AMP - Kehidupan masyarakat saat ini telah mengalami banyak perubahan di segala di mensi dan ruang waktu.
"Hal ini tentu saja akibat perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat. Sebab sebuah bangsa yang ingin maju dan dapat bersaing dalam dunia global, harus mampu menyesuaikan pola pikir dan perilakunya sesuai dengan tuntutan zaman. Untuk keperluan ini, pendidikan memegang peranan sangat penting," ujar Tgk. Mukhtar Amin akrab disapa Abati Cot Plieng.
Pimpinan Dayah Al-Ihsaniyah Al-Aziziyah Kuta Baro, Gampong Langa, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara ini menyebutkan, ada beberapa faktor sangat berperan dalam membentuk dan mengubah pola pikir dan perilaku seseorang.
"Banyak faktor membentuk dan merubah mindset seseorang. Dalam pandangan saya, pertama, adalah orang tua, sebab orang tua adalah orang pertama dan utama dalam mendidik setiap orang ketika di masa kecilnya. Dan ini sangat berpengaruh dalam pertumbuhan selanjutnya," ujar ulama muda berpengaruh di Bayu dan juga Alumni Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga itu, ditemui di dayahnya, Sabtu, 22 Oktober 2016.
Selanjutnya, menurut Abati Cot Plieng, pendidikan sekolah atau dayah. Seseorang menjadi pintar atau tidak sangat tergantung pada motivasi yang diberikan di lembaga pendidikan. “Allah memberikan umat manusia nikmat otak sebagai mutafakkir bil quwwah yang luar biasa. Maka pihak lembaga pendidikan berperan penting memotivasi mutafakkit bil quwwah tersebut, sehingga dapat mencerna semua persoalan yang dihadapinya,” katanya.
Abati Cot Plieng melanjutkan, faktor ketiga adalah lingkungan (sahabat atau kawan). Biasanya anak-anak hingga remaja, cenderung mencontoh orang lain. Seorang anak ikut merokok, bahkan terjerumus narkotika dan pacaran disebabkan ingin mencontoh kawan sepergaulannya.
“Seorang yang rajin beribadah dan mengaji, biasanya berteman dengan orang yang rajin shalat dan mengaji," ujar Imum Masjid Besar Mideun Syuhada Bayu ini.
Berikutnya, kata Abati Cot Plieng, informasi yang diperoleh melalui internet. Seseorang yang mendapatkan informasi dari orang lain, apalagi dari yang biasa dilihatnya seperti di TV, internet, dan media sosial umpamanya, maka yang bersangkutan cenderung untuk mengikutinya. Apalagi yang dilihatnya itu adalah bintang film atau artis yang menjadi idolanya dan konten-konten negatif lainnya, sudah pasti akan memengaruhi pola pikir dan akhlak mereka.
Faktor terakhir yang memengarungi mindset seseorang anak adalah diri sendiri. Sebab diri sendiri sangat memengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang. “Seorang yang selalu berfikir thingking positif, maka dia akan melihat segala sesuatu secara mudah, indah, dan bermanfaat”.
“Namun begitu juga sebaliknya. Orang yang selalu berfikir terperangkap dalam thingking negative, maka segala sesuatunya dipandang salah, dan bahkan menyesatkan," kata Abati Cot Plieng.
Untuk itu, menurut teungku berusia 38 tahun ini, manajemen dalam menata kalbu, perlu dimasyarakatkan lewat zikir dan suluk. “Sehingga kerajaan hati mampu menjaga keasliaannya," pungkas ulama muda kelahiran Simpang Mulieng itu dengan nada penuh semangat.[portalsatu]
"Hal ini tentu saja akibat perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat. Sebab sebuah bangsa yang ingin maju dan dapat bersaing dalam dunia global, harus mampu menyesuaikan pola pikir dan perilakunya sesuai dengan tuntutan zaman. Untuk keperluan ini, pendidikan memegang peranan sangat penting," ujar Tgk. Mukhtar Amin akrab disapa Abati Cot Plieng.
Pimpinan Dayah Al-Ihsaniyah Al-Aziziyah Kuta Baro, Gampong Langa, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara ini menyebutkan, ada beberapa faktor sangat berperan dalam membentuk dan mengubah pola pikir dan perilaku seseorang.
"Banyak faktor membentuk dan merubah mindset seseorang. Dalam pandangan saya, pertama, adalah orang tua, sebab orang tua adalah orang pertama dan utama dalam mendidik setiap orang ketika di masa kecilnya. Dan ini sangat berpengaruh dalam pertumbuhan selanjutnya," ujar ulama muda berpengaruh di Bayu dan juga Alumni Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga itu, ditemui di dayahnya, Sabtu, 22 Oktober 2016.
Selanjutnya, menurut Abati Cot Plieng, pendidikan sekolah atau dayah. Seseorang menjadi pintar atau tidak sangat tergantung pada motivasi yang diberikan di lembaga pendidikan. “Allah memberikan umat manusia nikmat otak sebagai mutafakkir bil quwwah yang luar biasa. Maka pihak lembaga pendidikan berperan penting memotivasi mutafakkit bil quwwah tersebut, sehingga dapat mencerna semua persoalan yang dihadapinya,” katanya.
Abati Cot Plieng melanjutkan, faktor ketiga adalah lingkungan (sahabat atau kawan). Biasanya anak-anak hingga remaja, cenderung mencontoh orang lain. Seorang anak ikut merokok, bahkan terjerumus narkotika dan pacaran disebabkan ingin mencontoh kawan sepergaulannya.
“Seorang yang rajin beribadah dan mengaji, biasanya berteman dengan orang yang rajin shalat dan mengaji," ujar Imum Masjid Besar Mideun Syuhada Bayu ini.
Berikutnya, kata Abati Cot Plieng, informasi yang diperoleh melalui internet. Seseorang yang mendapatkan informasi dari orang lain, apalagi dari yang biasa dilihatnya seperti di TV, internet, dan media sosial umpamanya, maka yang bersangkutan cenderung untuk mengikutinya. Apalagi yang dilihatnya itu adalah bintang film atau artis yang menjadi idolanya dan konten-konten negatif lainnya, sudah pasti akan memengaruhi pola pikir dan akhlak mereka.
Faktor terakhir yang memengarungi mindset seseorang anak adalah diri sendiri. Sebab diri sendiri sangat memengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang. “Seorang yang selalu berfikir thingking positif, maka dia akan melihat segala sesuatu secara mudah, indah, dan bermanfaat”.
“Namun begitu juga sebaliknya. Orang yang selalu berfikir terperangkap dalam thingking negative, maka segala sesuatunya dipandang salah, dan bahkan menyesatkan," kata Abati Cot Plieng.
Untuk itu, menurut teungku berusia 38 tahun ini, manajemen dalam menata kalbu, perlu dimasyarakatkan lewat zikir dan suluk. “Sehingga kerajaan hati mampu menjaga keasliaannya," pungkas ulama muda kelahiran Simpang Mulieng itu dengan nada penuh semangat.[portalsatu]
loading...
Post a Comment