AMP - Pasangan calon (paslon) gubernur/wakil gubernur Aceh periode 2017-2022, Jumat (28/10) menyampaikan visi misi dan program kerja dalam sidang paripurna di DPRA. Sidang yang dipimpin Ketua DPRA, Tgk Muharuddin itu dihadiri Plt Gubernur Aceh, Soedarmo dan Wali Nanggroe Tgk Malik Mahmud Al-Haytar.
Amatan Serambi, mayoritas cagub Aceh yang menyampaikan visi misi kemarin, masih mengangkat isu atau persolan belum tuntasnya MoU Helsinki beserta turunannya yang telah dijabarkan dalam Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA). Bahkan, beberapa cagub masih menempatkan isu itu sebagai isu sentral dalam visi misi dan program kerja mereka.
Penyampaian visi misi itu dipandu oleh Dosen Fakultas Hukum Unsyiah, Saifuddin Bantasyam. Sebelum dimulai, Saifuddin menyampaikan tata cara pelaksanaan kegiatan tersebut. Setiap paslon diberikan waktu 20 menit dan diperbolehkan menyampaikan visi misi dan program kerjanya secara bergantian dengan pasangannya.
Aturan lain yang diterapkan, pendukung dilarang meneriakkan yel-yel yang dapat mengganggu proses penyampaian visi misi. Jika terjadi, menurut Saifuddin, pihaknya diberikan kewenangan untuk menegur. “Apabila tidak diindahkan maka akan kami kembalikan kepada pimpinan DPRA untuk mengambil sikap,” ujar Saifuddin.
Setiap paslon menyampaikan visi misi dan program kerjanya berdasarkan nomor urut masing-masing. Pasangan pertama yang dipersilakan Saifuddin Bantasyam adalah Tarmizi Karim-Machsalmina Ali. “Visi kami adalah Aceh baru yang mendiri, sejahtera, berbudaya, dan bermartabat berlandaskan nilai Islam,” sebut Tarmizi.
Ia juga menyampaikan 11 program unggulan ditambah delapan misi besar yang akan ditargetkan jika terpilih pada Pilkada 2017.
Terkait MoU Helsinki, tidak disampaikan Tarmizi Karim secara lisan--karena tidak cukup waktu--tapi tertulis dalam salinan visi misi yang diperoleh Serambi.
Pada halaman 20 salinan visi misi Tarmizi Karim-Machsalmina Ali tertulis, keduanya memastikan implementasi MoU Helsinki dan penyelesaiannya.
Berikutnya pasangan Zakaria Saman-T Alaidinsyah. Tampilnya pasangan yang mengusung visi ‘Aceh beu maju dan rakyat beu seujahtera, untuk semua’ ini mendapat sambutan hangat dari para tamu undangan. Ada delapan misi yang disampaikan Zakaria Saman-T Alaidisnyah dalam penyampaian visi misi tersebut.
Kerentanan perdamaian Aceh paska MoU Helsinki dan UUPA menjadi isu strategis yang diangkat oleh pasangan dari jalur perseorangan ini. Sedangkan program unggulan pasangan ini hanya lima, salah satunya adalah membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing. “Ini kita upayakan melalui pendidikan yang unggul, terjangkau, dan merata,” ujar T Alaidinsyah saat membaca visi misinya.
Pasangan Abdullah Puteh-Sayed Mustafa Usab yang mendapat giliran ketiga menyebutkan visi keduanya adalah mewujudkan kembali Aceh sebagai negeri yang aman, sejahtera, adil, makmur, dan beradidaya. Untuk misi, pasangan ini mengusung tiga isu besar yakni penyelenggaraan syariat Islam, revolusi pertanian, dan reformasi birokrasi.
Soal MoU Helsinki, disampaikan Abdullah Puteh saat menginventarisir beberapa permasalahan Aceh yang sedang dihadapi saat ini. “Reintegrasi belum tuntas, sesuai MoU Helinski, masalah reintegrasi merupakan masalah utama yang harus mendapat perhatian Pemerintah Aceh,” ujar Puteh.
Pasangan nomor urut empat, Zaini Abdullah-Nasaruddin mengusung visi berkhidmat membangun Aceh berperadaban yang unggul, inovatif, dan tanpa korupsi. Empat misi menjadi sorotan utama pasangan ini, yakni meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat, meningkatkan kualitas tatakelola pemerintah dan perdamaian Aceh, mengembangkan pembangunan ekonomi syariah dan berkelanjutan, serta meningkatkan kualitas infrastruktur.
Pasangan Muzakir Manaf-TA Khalid, yang maju setelahnya, memancing suasana heboh dalam ruang sidang. Teriakan hidup Mualem terdengar dipekikkan oleh tim pendukung mereka. Pasangan ini mengusung visi Aceh yang sejahtera, berdaulat, dan bermartbat berdasarkan MoU Helsinki dan UUPA dalam NKRI.
Ada 10 misi yang diusung pasangan ini, di antaranya soal perdamian, reformasi birokrasi, infrastruktur, pertanian, kemaritiman, dan beberapa lainnya.
Mualem menyatakan, apabila terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur Aceh pada Pilkada 2017, pihaknya berjanji akan melakukan gebrakan dalam 100 hari kerja. “Kamoe hana jak toh ek dalam kaca minyeuk angen,” kata Mualem yang didampingi wakilnya, TA Khalid.
Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah adalah pasangan terakhir yang menyampaikan visi misi dan program kerja dalam sidang paripurna, kemarin. Di hadapan peserta sidang dan tamu udangan, Irwandi menyampaikan visi terwujudnya Aceh yang damai, sejahtera melalui pmerintahan yang bersih, adil, dan melayani.
Pasangan ini juga menyebutkan 15 program unggulan, seperti Aceh seujahtera (JKA plus), Aceh carong, Aceh energi, Aceh meugoe dan meulaot, Aceh troe, Aceh kaya, Aceh damee, dan beberapa lainnya. (Serambinews)
Amatan Serambi, mayoritas cagub Aceh yang menyampaikan visi misi kemarin, masih mengangkat isu atau persolan belum tuntasnya MoU Helsinki beserta turunannya yang telah dijabarkan dalam Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA). Bahkan, beberapa cagub masih menempatkan isu itu sebagai isu sentral dalam visi misi dan program kerja mereka.
Penyampaian visi misi itu dipandu oleh Dosen Fakultas Hukum Unsyiah, Saifuddin Bantasyam. Sebelum dimulai, Saifuddin menyampaikan tata cara pelaksanaan kegiatan tersebut. Setiap paslon diberikan waktu 20 menit dan diperbolehkan menyampaikan visi misi dan program kerjanya secara bergantian dengan pasangannya.
Aturan lain yang diterapkan, pendukung dilarang meneriakkan yel-yel yang dapat mengganggu proses penyampaian visi misi. Jika terjadi, menurut Saifuddin, pihaknya diberikan kewenangan untuk menegur. “Apabila tidak diindahkan maka akan kami kembalikan kepada pimpinan DPRA untuk mengambil sikap,” ujar Saifuddin.
Setiap paslon menyampaikan visi misi dan program kerjanya berdasarkan nomor urut masing-masing. Pasangan pertama yang dipersilakan Saifuddin Bantasyam adalah Tarmizi Karim-Machsalmina Ali. “Visi kami adalah Aceh baru yang mendiri, sejahtera, berbudaya, dan bermartabat berlandaskan nilai Islam,” sebut Tarmizi.
Ia juga menyampaikan 11 program unggulan ditambah delapan misi besar yang akan ditargetkan jika terpilih pada Pilkada 2017.
Terkait MoU Helsinki, tidak disampaikan Tarmizi Karim secara lisan--karena tidak cukup waktu--tapi tertulis dalam salinan visi misi yang diperoleh Serambi.
Pada halaman 20 salinan visi misi Tarmizi Karim-Machsalmina Ali tertulis, keduanya memastikan implementasi MoU Helsinki dan penyelesaiannya.
Berikutnya pasangan Zakaria Saman-T Alaidinsyah. Tampilnya pasangan yang mengusung visi ‘Aceh beu maju dan rakyat beu seujahtera, untuk semua’ ini mendapat sambutan hangat dari para tamu undangan. Ada delapan misi yang disampaikan Zakaria Saman-T Alaidisnyah dalam penyampaian visi misi tersebut.
Kerentanan perdamaian Aceh paska MoU Helsinki dan UUPA menjadi isu strategis yang diangkat oleh pasangan dari jalur perseorangan ini. Sedangkan program unggulan pasangan ini hanya lima, salah satunya adalah membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing. “Ini kita upayakan melalui pendidikan yang unggul, terjangkau, dan merata,” ujar T Alaidinsyah saat membaca visi misinya.
Pasangan Abdullah Puteh-Sayed Mustafa Usab yang mendapat giliran ketiga menyebutkan visi keduanya adalah mewujudkan kembali Aceh sebagai negeri yang aman, sejahtera, adil, makmur, dan beradidaya. Untuk misi, pasangan ini mengusung tiga isu besar yakni penyelenggaraan syariat Islam, revolusi pertanian, dan reformasi birokrasi.
Soal MoU Helsinki, disampaikan Abdullah Puteh saat menginventarisir beberapa permasalahan Aceh yang sedang dihadapi saat ini. “Reintegrasi belum tuntas, sesuai MoU Helinski, masalah reintegrasi merupakan masalah utama yang harus mendapat perhatian Pemerintah Aceh,” ujar Puteh.
Pasangan nomor urut empat, Zaini Abdullah-Nasaruddin mengusung visi berkhidmat membangun Aceh berperadaban yang unggul, inovatif, dan tanpa korupsi. Empat misi menjadi sorotan utama pasangan ini, yakni meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat, meningkatkan kualitas tatakelola pemerintah dan perdamaian Aceh, mengembangkan pembangunan ekonomi syariah dan berkelanjutan, serta meningkatkan kualitas infrastruktur.
Pasangan Muzakir Manaf-TA Khalid, yang maju setelahnya, memancing suasana heboh dalam ruang sidang. Teriakan hidup Mualem terdengar dipekikkan oleh tim pendukung mereka. Pasangan ini mengusung visi Aceh yang sejahtera, berdaulat, dan bermartbat berdasarkan MoU Helsinki dan UUPA dalam NKRI.
Ada 10 misi yang diusung pasangan ini, di antaranya soal perdamian, reformasi birokrasi, infrastruktur, pertanian, kemaritiman, dan beberapa lainnya.
Mualem menyatakan, apabila terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur Aceh pada Pilkada 2017, pihaknya berjanji akan melakukan gebrakan dalam 100 hari kerja. “Kamoe hana jak toh ek dalam kaca minyeuk angen,” kata Mualem yang didampingi wakilnya, TA Khalid.
Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah adalah pasangan terakhir yang menyampaikan visi misi dan program kerja dalam sidang paripurna, kemarin. Di hadapan peserta sidang dan tamu udangan, Irwandi menyampaikan visi terwujudnya Aceh yang damai, sejahtera melalui pmerintahan yang bersih, adil, dan melayani.
Pasangan ini juga menyebutkan 15 program unggulan, seperti Aceh seujahtera (JKA plus), Aceh carong, Aceh energi, Aceh meugoe dan meulaot, Aceh troe, Aceh kaya, Aceh damee, dan beberapa lainnya. (Serambinews)
loading...
Post a Comment