AMP - Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Soegeng Rahardjo mengungkapkan, Tentara Nasional Indonesia harus lebih cepat mereformasi diri. Hal itu selaras dengan perkembangan lingkungan strategis yang semakin dinamis.
“Reformasi harus diselaraskan dengan perkembangan lingkungan strategis yang semakin dinamis, baik di tingkat nasional, regional, maupun global, tanpa menghilangkan jati diri TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional,” katanya di Beijing, Selasa (25/10).
Soegeng menuturkan reformasi yang dilaksanakan TNI telah berjalan baik. “Hanya mungkin, harus dilakukan lebih cepat, mengingat perkembangan lingkungan strategis juga semakin cepat dan dinamis.”
Soegeng menambahkan, saat ini perang tidak sekadar fisik saja, melainkan sudah lebih banyak diwarnai perang siber, perang urat syaraf dengan dukungan peralatan yang canggih. “Maka perlu TNI untuk semakin memacu reformasi dirinya, termasuk untuk peningkatan kualitas SDM-nya dalam penguasaan teknologi, guna menghadapi peperangan berbasis informasi.”
Dia mencontohkan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok yang mereformasi dirinya secara cepat, sesuai perkembangan geopolitik yang semakin dinamis. “Jika TNI ingin menjadi kuat, hebat dan profesional, maka reformasi diri harus terus dilakukan secara cepat dan tepat, diselaraskan dengan perkembangan lingkungan strategis serta geopolitik yang semakin dinamis. Lihatlah Tiongkok yang militernya secara cepat mereformasi diri secara bertahap, sebagai respon atas dinamika geopolitik yang terjadi.”
Terlebih, Presiden Tiongkok Xi Jinping selaku Pemimpin Tertinggi Partai Komunis Tiongkok dan Ketua Komite Militer Pusat meresmikan dua kekuatan baru di tubuh militernya, yakni Pasukan roket dan pasukan pendukung strategis guna mewujudkan militer yang kuat dan modern.
Pembentukan dua kekuatan di tubuh Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok tersebut merupakan bagian dari komitmen Beijing untuk melakukan reformasi besar-besaran di tubuh militernya, sejak November 2015.
Pasukan roket sebelumnya bernama Pasukan Arteleri Kedua, yang merupakan pasukan khusus langsung di bawah pengawasan dan komando KMP guna melaksanakan serangan balik saat Tiongkok berada dalam kondisi bahaya. Sedangkan, pasukan psndukung strategis bertugas untuk melaksanakan dukungan kepada setiap unit strategis militer, terutama secara elekronik.
Tiongkok juga berencana memangkas personel militernya sebanyak 300.000 personel, dan akan merampingkan tujuh daerah komando militer yang tersebar di beberapa wilayah menjadi satu kesatuan di bawah satu kendali komando. Reformasi tersebut bertujuan membangun militer Tiongkok, yang efektif, efisien, modern dan kuat, terutama dalam menghadapi peperangan berbasis informasi.(Konfr)
“Reformasi harus diselaraskan dengan perkembangan lingkungan strategis yang semakin dinamis, baik di tingkat nasional, regional, maupun global, tanpa menghilangkan jati diri TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional,” katanya di Beijing, Selasa (25/10).
Soegeng menuturkan reformasi yang dilaksanakan TNI telah berjalan baik. “Hanya mungkin, harus dilakukan lebih cepat, mengingat perkembangan lingkungan strategis juga semakin cepat dan dinamis.”
Soegeng menambahkan, saat ini perang tidak sekadar fisik saja, melainkan sudah lebih banyak diwarnai perang siber, perang urat syaraf dengan dukungan peralatan yang canggih. “Maka perlu TNI untuk semakin memacu reformasi dirinya, termasuk untuk peningkatan kualitas SDM-nya dalam penguasaan teknologi, guna menghadapi peperangan berbasis informasi.”
Dia mencontohkan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok yang mereformasi dirinya secara cepat, sesuai perkembangan geopolitik yang semakin dinamis. “Jika TNI ingin menjadi kuat, hebat dan profesional, maka reformasi diri harus terus dilakukan secara cepat dan tepat, diselaraskan dengan perkembangan lingkungan strategis serta geopolitik yang semakin dinamis. Lihatlah Tiongkok yang militernya secara cepat mereformasi diri secara bertahap, sebagai respon atas dinamika geopolitik yang terjadi.”
Terlebih, Presiden Tiongkok Xi Jinping selaku Pemimpin Tertinggi Partai Komunis Tiongkok dan Ketua Komite Militer Pusat meresmikan dua kekuatan baru di tubuh militernya, yakni Pasukan roket dan pasukan pendukung strategis guna mewujudkan militer yang kuat dan modern.
Pembentukan dua kekuatan di tubuh Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok tersebut merupakan bagian dari komitmen Beijing untuk melakukan reformasi besar-besaran di tubuh militernya, sejak November 2015.
Pasukan roket sebelumnya bernama Pasukan Arteleri Kedua, yang merupakan pasukan khusus langsung di bawah pengawasan dan komando KMP guna melaksanakan serangan balik saat Tiongkok berada dalam kondisi bahaya. Sedangkan, pasukan psndukung strategis bertugas untuk melaksanakan dukungan kepada setiap unit strategis militer, terutama secara elekronik.
Tiongkok juga berencana memangkas personel militernya sebanyak 300.000 personel, dan akan merampingkan tujuh daerah komando militer yang tersebar di beberapa wilayah menjadi satu kesatuan di bawah satu kendali komando. Reformasi tersebut bertujuan membangun militer Tiongkok, yang efektif, efisien, modern dan kuat, terutama dalam menghadapi peperangan berbasis informasi.(Konfr)
loading...
Post a Comment