuka pintu sel kami. Ia menyuruhku untuk mengikutinya dengan bahasa yang aku kenal. Aku pun pergi mengikutinya. Kami pergi melalui sebuah lorong panjang yang di kanan kirinya terdapat pintu-pintu seiring aku lewat, aku mendengar teriakan dan rintihan dari balik pintu-pintu tersebut, aku merinding dan takut.

Sampailah aku pada suatu pintu di mana tentara yang membawaku itu pun berhenti. Ia memerintahkanku untuk masuk kedalam ruangan. Kemudian aku masuk dan duduk di sebuah ruangan kosong tersebut. Sang tentara berbalik keluar dan mengunci pintu tersebut. Sepuluh menit kemudian datanglah seorang tentara berwajah muram dengan tas besar dan terlihat berat membuka pintu dan duduk di kursi di depan meja di tengah-tengah ruangan itu.

Ia bertanya padaku pertanyaan dalam bahasa ibuku, “Siapa namamu Nak?”

Aku menjawab, “Umar!”

Kemudian ia bertanya lagi, “Di mana rumahmu?”

“Kalian menghancurkan rumah dan seluruh desaku dan desa tetanggaku 2 tahun yang lalu!” jawabku marah.

“Lalu kau berniat membalas itu dengan membentuk kelompok-kelompok pemuda yang menggangu tentara kami di lapangan?”

Aku berkata sambil setengah tertawa, “Huh, kalian pikir kami sebanyak itu eh? Satu-satunya kelompok yang kubentuk hanya beranggotakan tiga orang dan kalian telah membunuh dua di antaranya sebelum aku tertangkap, dan kini satu-satunya anggota yang tersisa hanyalah seorang anak muda pincang yang ada di depanmu ini.”

Tentara itu marah dan menamparku dengan keras sambil berteriak, “Jangan Bohong! Katakan! Di mana teman-teman kecilmu yang brengsek itu?”

Aku hanya terdiam sambil meringis dan berzikir. Dia marah dan menendangku berkali-kali setiap tendangan aku bertakbir keras. Ia semakin marah dan melakukan itu terus menerus hingga ia lelah.

Kemudian berkata, “Mungkin besok kau mau jujur, tapi hari ini aku ambil oleh-oleh darimu agar kau ingat untuk jujur esok.”

Ia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuh penjepit besar dari dalamnya, ia mendekatiku dan menarik kakiku yang lumpuh. Kemudian ia menjepit kuku ibu jari kakiku dan mulai menariknya. Karena rasa sakitnya akupun berteriak dan hampir lupa menyebut nama Allah. Aku berteriak sekeras-kerasnya karena sakitnya bukan main. Ia mencabut kuku jari kakiku dengan penjepit tersebut. Aku pun menangis.

Ia berkata, “Itulah akibatnya jika bermain-main dengan kami anak kecil!”

Kemudian ia pun pergi dan masuklah tentara yang mengantarkanku tadi dan menyuruhku untuk segera berdiri dan mengikutinya lagi. Sambil meringis menahan sakit pada ibu jari kakiku akupun berdiri dan mengikutinya pergi. Keluar ruangan dan menyusuri koridor tadi yang masih dipenuhi teriakan dan rintihan dari balik pintu-pintu di kanan kirinya.

Tentara yang membawaku ini membawaku ke sebuah sel yang lebih besar dari selku yang pertama, di dalamnya ada empat orang sedang duduk. Sang tentara menyuruhku masuk setelah membuka sel tersebut, dan segera menguncinya begitu aku masuk.

Seorang pria dan tiga orang pemuda yang kukira umurnya hanya berbeda dua tahun dari umurku sekarang. Itulah penghuni sel baruku ini. Pria yang paling tua mendekatiku dan merobek bagian lengan bajunya dan mengikatnya di ibu jari kakiku yang kukunya sudah tidak ada dan masih mengucurkan darah itu.

Ia bertanya, “Apa yang mereka tuduhkan atasmu?”

“Mereka menuduhku membuat kelompok-kelompok anak kecil yang mengganggu pasukan mereka di lapangan,” jawabku lemah.

“Apakah kau melakukan itu semua?” tanyanya lagi.

Aku menjawab, “Yang kulakukan adalah bersama kedua temanku mengerjai Komandan mereka, hingga mereka membunuh kedua temanku itu”.

Ia berkata, “Mereka memang selalu menuduh kita berlebihan, mereka hanya ingin menyiksa kita, lebih baik kalau kau tutup mulut dan berzikir untuk menghindari siksaan. Bacalah Al-Qur’an dalam hati agar menenangkan.”

“Aku belum bisa membaca Al-Qur’an dan belum hafal banyak surat-surat pendek, ayahku ditangkap ketika aku kecil dan ibuku meninggal saat pembantaian di desa kami, aku selamat karena saat itu sedang menginap di rumah tanteku di kota,” jawabku.

“Kalau begitu, belajarlah denganku dan ketiga anakku, Faiz, Zaid dan Yahya. Dan aku Musthofa,” katanya.

“Kami berhasil menyelundupkan Al-Qur’an ke sini,” lanjutnya lagi.

“Baiklah, aku akan belajar darimu, namaku Umar!” kataku.

Sejak itu aku sholat, makan, dan belajar Qur’an dengan ustadz Musthofa dan ketiga anaknya. Ustadz Musthofa ternyata memang seorang guru mengaji dan sudah hafal 30 juz Al-Quran di luar kepalanya. Ia pun membaca dengan lembut dan tartil. Selama beberapa bulan aku belajar bersamanya.

Hingga suatu hari setelah belajar Al-Qur’an aku bercerita tentang hari kedatanganku ke penjara ini. Dan aku bertanya pada ustadz Musthofa tentang pria tua yang satu sel denganku pertama kali, dia menjawab dengan berseri-seri, “Dia adalah guru kami semua di penjara ini, ia adalah inspirasi anak-anak muda kita, ia adalah Sheikh Ahmad Yassien, ia akhirnya dibebaskan belum lama ini, alhamdulillah.”

Aku hanya menganguk-angguk tidak mengerti pengaruh pria tua itu terhadap orang-orang di penjara ini. Setahun sudah aku belajar Qur’an dengan ustadz Musthofa. Dan dari hasil didikannya akupun kini tidak terlalu banyak mengeluh dalam ruang interogasi, bahkan aku tidak menjawab apapun pertanyaan-pertanyaan palsu mereka. Biarpun mereka mencabut beberapa lagi kuku-kuku kakiku, aku pun tidak terlalu merasa sakit, karena aku tahu aku memiliki obatnya, yaitu Al-Qur’an, yang semakinku baca semakin berkurang rasa sakitku. Hingga pada suatu ketika, di ruang interogasi. Pria yang biasa menyiksaku kini menampilkan wajah senang yang luar biasa.

Aku tidak takut lagi terhadapnya, karena sudah hampir habis kuku-kuku di jari tangan maupun kakiku. Namun dia berwajah senang dan aku agak mengkhawatirkan hal itu, karena apa pun yang membuatnya senang adalah berkaitan dengan kesakitanku. Dia berkata, “Aku membawa bukti sekarang anak kecil.”

“Tiga orang bukti dan saksi yang kami tangkap melakukan keusilan yang serupa dengan yang kau lakukan pada pasukan kami di lapangan.”

“Mereka anak kecil, dan mereka mengaku berasal dari desa yang sama tempat kau tinggal dulu,” katanya.

“Aku akan menyiksa mereka di depanmu sampai kau mengaku bahwa kaulah pemimpin mereka, atau mereka mengaku di bawah kepemimpinanmu.”

Aku hanya diam. Lalu masuklah tiga anak kecil yang umurnya lebih muda sdariku sekitar 3 tahun. Mereka semua berwajah ketakutan. Sang penyiksa mengeluarkan belati dari dalam tasnya dan mendekati ketiga anak kecil tersebut. Aku hanya melihat dari kursiku dalam keadaan terikat erat.

Ia mengitari mereka satu kali dan bertanya kepada yang paling kanan, “Siapa namamu?”

Anak kecil itu dengan gemetar menjawab, “H…Hasan.”

“Apakah kau mengenali kakak ini eh, Hasan?” tanya Sang penyiksa.

Hasan menjawab, “A…Aku tidak mengenalnya.”

Lalu Sang penyiksa dengan marah mencengkeram rambut Hasan dan menempelkan belati pada pipinya, dan mulai mengiris pipi tersebut sambil berkata, “Berani berbohong eh?”

Hasan berteriak kesakitan. Aku miris mendengarnya namun tetap diam sambil berdoa untuk kekuatan Hasan.

Kemudian Sang penyiksa melepas Hasan setelah kedua pipinya tergores luka dalam dan mengucurkan darah. Hasan tetap menangis.

Sang penyiksa berdiri di tengah kedua anak kecil lainnya sambil mengamati mereka bergantian.

Kemudian menatapku dan berkata, “Belum mau mengaku kalau mereka anak buahmu eh? Bocah kurang ajar!”

Aku diam dan berharap ia tidak menyiksa kedua anak lainnya.

Namun harapanku pupus, ia malah semakin memperparah siksaan terhadap kedua anak lainnya, hingga hatiku miris dan tanpa sadar aku berteriak, “Berhenti!”

“Aku memang pemimpin mereka, aku yang memerintahkan mereka mengganggu pasukanmu,” kataku berbohong.

Ia tertawa. “Ha ha ha, kini kau mengaku setelah melihat anak buahmu disiksa, padahal aku baru saja mulai bersenang-senang,” katanya bengis.

“Tapi tidak apa, aku masih banyak waktu untuk menyiksa mereka, tapi kau, kau akan kami hukum mati besok, karena pengakuanmu ini,” Sang penyiksa berkata lagi.

Lalu ia keluar dan menyuruh sorang tentara membawa kami berempat menuju sel kami dan bertemu dengan ustadz Musthofa.

Aku menceritakan segala kejadian yang berlangsung di dalam ruang interogasi dan ia berkata, “Subhanallah, kau telah ditetapkan untuk syahid demi menolong anak-anak terlantar ini Nak. Insya Allah Jannah Firdaus akan menantimu,” aku hanya mengangguk dan mencari posisi untuk tidur malam itu. Sebelum tidur aku menulis memo. Lalu aku mengulang-ulang hafalanku sambil berbaring.

Pagi itu Umar bangun dan terlihat tenang sekali, seusai sholat shubuh berjama’ah, ia dan kedelapan penghuni sel yang sempit itu mengaji bergantian. Dengan hanya satu mushaf dan dengan penerangan yang sangat minim.

Sebelum matahari terbit, datang tiga orang tentara Yahudi membuka sel dan menarik Umar. Mereka membawa Umar pagi itu. Hingga siang hari, tidak ada tanda-tanda kembalinya Umar.

Salah seorang penghuni sel itu, ustadz Musthofa, bertanya kepada tukang bersih-bersih yang selalu lewat sel mereka, “Ke mana anak muda itu mereka bawa pergi?” tanyanya.

Ia menjawab, “Mereka membawanya ke tengah lapangan dan menelanjanginya dan mengikatnya di belakang kuda, sambil memacu kudanya dan yang lain menembaki kaki pemuda itu dan ia diseret dengan cara seperti itu hingga ia tewas.”

Ustadz Musthofa kaget dan kemudian berkata, “Innalillahi wainnailaihi raajiuun, sungguh kejam mereka,” ia memberi tahu kabar ini kepada ketiga anaknya dan kepada ketiga anak kecil di sel mereka, dan mereka pun mendoakan Umar.

Siang itu, setelah mereka sholat dan makan, ketika hendak mengaji, mereka mencium aroma yang luar biasa wangi dan semerbak di seluruh ruangan, dan terutama wangi yang keluar dari mushaf yang mereka pegang, sungguh harum baunya, sampai ustadz Musthofa berkata, “Mungkin ini adalah aroma parfum saudara kita Umar, ia telah dijemput dan dimandikan bidadari hari ini, dan aromanya tercium hingga ke mari.”

Hari itu, bumi kehilangan satu lagi mujahid tangguh, mujahid bertamengkan Al-Qur’an, mujahid muda yang berani, dan seorang Hafidz.

(Senin, 22 Desember 2003, Asy-Syahid Al-Hafidz Umar al-Faroouq, 14 tahun, Penjara Nablus, Israel)

Imam Syahid
bolehjadikiamatsudahdekat.com

AMP - Netizen bernama Alam Syah mengunggah sebuah video berdurasi 2:16 menit yang memperlihatkan seorang Biksu di Thailand sedang mengucapkan kalimat Syahadat.

Dengan dibimbing oleh seorang Ustadz, sang Bhiksu masih mengenakan jubah mengucapkan dua kalimat Syahadat Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. Kemudian dilanjutkan dengan mengucapkan maknanya dalam bahasa Thailand.

Sang Bhiksu yang merupakan Ketua Besar Sami Ya’la Thailand ini menjelaskan bahwa alasan mengapa akhirnya memeluk agama Islam adalah karena setelah mengkaji Islam, dirinya menemukan kehebatan Al-Qur’an.

“Alhamdulillah..Kemarin ketua besar sami ya’la thailand mengucapkan syahadat setelah mengkaji islam. Dia mengakui kehebatan alquran dan akhirnya masuk islam” tulis Alam Syah di akun Facebook pribadinya, jum’at (7/10/2016) .

Beriku ini video detik-detik sang Bhiksu mengucapkan Syahdat.(islamedia.id)

SIAPA yang tak kenal dengan Kharizmi? Ilmuan Penemu angka nol ini sangat terkenal di kalangan masyarakat. Ia bernama lengkap Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Ia lahir di Khawārizm (Khiva, Uzbekistan) sekitar tahun 780. Karenanya ia dikenal sebagai Al Khawarizmi.

Al Khawarizmi juga disebut sebagai Bapak Matematika atau Bapak Aljabar. Sebab, aljabar yang hingga kini digunakan berasal dari bukunya, Al-Jabar. Buku karyanya itu membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Selain ahli matematika, Al Khawarizmi juga ahli astronomi dan astrologi.

Suatu hari, Al Khawarizmi ditanya tentang calon istri terbaik. Penemu bilangan nol ini kemudian menjawab dengan menggunakan rumusnya.

“Agama itu nilainya 1, sedangkan hal lain nilainya 0.
Jika wanita itu shalihah dan baik agamanya, maka nilainya 1
Jika dia cantik, tambahkan 0 di belakangnya. Jadi nilainya 10
Jika dia kaya, tambahkan 0 lagi dibelakangnya. Jadi nilainya 100
Jika dia keturunan orang baik-baik dan terhormat, tambahkan 0 lagi. Jadi nilainya 1000
Sebaliknya jika dia cantik, kaya dan nasabnya baik tetapi tidak punya agama, nilainya hanya 0.
Berarapun 0 dihimpun, ia tetap 0.”

Demikianlah jawaban hebat dengan matematika. Al Khawarizmi mengajarkan kepada kita, mencari istri hendaklah menjadikan agama sebagai pertimbangan utama. Jika agamanya baik, maka kelebihan-kelebihan yang lain akan menjadi kebaikan yang berlipat ganda. Namun jika agamanya tidak ada, tidak berguna segala kelebihan wanita.

Dikutip dari baitulmaqdis.com, yang dimaksud dengan agama bukanlah sekadar pengetahuan. Bukan pula latar belakang pendidikan jurusan agama. Tetapi pemahaman dan pengamalannya. Agamanya baik, artinya ia memahami agama dan mengamalkannya. Agamanya baik, artinya akhlaknya baik. Agamanya baik, artinya karakternya baik.

Wanita cantik dan agamanya baik, ia akan menggunakan kecantikannya untuk melayani suami. Persis seperti gambaran istri membahagiakan dalam hadits Nabi; jika dipandang ia menyenangkan. Maka ketenangan dan kebahagiaan pun memenuhi kehidupan pernikahan.

Wanita kaya dan agamanya baik, ia akan menggunakan kekayaannya di jalan kebaikan. Seperti bunda Khadijah, ia membantu suami berdakwah, ia menggunakan hartanya untuk perjuangan Rasulullah.

Wanita dari nasab terhormat dan agamanya baik, ia menjadi kehormatan tersendiri bagi suami. Dan juga menjadi saham yang baik bagi anak-anaknya nanti.

Maka jika engkau bertanya wanita manakah yang terbaik untuk menjadi istri, sesuai rumus Al Khawarizmi, jawabannya adalah pertama-tama carilah wanita shalihah barulah engkau perhitungkan kelebihan-kelebihan lainnya.[]

Sumber: Inspiradata.com

AMP - Beredar foto seseorang berpakaian militer dan disampingnya terdapat sebuah peti kayu, peluru, granat dan senjata laras panjang. Tampaknya foto tersebut terkait dengan demo 4 November atas penistaan Al Quran yang dilakukan Ahok.

Tidak diketahui siapa yang mengunggah foto tersebut, namun tampaknya foto tersebut bukan foto editan. Terdapat keterangan #Jaisy Al-Fath. Jaisy Al-Fath diketahui sebagai salah satu kelompak aliansi pejuang Islam Mujjahidin Suriah.

Di peti kayu pada foto itu ditempel kertas bertuliskan "Peti mati untuk Ahok", juga terpampang beberapa lembar kertas lain dengan kalimat-kalimat ancaman terhadap Ahok,
"Tangkap Ahok sebelum 4 November"

"Hukum Ahok atau peluru kami yang menghukum. #Jaisy Al-Fath"

Melihat foto ini, apakah  benar sudah direncanakan oleh kelompok-kelompok garis keras untuk menghakimi Ahok pada aksi 4 November mendatang? Mengingat sampai hari ini polisi belum juga menetapkan Ahok sebagai tersangka penistaan agama. (Posmtro)

Doha - Dewan Kerjasama Teluk atau GCC melemparkan kecaman keras atas serangan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak Yaman, Houthi, terhadap Makkah. Serangan yang berhasil digagalkan Arab Saudi itu terjadi akhir pekan lalu.

"Negara-negara GCC mempertimbangkan serangan brutal ini merupakan provokasi terhadap perasaan umat Islam dan tidak menghormati kesucian tempat suci Islam," kata Sekretaris Jenderal GCC, Abdullatif bin Rashid Al Zayani.

"Serangan itu merupakan bukti yang jelas tentang penolakan kelompok untuk mengakui kehendak dan keputusan masyarakat internasional, serta upaya untuk menegakkan gencatan senjata di Yaman dan mencapai solusi politik di sana," sambungnya, seperti dilansir qna pada Senin (31/10).

Koalisi Arab Saudi kemarin mengatakan, Houthi meluncurkan rudal balistik yang menargetkan Makkah dari sebuah masjid di kota Yaman, Saada.

Brigadir Jenderal Ahmed Asiri mengatakan, militer Kerajaan Saudi telah mencari lokasi dari mana rudal tersebut diluncurkan menuju Makkah, situs suci umat Islam. Hasilnya diketahui jika rudal tersebut diluncurkan dari sebuah masjid.

"Orang-orang ini tidak mengenal agama dan tidak memiliki moral. Mereka menggunakan masjid, sekolah, dan rumah sakit untuk tindakan kriminal mereka," kata Asiri yang juga penasihat di kantor Menteri Pertahanan Saudi itu. (Sindonews)

Foto Udara di Ambil dengan menggunakan Drone Phantom 4 

Masjid merupakan tempat pencerahan dan ibadah. Karena itu, masjid tak boleh dikotori oleh pihak tak bertanggungjawab yang rawan memecah belaah umat atau digunakan untuk menebar fitnah yang cenderung sebagai politik hitam.

#Politik_Fitnah_Lam_Mesjid_Usai_Shalat
Curahat Hati seorang yang lagi One The Way Dari Matang Geulumpangdua, hendak menuju Sigli, Tepatnya jam 12.16 WIB, tiba di Sebuah Mesjid Imum Syafi'i yang terletak di Desa Blang Me Timu Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen.

Setelah saya melakukan Ibadah shalat Zuhur , saya langsung merebahkan badan saya karna capek, sekitar 2 menit saya istirahat di dalam Mesjid, terdengar sebuah rekaman audio yang berasal dari sebuah Hanphone Android, yang sedang mereka dengar.

Pantaun Admin Jarak 10 meter dari mereka, saya melihat tingkah lakunya yang duduk bersamaan sekitar 8 orang, terlihat persis mereka-mereka adalah para pendukung si Pulan karna dari salah satu oknum (meu upatnya), menggunakan Peci Merah yang berlambang salah satu Partai, 

Sekitar 2 jam lebih mereka makan daging, semua yang terekam dalam ulee lon mandum fitnah, mereka memutar suatu rekaman saya yakin sebagian pembaca seuramoenews tau isi rekamannya, 

Sungguh Bangsatnya, Sungguh Biadapnya Mereka, Sungguh Munafiknya Mereka, 
Memfitnah di dalam Mesjid.

Email dikirim oleh Irawan 
Penerima @Redaksi

Wafga Aceh di Malaysia Dukung Tusop-dr.PUR sebagai Bupati Bireuen 2017-2022

Kuala Lumpur, seuramoenews.com � Anak Rantau Aceh di Malaysia  menyatakan kami sepakat mendukung Tusop - dr. PUR sebagal calon Bupati Bireuen pada 2017 mendatang.

Pernyataan tersebut muncul dalam Pertemuan mereka saat menyaksikan Moto GP yang berlangsung di Sepang Malaysia , Kuala Lumpur, Minggu, 30 Oktober 2016.

Pernyataan tersebutpun mulai muncul di media sosial Facebook :

Seperti akun SamSul Heri "Perbaikan Dan Perubaha Yang Kami Butuh Kan, Merantau Bukan lah Cita2 Kami, Tapi Keadaan Yang Memaksa Kami Disini...

###  KOTA KU KEBANGAAN KU DISITU LAH KAMI  BERMIMPI##FOR BIREUN'''"LOVE JEUNIEB,,,NO 3 Ayah Geutanyoe.

Akun Syauki Annawawy : Demi kebaikan dan perbaikan. Nomor 3 selalu di hati  masyarakat aceh Malaysia sampai hari H  nanti.

Akun Tgk Almahalli : Salam kebaikan dan perbaikan Sepang- Malaysia untuk para pecinta kebaikan dan perbaikan menuju perubahan bireuen 2017-2022 ...



Dari sini kami mendukung Tusop-dr.PUR menjadi Bupati Bireuen. Aceh itu bumi Aulia pemimpinpun harus berhati mulia

Warga Aceh Dimalaysia Ikut mendukung Tupsop-dr.PUR untuk menjadi Bupati Bireuen 2017 mendatang

Dari sini kami mendukung Tusop-dr.PUR menjadi Bupati Bireuen. Aceh itu bumi Aulia, pemimpinpu harus berhati mulia

AMP - Lima pria ditangkap Satuan Narkoba Polres Aceh Utara di dua lokasi terpisah karena memiliki dan diduga mengedarkan narkotika jenis sabu, Minggu, 30 Oktober 2016 pukul 03.00 WIB. Turut diamankan lima paket sabu dengan berat 19,99 gram/brutto.

Kapolres Aceh Utara AKBP Wawan Setiawan, melalui Kasat Narkoba Iptu Suharto kepada portalsatu.com menyebutkan, awalnya ditangkap dua tersangka, yakni MR, 22 tahun, warga Gampong Paloh Lada, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara dan AS alias Cek Gu, 28 tahun, warga Gampong Uteun Bunta, Kecamatan Peusangan, Matang Geulumpang Dua, Bireun. Keduanya ditangkap di Kampung Baru, Kuta Lhoksukon, Sabtu, 29 Oktober 2016 pukul 22.00 WIB.

"Dua tersangka itu ditangkap karena memiliki dan membawa satu paket sabu seberat 2,15 gram/brutto. Dari pengembangan kasus tersebut, pukul 03.00 WIB tadi (Minggu) kembali ditangkap tiga tersangka di Gampong Meunasah Meuncat, Kecamatan Nisam, Aceh Utara," ujarnya.

Masing-masing, lanjutnya, YS, 28 tahun, warga Gampong Glp Suloh Barat, Kecamatan Dewantara, serta dua tersangka asal Gampong Meunasah Meuncak, Nisam, MZ, 41 tahun dan FS, 36 tahun.

"Dari penangkapan tersebut turut diamankan barang bukti empat paket sabu seberat 17,84 gram/brutto. Saat ini kelima tersangka dan barang bukti telah diamankan di Polres Aceh Utara guna proses penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut," katanya.[Portalsatu]

AMP - Polda Aceh akhirnya menurunkan  tim ke Aceh Utara, guna mengusut dan mempelajari kasus sengketa lahan warga, terkait proyek waduk Kreueng Keureto di Kabupaten Aceh Utara. Penurunan tim ini sebagai tindaklanjut dari hasil rapat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Aceh beberapa waktu, yang dipimpin Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah di Pendopo Gubernur Aceh, Banda Aceh. Saat itu, salah satu usulan dan kesimpulan adalah, menerima masukan dari Kapolda Aceh Irjen Pol. Rio S Djambak, agar dibentuk tim khusus untuk menangani kasus tersebut.

Sumber MODUSACEH.CO di Polda Aceh mengakui hal ini. “Benar, tapi tim Polda Aceh hanya memantau dan memback up Polres Aceh Utara,” sebut sumber itu. Katanya, tim tersebut turun dari langsung dari Kapolda Aceh. “Pak Kapolda meminta kasus ini diselesaikan hingga tuntas,” tambah sumber tadi.

Menurutnya, berdasarkan laporan masyarakat, pemerintah daerah setempat serta pelaksana proyek, ada indikasi tak beres dari penguasaan dan pemilik lahan disana. Akibatnya, proyek itu  sudah terhenti selama tiga bulan. “Namun, kami akan tetap mempelajarinya dengan seksama, sehingga ada satu kesimpulan yang dapat diambil. Jika persoalannya bisa kita selesaikan secara musyawarah dan mufakat itu akan kita tempuh. Tapi, jika mengarah pada unsur pidana, maka akan kami proses sesuai hukum yang berlaku,” tegas sumber tadi.

Sekedar mengulang. Kasus sengketa lahan antara puluhan warga di sana dengan Pemkab Aceh Utara dan perusahaan pelaksana proyek hingga kini belum tuntas. Akibatnya, proyek waduk itu terbengkalai hingga tiga bulan. Itu disebabnya, warga yang mengaku pemilik lahan, melarang perusahaan di sana untuk bekerja.

Buntunya, muncul beberapa kali aksi demontrasi dari warga. Misal, puluhan warga Kecamatan Paya Bakong dan Tanah Luas, Kabupaten Aceh Utara. Selasa (4/10/2017), sekitar pukul 10.00 WIB, mereka mengelar aksi unjuk rasa ke Bank BNI Syariat, Kantor Bupati Aceh Utara dan Kantor DPRK Kabupaten Aceh Utara. Unjuk rasa itu berakhir pukul 12.30 WIB.

Kontributor MODUSACEH.CO di Aceh Utara dan Lhokseumawe melaporkan. Warga menuntut pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten untuk menyelesaikan ganti rugi terhadap penggarap lahan mereka, sesuai dengan kesepakatan bersama, antara pihak (pemerintah dan non pemerintah), untuk tidak mengeluarkan pernyataan dan surat yang tidak berdasar untuk menghambat pembayaran ganti rugi lahan yang menjadi milik masyarakat tersebut.(Modusaceh)

AMP - Proses pencarian nelayan Lhokseumawe Abdul Muthalib (35), warga gampong Blang Cut, Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe, Minggu (30/10), terkendala karena gelombang tinggi, angin kencang serta cuaca yang ekstrim.

"Cuaca yang ekstrim, angin kencang dan gelombang tinggi telah menghambat gerak Tim SAR dalam melanjutkan pencarian korban di tengah laut, " kata Sekretaris SAR Aceh Utara, Hasbullah.

Tambahnya, pihaknya akan terus melakukan pencarian di laut meskipun untuk sementara waktu harus menghentikan pencarian. Pasalnya cuaca ekstrim tidak memungkinkan untuk melanjutkan pencarian.

"Faktor cuaca yang disertai ombak tinggi, angin kencang dan hujan sangat mempersulit tugas kami untuk melakukan pencarian korban," ungkapnya.

Pihaknya bersama tim lainnya juga sudah melakukan pencarian korban sejauh 6,2 mil dari pesisir pantai, bahkan ada tiga spead boad yang kerahkan untuk mencari korban.

Sebelumnya dikabarkan seorang nelayan Abdul Muthalib (35) warga gampong Blang Cut, Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe, terlempar ke laut di perairan Laga Batang, Sabtu (29/10) malam.

Kejadian tersebut terjadi, ketika korban pergi melaut beberapa rekannya, namun ketika hendak melempar jaring, korban terjatuh dan lalu terseret air. Hingga dua jam percarian oleh rekan-rekannya, korban tak ditemukan.

"Sekitar pukul 01.15 WIB, kami menerima laporan dari nelayan yang jatuh dan diseret ombak saat melaut, kemudian kami langsung melakukan pencarian sampai sekitar tiga jam lamanya," kata Hasbullah.(AJNN)

AMP - Nama lengkapnya adalah Syaikh Teungku Hasan bin Teungku Muhammad Hanafiyyah bin Teungku Syaikh 'Abbas bin Teungku Muhammad Fadhli rahimahumullah. Dikalangan masyarakat Aceh, beliau lebih dikenal dengan panggilan Syaikh Hasan Krueng Kalee atau Abu Krueng Kalee. Beliau dilahirkan pada tanggal 13 Ra’jab 1303 (17 April 1886) di Kampung Meunasah Ketembu, Kabupaten Pidie, Aceh, (Alizar, 2011).

Ayahandanya bernama Tengku Muhammad Hanafiyyah, terkenal dengan gelaran Teungku Chik Krueng Kalee I atau Teungku Haji Muda, seorang ulama besar yang memimpin Dayah (Pondok) Krueng Kalee yang terletak di Kabupaten Aceh Besar. Beliau juga merupakan sahabat karib pahlawan nasional Indonesia, Teungku Syaikh Muhammad Saman Tiro atau dikalangan masyarakat Aceh dikenal dengan Teungku Chik Di Tiro. Sementara ibundanya bernama Nyak Hafsah binti Teungku Syaikh Ismail atau Teungku Chik Krueng Kalee II. (Alizar, 2011).

Pada tanggal 19 Januari 1973, tepatnya malam Jum’at sekitar pukul 03.00 dini hari, Abu Krueng Kalee menghembuskan nafasnya yang terakhir. Meninggalkan tiga orang istri; Tgk. Hj. Nyak Safiah di Siem; Tgk. Nyak Aisyah di Krueng Kalee; dan Tgk. Hj. Nyak Awan di Lamseunong. Dari ketiga istri tersebut Abu Krueng Kalee Meninggalkan Tujuh belas orang putra dan putri. Salah seorangnya yaitu Tgk. H. Syech Marhaban, Mentri Muda Pertanian pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. (Yasir, 2011).
Pendidikan Syaikh Hasan Krueng Kalee

Syaikh Hasan menerima didikan awal agama dari kedua orangtuanya sendiri. Saat usia remaja, beliau dihantar ke Kedah, Malaysia untuk berguru pada Tok Syaikh Muhammad Arsyad rahimahullah, Pondok Yan, Kedah. Tok Syaikh Muhammad Arsyad adalah ulama Aceh yang telah membuka pondok di Yan, Kedah sekitar tahun 1900, beliau dikenal sebagai Teungku Di Balai. Syaikh Hasan duduk mengaji di Pondok Yan, Kedah selama beberapa tahun dan pada 1910 beliau dengan restu gurunya berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan melanjutkan pengajian di sana. Beliau bermukim sekitar 6 tahun di Makkah dan meneguk kemanisan ilmu dari pada para ulama di sana. (Alizar, 2011).
Pengaruh Syaikh Hasan Krueng Kalee
Pada tahun 1916, Syaikh Hasan pulang ke Kedah dan mengabdikan dirinya sebagai pengajar di Pondok Yan, Kedah. Kemudian beliau diminta oleh pamannya kembali ke Aceh untuk meneruskan kepemimpinan di Dayah Krueng Kalee. Di bawah asuhannya, Dayah Krueng Kalee semakin terkenal dan menjadi sebuah pusat pendidikan agama yang masyhur, tempat mendidik begitu banyak ulama dan pendakwah di Nusantara. (Alizar, 2011).

Selain belajar pelajaran fiqh, tauhid, tasawwuf dan yang seumpamanya, Syaikh Hasan turut mendalami bidang falak dan berjaya menguasainya sehingga sejak di Makkah beliau telah dijuluki dengan Syaikh Muhammad Hasan al-Aasyie al-Falaki. (Alizar, 2011). Di antara para ulama yang menjadi guru beliau adalah Syaikh Ahmad Syatha ad-Dimyathi, Syaikh Sa`id Sunbul (Mufti Syafi`i Makkah), Syaikh 'Abdullah Ismail, Syaikh Hasan Zamzami, Syaikh Utsman bin Muhammad Fadhil Aceh, Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dan lain masih banyak lagi lainnya. (Alizar, 2011).
Murid-Murid Abu Hasan Krueng Kalee
Di antara murid-murid beliau yang berhasil menjadi ulama adalah:
1. Teungku Ahmad Pante, ulama dan imam masjid Baitur Rahman Banda Aceh.
2. Teungku Hasan Keubok, ulama dan qadhi Aceh Besar.
3. Teungku Muhammad Saleh Lambhouk, ulama dan imam masjid Baitur Rahman Banda Aceh.
4. Teungku Abdul Jalil Bayu, ulama dan pemimpin Dayah Al-Huda Aceh Utara.
5. Teungku Sulaiman Lhoksukon, ulama dan pendiri Dayah Lhoksukon, Aceh Utara.
6. Teungku Yusuf Peureulak, ulama dan ketua majlis ulama Aceh Timur.
7. Teungku Mahmud Simpang Ulim, ulama dan pendiri Dayah Simpang Ulim, Aceh Timur.
8. Teungku Haji Muda Waly Labuhan Haji, ulama dan pendiri Dayah Darussalam, Labuhan Haji, Aceh Selatan.
9. Teungku Syaikh Mud Blang Pidie, ulama dan pendiri Dayah Blang Pidie, Aceh Selatan.
10. Syaikh Syihabuddin, ulama dan pendiri Dayah Darussalam Medan, Sumatera Utara.
11. Kolonel Nurdin, bekas Bupati Aceh Timur.
12. Teungku Ishaq Lambaro Kaphee, ulama dan pendiri Dayah Ulee Titie. (Alizar, 2011).
Karya Tulis Abu Hasan Krueng Kalee
Untuk mengabadikan isi pendidikan, beliau wujudkan dalam beberapa karya tulis diantaranya :
1. Risalah Lathifah fi Adabi Al-Zikry.
Buku ini mengandung pelajaran tentang petunjuk samadiyah dan tahlil, yang diamalkan oleh wali-wali dan auliya-auliya Allah. Buku tersebut dipublikasi atau diterbitkan oleh Pustaka Aceh raya Banda Aceh dan pertama sekali diterbitkan pada tahun 1958, (Fauziah, 1986).

Abu Krueng Kalee berpendapat berdasarkan hadis Rasulullah Saw, siapa yang mengucapakan La Ilaha Illallah sedangkan ia membenarkannya baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya niscaya ia akan masuk surga. Sebagaiamana bunyinya: “Barang siapa mengucapakan La Ilaha Illallah sedangkan ia membenarkannya baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya niscaya ia akan masuk delapan pintu surga, mana-mana yang mereka sukai. (Fauziah, 1986).

Dari hadis Rasulullah Saw di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang membaca qul huwa Allahu ahad sepuluh ribu kali ia akan akan dibebaskan oleh Allah dari api neraka. Begitu juga seseorang yang membaca qul huwa Allahu ahad sepuluh ribu kali bagi orang mati mereka dibebaskan oleh Allah dari api neraka. Demikian juga seseorang yang mengucapakan kalimat la ilaha illa Allah baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya ia akan masuk surga. (Fauziah, 1986).

2. Jawahir Al-Ulum fi kasyafil maklum (ditulis pada tahun 1334 H.)
Buku ini mengupas masalah kelebihan dan kebaikan menuntut ilmu pengetahuan ditinjau dari ilmu tasawwuf setebal 300 halaman. (Fauziah, 1986).

3. An ‘amatu Al-faidhah fi isti’mali qa’idati Al- rabithah (ditulis pada tahun 1327 H.)
Kitab ini Berjumlah 35 halaman, mengupas tentang rabithah yaitu hubungan murid dengan gurunya, yang bersambung sampai kepada Nabi Saw. (Fauziah, 1986).

4. Sirajus salikin ‘ala minhajil ‘abidin, (ditulis pada tahun 1332 H)
Berjumlah 300 halaman. Buku ini menguraikan tentang isi buku minhajul ‘abidin karangan Imam Ghazali, agar orang mudah memahami dan membahas kitab tersebut. (Fauziah, 1986). Pola hidup Tgk Haji Hasan Krueng Kalee lebih menjurus kepada kehidupan sufi yang mengutamakan pangamalan ibadah, (Fauziah, 1986). Pada tanggal
7 Mei 2007, bertepatan dengan 19 Rabiul Akhir 1428 H. Sebuah forum tingkat tinggi ulama Aceh menggelar pertemuan kedua di Mesjid Raya Baiturrahman, dalam pertemuan yang menghadirkan ratusan ulama Aceh ini menyimpulkan bahwa ada empat orang ulama Aceh yang telah sampai pada tingkat Ma’rifatullah, diantara keempat ulama tersebut salah satunya adalah Abu Hasan Krueng Kalee, (Yasir, 2011).

Pada tanggal 1-2 Oktober 1932 ketika diadakan Musyawarah Pendidikan Islam di Lubuk, Aceh Besar, Tgk. Haji Hasan Kruengkalee terlibat didalamnya. Pada kegiatan ini membicarakan masalah pembaruan dan perbaikan pendidikan Islam. Ulama-ulama terkemuka hadir menjadi peserta pada kegiatan tersebut, diantaranya adalah Tgk. H. Hasballah Indrapuri, Tgk H. Abdul Wahab Seulimum, Tgk. Muhammad Daud Beureueh, Tgk M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Tgk. H. Hasan Kruengkalee, Tgk. H. Trienggadeng dan masih banyak lagi lainnya.
Keputusan-keputusan yang dihasilkan dari musyawarah pendidikan Islam tersebut adalah:

1. Tiada sekali-kali terlarang dalam agama islam kita mempelajari ilmu keduniaan yang tidak berlawanan dengan syariat, malah wajib dan tidak layak ditinggalkan buat mempelajarinya.
2. Memasukkan pelajaran-pelajaran umum itu ke sekolah-sekolah agama memang menjadi hajat sekolah-sekolah itu.
3. Orang perempuan berguru kepada orang laki-laki itu tidak ada halangan dan tidak tercegah pada syara, (Yasir, 2011). Selain dikenal sebagai ulama sufi, menurut Yasir (2011) beliau juga pengembang Tarekat al-Haddadiyah di Aceh, ia juga diakui berperan aktif dalam sejumlah peristiwa politik ulama di Aceh sepanjang hidupnya.

Pada masa revolusi kemerdekaan, Tgk Haji Hasan Krueng Kalee ikut aktif berjuang menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia, para pemimpin perjuangan bukan hanya tokoh politik saja, tetapi juga dipelopori oleh ulama. Para ulama tidak bergerak sendiri-sendiri, melainkan bergabung dalam suatu organisasi seperti PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh), Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) dan lain-lain. Setelah proklamasi 17 agustus 1945, Tgk H. Hasan Krueng Kalee menandatangi sebuah pernyataan bersama mengenai perang kemerdekaan. Bersama tiga orang ulama besar yaitu Tgk. H. Jakfar Siddiq Lamjabat, Tgk. H. Hasballah Indrapuri dan Tgk. Muhammad Daud Beureueh. Pernyataan itu menegaskan bahwa: "Menurut keyakinan kami bahwa perjuangan ini adalah perjuangan suci yang disebut perang sabil. Maka percayalah wahai bangsaku bahwa perjuangan ini adalah sebagai sambungan perjuangan dahulu di Aceh yang dipimpin oleh almarhum Teungku chik Ditiro dan pahlawan-pahlawan kebangsaan yang lain. Dan sebab itu bangunlah wahai bangsaku sekalian, bersatu padu menyusun bahu, mengangkat langkah menuju ke muka untuk mengikut jejak perjuangan nenek kita dahulu. Tunduklah dengan patuh akan segala perintah-perintah pemimpin kita untuk keselamatan tanah air, agama dan bangsa." (Yasir, 2011).

Pernyataan tersebut tertanggal 15 Oktober 1945. untuk menggerakkan masyarakat agar berjihat dalam satu barisan yang teratur, barisan sabil atau barisan mujahidin. Pada tanggal 25 Oktober Tgk. H. Hasan Krueng Kalee mengeluarkan sebuah seruan tersendiri yang sangat penting. Seruan ini ditulis dalam bahasa Arab kemudian dicetak oleh Markas Daerah Pemuda Republik Indonesia (PRI) dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh ketua umumnya Ali Hasjmy tertanggal 8 November 1945 Nomor 116/1945 dan dikirim kepada para pemimpin dan ulama diseluruh Aceh. Setelah seruan itu tersiar luas, maka berdirilah barisan Mujahidin di seluruh Aceh yang kemudian menjadi Mujahidin Devisi Teungku Chik Ditiro. (Yasir, 2011).

Himbauan jihad di atas telah menggerakkan masyarakat tampil menuju medan perjuangan di tanah Aceh untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankannya. Mereka umumnya tergabung dibawah organisasi misalnya PUSA, Pemuda PUSA, Kasyafatul Islam, Muhammaddiyah, Pemuda Muhammaddiyah, PERTI, PERMINDO (Pergerakan Angkatan Muda Islam Indonesia), maupun organisasi-organisasi Islam lainnya. (Yasir, 2011). Pada masa itu Tgk Haji Hasan Krueng Kalee merupakan salah seorang penasehat PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), yaitu salah satu organisasi yang bertujuan untuk mendidik masyarakat melalui organisasi tersebut guna meningkatkannya menjadi wadah pendidikan yang lebih berdaya guna. Organisasi ini menjadi pelopor dalam menggerakkan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda, seperti yang dikemukakan oleh Prof. A. Hasjmy dalam salah satu tulisannya. (Yasir, 2011).

Pada awal tahun 1942 Pusa (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) menggerakkan sebuah pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda di Aceh, adalah hal yang logis karena para pemuda yang aktif dalam pemberontakan tersebut sebagian besar mereka yang telah ditempa iman dan semangat jihadnya dalam madrasah-madrasah, yang sistem pendidikan dan kurikulumnya telah diperbaharui. (Yasir, 2011). Dapat diketahui bahwa hanya dua organisasi Islam yang tampil sebagai pelopor yang menggerakkan pemberontakan rakyat terhadap penjajahan Belanda, meskipun banyak juga organisasi-organisasi lain yang mulai tumbuh di Aceh.

Dengan demikian para ulama tergabung dalam organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah maupun Perasatuan Ulama Seluruh Aceh, juga para pemuda yang telah ikut aktif dalam pemberontakan terhadap Belanda. Melalui wadah organisasi ini pula bersama-sama dengan ulama-ulama lain seperti disebutkan di atas, Tgk Haji Hasan Krueng Kalee mengeluarkan fatwa tentang perlunya seluruh rakyat berperang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dengan jalan jihad fi sabilillah, hal ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. (Yasir, 2011).

Melihat uraian di atas jelaslah bagaimana pengaruh Tgk. H. Hasan Krueng Kalee terhadap kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Seiring dengan itu fatwa syahid yang beliau keluarkan masih terus relevan dan memberi motivasi sendiri bagi masyarakat Aceh dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan. Meskipun pada masa setelah kemerdekaan, mulai muncul organisasi islam yang lain, namun Tgk Haji Hasan Krueng Kalee tetap menyalurkan aktifitasnya melalui organisasi PERTI. (Yasir, 2011).

Referensi:

Yasir Master, 2011, Teungku Syeikh Muhammad Hasan Krueng Kalee,(Online),http://yasirmaster.blogspot.com/2011/09/teungku-syeikh-muhammad-hasan.-krueng. html,.9.November 2011.
Tgk Alizar Usman, 2011.Tgk Syik Hasan Krueng Kalee, (Online), http://kitab.kuneng.blogspot.com/2011_03_01_archive.html, diakses 15 November 2011.
Fauziah Ibrahim, Tgk Haji Hasan Krueng Kalee Sebagai Tokoh Pendidikan Islam di Aceh, Skripsi: IAIN Ar-Raniry, 1986. http://iwanms.blogspot.com/2012/12/abu-krueng-kalee.html

AMP - Bila kita melakukan perjalanan dari Banda Aceh kearah Meulaboh, setelah melewati puncak tertinggi di daerah tersebut yaitu puncak gunung Geurute maka kita akan memasuki sebuah kota yang terkenal dengan kota Lamno atau Peukan Lamno. Di daerah Lamno inilah dulu pernah berdiri kerajaan Daya yang pernah mengalahkan pasukan Portugis dan mengislamkan mereka serta mendirikan perkampungan etnis Portugis, sehingga daerah ini juga dikenal dengan perkampungan Si Mata Biru. Diatas puncak bukit di daerah Kuala Daya terdapat perkuburan raja – raja Daya yang terkenal dengan Almarhum Daya atau dalam bahasa Aceh biasa disebut dengan Meureuhom Daya, karena itulah daerah ini dikenal juga dengan negeri Meureuhom Daya.

Setelah peleburan kerajaan Daya menjadi kerajaan Aceh Darussalam di tahun 1520 M oleh Sultan Ali Mughayat Syah nama Daya terasa hilang seiring perjalanan waktu. Kemudian semenjak didirikan pesantren BUDI di tahun 1967 oleh Teungku Haji Ibrahim Ishak, nama daerah Meureuhom Daya atau Lamno kembali mencuat kepermukaan, terutama bagi yang ingin mengecap pendidikan agama.
A. Silsilah Abu Budi Lamno
Teungku Haji Ibrahim Ishak atau lebih dikenal dengan panggilan Abu Budi Lamno lahir di Mukhan, Lamno, Aceh Barat (sekarang Aceh Jaya) pada tahun 1936. Beliau berumah tangga dengan seorang perempuan bernama Hajjah Sunainiyah. Dari perkawinan itu beliau dikarunia empat orang anak yaitu Nabhani, Chairiati, Afifuddin dan Nurhidayati.
B. Pendidikan Abu Budi Lamno
Ketika umurnya telah sampai usia menuntut ilmu, Teungku Ibrahim dimasukkan oleh orang tuanya untuk mengecap pendidikan dasar pada Sekolah Rakyat (SR). Dengan ketekunan dan kedisiplinannya, beliau menyelesaikan pendidikan di sekolah ini pada tahun 1949. Walaupun pendidikan dasarnya pada lembaga pendidikan umum, namun orang tuanya melihat putranya ini memiliki bakat dan minat pada pendidikan agama. Karenanya Teungku Ibrahim Ishak selanjutnya dikirim ke Labuhan Haji untuk belajar di Dayah Darussalam yang dipimpin oleh Abuya Muda Waly. Lama beliau belajar di dayah ini hingga tahun 1958.

Seiring dengan kepulangan guru beliau Teungku Abdul Aziz (Abon Samalanga) dari Labuhan Haji ke Samalanga pada tahun 1958 untuk memimpin Dayah MUDI MESRA (Ma'hadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya), maka Teungku Ibrahim Ishak ikut serta ke Samalanga guna untuk menambah ilmu yang dirasakan belum cukup serta untuk membantu Abon Samalanga mengajar di MUDI MESRA. Teungku Ibrahim Ishak mengabdi di Samalanga hingga tahun 1963. Kehausan terhadap ilmu agama tidak pernah membuat Teungku Ibrahim Ishak merasa puas sehingga dari Samalanga beliau berangkat ke Sumatera Barat untuk belajar di sana hingga tahun 1966.
C. Kiprah Abu Budi Lamno terhadap masyarakat
Pada tahun 1967 atau sekembali dari memperdalam ilmu agama di Sumatera
Barat, Teungku Ibrahim Ishak membuka lembaga pengajian di kampung halamannya. Lembaga pengajian ini bernama Dayah Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah, dayah ini disingkat dan lebih dikenal oleh masyarakat dengan dayah BUDI, maka terkenallah beliau dengan panggilan Abu Budi. Semenjak beliau dirikan pesantren ini hingga akhir hayatnya, beliau selalu memimpin lembaga pendidikan ini dan membina santri – santri yang berdatangan dari seluruh wilayah Aceh serta ada beberapa santri dari luar propinsi Aceh. Beliau seolah – olah tidak mempunyai perasaan bosan dan jenuh untuk membina dan memberi semangat kepada para guru dan santri untuk selalu giat belajar. Abu Budi berpandangan bahwa ilmu akan mudah didapat apabila para pelajar agresif, maka Abu Budi menganjurkan agar dihidupkan Munazharah (berdebat Hukum agama) di setiap pengajian. Oleh karena itu dayah BUDI Lamno terkenal dengan ciri khasnya yaitu diadakannya munazharah disetiap pengajian.

Kepiawan Abu Budi dalam mengupas hukum – hukum agama dengan menggunakan dalil aqli dan naqli dalam setiap pengajian dan acara mubahasah agama dengan gaya beliau yang khas membuat beliau sangat terkenal, sehingga ada yang menjuluki beliau sebagai ulama Mantiq dan juga terasa hambar acara mubahasah agama tanpa kehadiran beliau. Lokasi dayah yang tidak begitu strategis karena berada di muara sungai Lamno yang membuat air di situ menjadi payau dan krisis air bersih, tapi karena karisma Abu Budi yang terkenal membuat santri dari berbagai daerah bahkan yang sudah menjadi guru di pesantren yang lain berdatangan ke dayah BUDI karena ingin menimba ilmu di dayah tersebut. Dayah ini dikenal oleh masyarakat umum, ada 800 orang santri pria dan 700 orang santri perempuan belajar di dayah ini pada tahun 1997, tercatat ada yang berasal dari Jambi, Lampung, Padang, Sulawesi dan Malaysia.

Pada tahun 1990 Abu Budi menjabat sebagai ketua MUI (sekarang MPU) kecamatan Jaya dan pengurus Persatuan Dayah Inshafuddin. Jabatan lain yang dijabatnya hingga akhir hayat adalah ketua IPHI Kecamatan Jaya, ketua DPC PERTI Aceh Barat, wakil ketua MPW PPP Aceh dan ketua DPC PPP Aceh Barat. Semenjak usia muda, Teungku Haji Ibrahim Ishak sangat aktif di bidang pendidikan agama dan sangat berperan dalam bidang sosial kemasyarakatan dalam upaya membantu berbagai program pemerintah. Setiap pemilu Teungku Haji Ibrahim Ishak aktif berkampanye untuk PPP.

D. Akhir hayat Abu Budi Lamno
Teungku Haji Ibrahim Ishak atau Abu Budi Lamno salah seorang ulama karismatik Aceh meninggal dunia pada tanggal 14 Mei 1997 dalam usia 61 tahun. Pimpinan dayah BUDI Lamno itu menghembus nafas terakhir dirumahnya desa Jangeut Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Barat (sekarang Aceh Jaya).

Menjelang detik – detik ajalnya , Abu Budi sempat menitip sebuah amanah kepada keluarga, santri dan dewan guru "jagalah dayah ini baik – baik", demikian pesan Abu Budi yang diulang sebanyak tiga kali. Berita meninggalnya Abu Budi begitu cepat menyebar. Gelombang masyarakat tak pernah henti berdatangan hingga berlangsungnya pemakaman di desa Jangeut, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya.

Ditulis oleh : Tgk Zulfahmi MR; staf pengajar di Dayah Raudhatul Ma'arif, Cot Trueng. Tulisan ini merupakan nukilan dari buku "Biografi Ulama Aceh Abad XX Jilid II".

AMP - Helikopter Eurocopter jenis AS350 B3 dengan register PK-INA milik PT Indo Star Aviation jatuh di wilayah sekitar Kabupaten Nduga, Papua sekira pukul 11.07 WIT, Minggu (30/10/2016).

Informasi dari pihak kepolisian yang dirilis Okezone kabar jatuhnya tersebut dari informasi via telepon satelit bahwa helikopter carteran yang memuat bahan bangunan dari Timika menuju Desa Warem,  Kabupaten Nduga, mengalami kecelakaan dan jatuh.

Heli nahas ini dikemudikan oleh seorang pilot bernama Kapten Putu dan ditemani seorang teknisi bernama Helmi. Dari foto yang diperoleh, tampak heli nahas berwarna putih itu hancur di antara pepohonan yang ada di pedalaman Papua.

Kepala Dinas Perhubungan Mimika Johannes Rettob ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian ini. Namun dia belum bisa memastikan lokasi pasti heli nahas tersebut mengalami kecelakaan dan jatuh.

"Dia dua kali flight, dan kejadian pada flight yang kedua. Ini masih lost contact (hilang kontak), kita akan update terus," jelas Rettob.

Belum diketahui penyebab pasti dari kecelakaan ini. Termasuk apakah pilot dan teknisi heli tersebut meninggal dunia, belum juga dapat dipastikan.

Kronologis sementara yang diperoleh, helikopter nahas ini berangkat dari Timika menuju Jenggelo, Distrik Alama untuk mengantar barang berupa bahan bangunan. Selanjutnya helikopter kembali take off dari Janggelo kembali ke Timika.

Helikopter kembali take off dari Timika dan menuju Desa Waren, Kabupaten Nduga dan memuat bahan bangunan. Setelah take off, heli tersebut hilang kontak dan dikabarkan mengalami kecelakaan dan jatuh.(okz)

AMP - Mari ingat bagaimana posisi SBY saat munculnya figur Jokowi dalam blantika politik nasional. Ingat baik-baik dimana SBY saat pilpres 2014 yang menghadap-hadapkan antara Prabowo vs Jokowi. Ya…SBY pura-pura netral, padahal sebenarnya memainkan peranan untuk memuluskan Jokowi menjadi pengganti dirinya sebagai Presiden. Ingat juga baik-baik betapa hangatnya sambutan SBY saat bertemu Jokowi dalam kapasitasnya sebagai presiden terpilih.

Jadi intinya, SBY ini semisi dengan Jokowi. Tak ada yang aneh bila melihat SBY bermain-main sandiwara tonil di panggung Pilkada DKI saat ini. Demikian pun Jokowi.

Saat bergulir drama Pilkada DKI yang mengharu biru oleh kemunculan putra SBY, ingat baik-baik, haru biru melankolik nan gagah berani perwira penuh pesona, itu…itu…permainan citra khas SBY. Dia juga brojol dalam blantika politik nasional di tahun 2004, sama seperti AHY menggunakan ilusi citra di atas itu. Cuman bagi yang mengikuti gaya SBY, lama-lama muak juga.

Sekarang seolah panggung sandiwara dengan judul "Siapa Membunuh Munir", dimonopoli oleh SBY di satu sisi, dan Jokowi bersama para pendekarnya di sisi yang lain. Kita disuruh nonton film yang skenarionya saja sudah kecium bau busuk sekali. Baunya hendak menutupi aroma semerbak perjuangan melawan Tiran Kutil Ahok sang putra mahkota kaum Konglomerat Cina.

Makanya sandiwara Munir yang dicicil bagai sinetron dengan pemain-pemain lawas seperti SBY, Hendro, Mega dan pendatang baru, Jokowi, menjelaskan siapa mereka dan urusan apa yang mereka upayakan. Mereka itu cuma ingin memadamkan gairah umat Islam yang tengah tergerak untuk membela kehormatan agama gara-gara ulah si Ahok.

SBY, Jokowi, berhentilah menipu diri. Apa kalian nggak capek, ya? Ingat umur, ingat kubur. (Konfr)

AMP - Guru saya, Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, dalam salah satu artikelnya dengan tajuk Menyoal Eskalasi Konflik Keagamaan di Harian Serambi Indonesia beberapa waktu lampau telah mengupas satu topik menarik terkait fenomena keagamaan di Aceh. Gejala sosial kegamaan yang sedang melanda Aceh itu menurut guru saya telah melahirkan paradigma baru dalam beragama: berebut paling siap mati.

Dalam artikel itu, guru saya mengupas tentang berbagai problem keagamaan dan juga kasus-kasus intoleransi antar umat beragama di Aceh. Sebelumnya, juga pernah muncul berbagai tulisan dari penulis lainnya, terkait gejala sosial keagamaan dengan topik dan tajuk hampir serupa: Berebut Paling Saleh.

Karena kata berebut ini lumayan seksi, maka saya pun merebut tajuk di atas untuk kemudian saya “blender” sehingga lahirlah tulisan ini dengan tajuk Berebut Paling GAM. Saya terpaksa menjiplak tajuk dan pola yang telah dipatenkan itu, tersebab redaksi semacam itulah yang paling sesuai dengan maksud tulisan ini. Jika beberapa tajuk artikel sebelumnya membidik persoalan keagamaan, maka tulisan ini sama sekali tidak terkait dengan persoalan kegamaan. Dalam tulisan ini, saya mencoba untuk membidik GAM, sebuah kekuatan politik bersenjata yang sejak 15 Agustus 2005 telah bermetamorfosis menjadi partai politik di bawah ketiak Republik.

GAM yang kita bicarakan di sini adalah GAM yang dulunya di era 1976-2004 memproklamirkan diri sebagai pejuang kemerdekaan Aceh dan saat ini telah seayun selangkah membangun Aceh bersama Republik guna menciptakan kedamaian, kesejahteraan, kemakmuran, kekayaan, kesehatan, kecerdasan, kenikmatan, dan ke-an-ke-an lainnya di Aceh.

Kemesraan antara GAM dan RI yang telah memasuki usia sebelas tahun ini tentunya tidak terlepas dari iktikad baik kedua belah pihak yang difasilitasi oleh awak luwa, sebuah istilah keren yang sampai saat masih sering disebut-sebut. Oleh sebagian kalangan istilah awak luwa masih dikeramatkan sampai dengan saat ini. Kita tentu masih ingat dengan kasus Din Minimi yang juga meminta keterlibatan awak luwa ketika hendak menyerahkan diri kepada Sutiyoso.

Kembalinya GAM ke pangkuan Ibu Pertiwi telah memberikan ruang kepada mantan kombatan untuk kemudian melibatkan diri dalam ajang politik praktis di Aceh. Pra damai, ide-ide perjuangan yang dihembuskan oleh GAM hanya berupa semboyan semu dan tidak menemukan wujudnya. Pasca damai, kondisi ini berubah, semboyan yang dulunya dikampanyekan ke sana ke mari telah menemukan ruangnya. Tapi apakah mereka berhasil mewujudkan mimpinya itu? Wallahu Alam adalah jawaban paling aman.

Siapa Paling GAM?
Empat dari enam pasangan calon gubernur yang telah ditetapkan oleh KIP Aceh adalah mantan GAM. Mereka adalah Zaini Abdullah, Zakaria Saman, Muzakkir Manaf dan Irwandi Yusuf. Di masa konflik, keempat tokoh ini saling dukung, saling sokong dan sama-sama meneriakkan kata-katamerdeka. Dalam organisasi GAM pra damai, Zaini Abdullah dan Zakaria Saman menduduki posisi penting sebagai petinggi GAM, masing-masing menduduki jabatan Menteri Kesehatan dan Menteri Pertahanan GAM. Selain menduduki posisi sakral, keduanya juga orang terdekat Hasan Tiro, pelopor GAM itu sendiri. Ketika perang berkecamuk di Aceh, kedua tokoh ini memilih menetap di luar Aceh, sehingga mereka aman dari incaran peluru.

Dua tokoh lainnya, Muzakkir Manaf dan Irwandi Yusuf yang ketika konflik sedang memuncak, mereka memilih bertahan di Aceh sehingga tidak pernah aman dari incaran musuh. Keduanya memainkan peran strategis dalam konflik Aceh, masing-masing sebagai Panglima Perang dan juru propaganda GAM. Meskipun memiliki kontribusi besar dalam perjuangan, dapat dipastikan bahwa keduanya tidak terlalu dengan Hasan Tiro, jika dibandingkan dengan Zaini Abdullah dan Zakaria Saman. Zaini Abdullah dan Zakaria Saman adalah generasi tua di tubuh GAM yang dididik langsung oleh Hasan Tiro. Adapun Muzakkir Manaf dan Irwandi Yusuf adalah generasi muda GAM.

Walaupun mereka menduduki posisi yang berbeda dalam struktur GAM, namun keempatnya adalah tokoh GAM yang punya pengaruh. Dalam perkembangannya, akibat lemahnya sistem komando di tubuh GAM (sekarang KPA) pasca damai, mengakibatkan keempat tokoh ini bercerai di arena politik. Kondisi ini tentunya juga sangat dipengaruhi oleh mulai tumbuhnya ketegangan internal dalam tubuh KPA.

Dalam beberapa waktu ke depan, keempat tokoh ini akan terjun ke arena dan melakukan berbagai usaha guna mendulang suara pada Pilkada 2017 nantinya. Selain berlomba dalam adu visi, misi dan program, nampaknya keempat tokoh ini juga akan berlomba mencitrakan diri sebagai yang paling GAM. Setidaknya, strategi ini akan dimainkan oleh para tim sukses mereka melalui berbagai wasilah seperti media sosial. Bagi sebagian kalangan, mencitrakan diri sebagai paling GAM adalah sangat penting guna meraih kedudukan sebagai pewaris Tiro yang sebenarnya.

Bagi sebagian kalangan, citra sebagai pewaris Tiro memiliki arti penting guna melanjutkan perjuangan di masa damai. Bagi mereka, visi, misi dan program hanyalah bumbu dan pemanis semata. Yang terpenting adalah siapa yang paling GAM di antara mereka. Kedudukan sebagai yang paling GAM akan menjadi penentu apakah mereka bisa mengawal MoU Helsinky atau tidak. Setidaknya, begitulah yang dipahami oleh sebagian kalangan di Aceh, khususnya di kampung-kampung.

Mencermati kondisi politik saat ini, saya melihat pencitraan diri sebagai yang paling GAM adalah sangat tidak penting dan bahkan tidak akan berdampak pada perolehan suara. Kondisi ini dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat yang sudah semakin tercerdaskan dalam beberapa tahun terakhir. Yang paling penting ke depan bukan siapa yang paling GAM, tapi siapa yang paling siap mewujudkan cita-cita GAM. Bukan justru menabur khayal kepada publik. Selamat bertarung!.

Sumber: acehtrend.co

AMP - Prestasi gemilang perempuan cantik kelahiran Lhokseumawe, Aceh, ini tentu saja membuat banyak orang terkesan.

Namun di antara sekian banyak pujian yang dialamatkan kepadanya, ada juga cacian-cacian yang ditujukan kepadanya.

Hal ini setidaknya terlihat dari akun Instagram Ariska yang memposting gambarnya saat mengenakan bikini di atas panggung.

Saat mengunggah gambar itu, Rabu (26/10/2016), akun @ikapertiwi menulis caption : Yang terbaik untuk Indonesia. Semoga dilancarkan semuanya. Wish me Luck.

Sejak foto itu diunggah, ribuan komentar pun muncul untuk mengucapkan selamat.

Akun @dianainamarlina misalnya, menulis komentar : Congratulations mba....bangga bener aq...sehat selalu insyaAllah.

Sementara akun @veradays_world menulis : Selamat ya, sukses terus. Terimakasih sudah membuat nama indonesia semakin terdengar

Tetapi di tengah banjir pujian, ada pula akun-akun yang mencela karena menganggap bikini yang dipakai Ariska sama sekali tidak sesuai dengan adat ketimuran dan tidak sesuai agama.

akun @la2454 misalnya, menulis : Mau berprestasi ko NGORBANIN AGAMA DAN HARGA DIRI, mendingan ga usah ikutan, carilah prestasi di bidang lain yang halal da berkah.

@mebers_dala_08: Hanya untuk kemenangan kau umbar auratmu??? Tanda tanda kiamat.

Sementera akun @heru_rosaria menulis: Mudah2an juara di dunia dan di akhirat juga!

Tentu saja, bertebarnya komentar-komentar memuji dan komentar sinis, menimbulkan perdebatan antara pengguna Instagram yang mengomentari gambar tersebut.
 
Sumber : Ig Kabaraceh
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget