Guru kita, Tgk. H. Nuruzzahri (Waled Samalanga |
Seuramoenews.com - Tidak akan berjaya seorang pelajar yang hanya meneguk ilmu dari gurunya tanpa menjadikan akhlak dan tingkah laku gurunya sebagai penopang ilmu yang ia miliki. Pada diri guru yang alim tersimpan akhlak luhur yang harus dipedomani.
Imam Zakaria Al-Anshari salah seorang ulama Syafi'iyah yang sangat alim, beliau dikenal sebagai Imam Syafi'i kecil pada masanya karena kedalaman ilmu fikih yang dikuasai, sehingga para ulama Syafi'iyah ada yang berujar, "Jangan pernah mengaku diri kita sebagai pengikut Mazhab Imam Syafi'i jika belum membaca kita 'Asnan Mathalib' karya Imam Zakaria Al-Anshari!"
Pada diri Imam Zakaria terdapat akhlak yang luhur. Beliau sangat menghargai makanan, setiap makanan yang dimakan selalu habis dilahap, tidak ada sedikitpun yang dibuang. Bahkan sejarah mencatat, ketika mengajar di Kota Suq Jum'ah Kota Kairo, setiap sepertiga malam.
Imam Zakaria Al-Anshari selalu bangun mengintip tempat sampah yang ada di sekitarnya untuk mencari kulit bitthih (buang semangka) yang dibuang orang. Apabila beliau menemukan kulit semangka dalam tempat sampah yang masih tersisa isinya, beliau mengambilnya, kemudian dibawa pulang ke kediamannya untuk dicuci, lalu dimakan olehnya sisa-sisa itu.
Akhlak Imam Zakaria sering aku temukan pada teman-teman dari Hindia yang belajar di Al-Azhar. Agar isi buah semangka itu tidak ada yang terbuang, mereka selain menggunakan pisau untuk mengupasnya juga menggunakan sendok untuk mengkerok semua isinya untuk dimakan.
Guru kita, Tgk. H. Nuruzzahri (Waled Samalanga demikian. Setiap duduk makan dengannya, aku selalu memperhatikan piring beliau makan. Sejauh yang aku lihat, setiap melahap makanan, beliau tidak pernah meninggalkan sisa sedikitpun dari makanannya yang terbuang. Rahimahumullah yang Maulana.
Penulis : Abdul Hamid M Jamil
Editor : HyM
loading...
Post a Comment