Wakil Presma UIN Ar-Raniry, Misran saat berdemo (Photo: MODUSACEH.CO/Irwan Saputra) |
AMP - Seratusan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar- Raniry Banda Aceh menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Auditorium Ali Hasyimi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Senin siang (18/10/2016). Mahasiswa yang sebagaian besar mengenakan baju almamater tersebut, bergerak dari Pusat Kegiatan Mahasisawa (PKM) dengan menenteng spanduk dan karton menuntut Rektor kampus tersebut Prof. Dr. H. Farid Wajidi Ibrahim MA, mundur dari jabatan, jika tidak mampu menuntaskan berbagai permasalahan kampus. Celakanya, aksi itu berlangsung tepat pada saat pihak civitas akademika sedang memperingati hari Dies Natalis UIN Ar-Raniry ke 35 yang turut dihadiri oleh Gubernur Aceh, dr. Zaini Abdullah dan beberapa pimpinan dayah di Aceh.
Koordinator aksi Mahyuddin dalam orasinya mengatakan, sejak 2009 lalu di saat sebelum pemilihan rektor IAIN (sekarang UIN) Ar-Raniry Periode 2009-2013. Menyeruak berbagai isu terkait keterlibatan Dekan Fakultas Tarbiyah saat itu yang dijabat oleh Prof. Farid, melalui Yayasaan Tarbiyah yang juga diketuai Prof. Dr. H. Farid Wajidi. Dalam kasus ini sebut peserta aksi demo, negara telah dirugikan Rp 2,5 miliar. Tentu saja telah mencoreng lakap jantong hatee rakyat Aceh yang disematkan kepada kampus tercinta ini. Terlebih lagi, saat sang dekan yang diisukan terlibat dalam kasus itu, malah ikut mencalonkan dirinya sebagai Rektor UIN untuk periode 2009-2013. “Dan sekarang dia telah berkuasa, maka dimana letaknya keadilan, yang selama ini disuarakan, adakah pernah menyuarakan keadilan bagi kampus tercinta ini,” teriak Mahyuddin yang disambut teriakan hidup mahasiswa, turunkan rektor, dan Allahu Akbar.
Kata Mahyuddin, selama ini pihaknya tidak pernah menyuarakan keadilan bagi kampus. Sebab, isu korupsi yang terjadi pada 2009 lalu, adalah masa lalu yang telah memakan korban salah satu dosen saja yaitu, Dr. Nurmasyitah. Menurutnya, NUrmasyitah telah dijadikan tumbal dan mendekam dipenjara selama 3,5 tahun di Lapas Wanita Lhoknga, Aceh Besar. "Kenapa ini terjadi, akibat kekejaman para pelaku koruptor berpendidikan di kampus jantung hate masyarakat Aceh,” kata Mahyuddin. Tangkap Koruptor! Teriak mahasiswa lainnya.
Pelaku koruptor menurutnya, telah membuat orang lain menjadi tumbal, sehingga sang rektor yang berkuasa periode 2009-2013 dianggap telah berjasa dalam perubahan alih status dari IAIN ke UIN dan akhirnya kembali berkuasa serta ikut pada kontestasi Pemilihan Rektor UIN Periode 2013-2017, yang sangat jauh dari kata demokrasi serta tanpa diketahui publik, baik mahasiswa maupun rakyat Aceh.
Wakil Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Ar-Raniry Misran, dalam orasinya menyorot berbagai persoalan transparansi keuangan kampus UIN Ar-Raniry yang dinilai berjibun masalah. Persoalan PPL Mahasiswa Tarbiyah yang saat ini terancam tidak bisa mengikuti proses akademiknya. Tarmasuk berbagai isu miris lainnya, bahkan beberapa oknum dosen membocorkan informasi kepada mahasiswa akibat belum adanya kejelasan PPL mahasiswa untuk tahun ini. penyebabnya adalah ketidakadanya anggaran, lantaran telah dialihkan ke program lainnya. “Sebab dari itu, sudah semestinya kita menyuarakan keadilan bagi kampus kita, dimana letak transparansi keuangan kampus,” ujar Misran.
Selain itu kata Misran, baru-baru ini kembali tersebar isu miris yaitu terjadinya plagiasi yang dilakukan Wakil Dekan II di salah satu fakultas di lingkup kampus UIN Ar-Raniry, yang menulis opini pada salah satu media cetak di Aceh tentang Madrasah Rabbaniah pada Kamis 30 Juni 2016. Tulisan tersebut dinilai sama persis seperti tulisan yang pernah dimuat di Portal Kompasiana, 30 Juli 2011 lalu. Isu plagiasi memang sering didengar mahasiswa. Pelakunya adalah, para mahasiswa yang enggan mencari bahan ketika melakukan tugas-tugas kuliah. Tapi untuk kasus yang satu ini wajarkah ketika pelagiasai dilakukan oleh oknum pimpinan. Maka, pihaknya kembali mempertanyakan integritas para pimpinan kampus, mulai tingkat rektorat hingga dekan. Begitupun mahasiswa hari itu mempertanyakan program E-Parking yang dianggap menindas mahasiswa, persoalan KTM mahasiswa 2015 yang hingga saat ini belum rampung, belum lagi persoalan asrama mahasiswa putri Ma`had Ali yang terkadang membuat para mahasiswa harus mandi di mesjid-mesjid terdekat, persoalan sektariat lembaga mahasiswa yang hingga saat ini tidak dimiliki oleh mereka.
Teranyar masalah logo UIN baru, yang dinilai rezim kampus saat ini beniat menggantikan logo UIN dan ingin membuang jauh-jauh lakap jantong hatee rakyat Aceh yang diberikan kepadanya. “Kami menuntut Rektor menuntaskan permasalahan ini, jika tidak mundur dari rektor” teriak Misran yang disambut terikan Allahu Akbar oleh massa Aksi hari itu.(Modusaceh.co)
Koordinator aksi Mahyuddin dalam orasinya mengatakan, sejak 2009 lalu di saat sebelum pemilihan rektor IAIN (sekarang UIN) Ar-Raniry Periode 2009-2013. Menyeruak berbagai isu terkait keterlibatan Dekan Fakultas Tarbiyah saat itu yang dijabat oleh Prof. Farid, melalui Yayasaan Tarbiyah yang juga diketuai Prof. Dr. H. Farid Wajidi. Dalam kasus ini sebut peserta aksi demo, negara telah dirugikan Rp 2,5 miliar. Tentu saja telah mencoreng lakap jantong hatee rakyat Aceh yang disematkan kepada kampus tercinta ini. Terlebih lagi, saat sang dekan yang diisukan terlibat dalam kasus itu, malah ikut mencalonkan dirinya sebagai Rektor UIN untuk periode 2009-2013. “Dan sekarang dia telah berkuasa, maka dimana letaknya keadilan, yang selama ini disuarakan, adakah pernah menyuarakan keadilan bagi kampus tercinta ini,” teriak Mahyuddin yang disambut teriakan hidup mahasiswa, turunkan rektor, dan Allahu Akbar.
Kata Mahyuddin, selama ini pihaknya tidak pernah menyuarakan keadilan bagi kampus. Sebab, isu korupsi yang terjadi pada 2009 lalu, adalah masa lalu yang telah memakan korban salah satu dosen saja yaitu, Dr. Nurmasyitah. Menurutnya, NUrmasyitah telah dijadikan tumbal dan mendekam dipenjara selama 3,5 tahun di Lapas Wanita Lhoknga, Aceh Besar. "Kenapa ini terjadi, akibat kekejaman para pelaku koruptor berpendidikan di kampus jantung hate masyarakat Aceh,” kata Mahyuddin. Tangkap Koruptor! Teriak mahasiswa lainnya.
Pelaku koruptor menurutnya, telah membuat orang lain menjadi tumbal, sehingga sang rektor yang berkuasa periode 2009-2013 dianggap telah berjasa dalam perubahan alih status dari IAIN ke UIN dan akhirnya kembali berkuasa serta ikut pada kontestasi Pemilihan Rektor UIN Periode 2013-2017, yang sangat jauh dari kata demokrasi serta tanpa diketahui publik, baik mahasiswa maupun rakyat Aceh.
Wakil Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Ar-Raniry Misran, dalam orasinya menyorot berbagai persoalan transparansi keuangan kampus UIN Ar-Raniry yang dinilai berjibun masalah. Persoalan PPL Mahasiswa Tarbiyah yang saat ini terancam tidak bisa mengikuti proses akademiknya. Tarmasuk berbagai isu miris lainnya, bahkan beberapa oknum dosen membocorkan informasi kepada mahasiswa akibat belum adanya kejelasan PPL mahasiswa untuk tahun ini. penyebabnya adalah ketidakadanya anggaran, lantaran telah dialihkan ke program lainnya. “Sebab dari itu, sudah semestinya kita menyuarakan keadilan bagi kampus kita, dimana letak transparansi keuangan kampus,” ujar Misran.
Selain itu kata Misran, baru-baru ini kembali tersebar isu miris yaitu terjadinya plagiasi yang dilakukan Wakil Dekan II di salah satu fakultas di lingkup kampus UIN Ar-Raniry, yang menulis opini pada salah satu media cetak di Aceh tentang Madrasah Rabbaniah pada Kamis 30 Juni 2016. Tulisan tersebut dinilai sama persis seperti tulisan yang pernah dimuat di Portal Kompasiana, 30 Juli 2011 lalu. Isu plagiasi memang sering didengar mahasiswa. Pelakunya adalah, para mahasiswa yang enggan mencari bahan ketika melakukan tugas-tugas kuliah. Tapi untuk kasus yang satu ini wajarkah ketika pelagiasai dilakukan oleh oknum pimpinan. Maka, pihaknya kembali mempertanyakan integritas para pimpinan kampus, mulai tingkat rektorat hingga dekan. Begitupun mahasiswa hari itu mempertanyakan program E-Parking yang dianggap menindas mahasiswa, persoalan KTM mahasiswa 2015 yang hingga saat ini belum rampung, belum lagi persoalan asrama mahasiswa putri Ma`had Ali yang terkadang membuat para mahasiswa harus mandi di mesjid-mesjid terdekat, persoalan sektariat lembaga mahasiswa yang hingga saat ini tidak dimiliki oleh mereka.
Teranyar masalah logo UIN baru, yang dinilai rezim kampus saat ini beniat menggantikan logo UIN dan ingin membuang jauh-jauh lakap jantong hatee rakyat Aceh yang diberikan kepadanya. “Kami menuntut Rektor menuntaskan permasalahan ini, jika tidak mundur dari rektor” teriak Misran yang disambut terikan Allahu Akbar oleh massa Aksi hari itu.(Modusaceh.co)
loading...
Post a Comment