AMP - Central Intelligence Agency (CIA) tercatat beberapa kali menggelar operasi di Indonesia. Mulai mendanai dan mempersenjatai pemberontakan PRRI/Permesta hingga 'mengikuti ombak' pemberantasan PKI.
Kini terungkap juga CIA menggelar operasi Habrink. Sebuah misi berskala besar untuk mengetahui persenjataan yang dibeli Indonesia dari Uni Soviet periode 1960an. Dunia Barat ketar-ketir melihat persenjataan paling canggih berharga miliaran dolar yang terus dikirim Rusia dan Uni Soviet.
Media Rusia Vzglyad, menulis CIA berhasil menyuap beberapa pejabat Indonesia untuk bekerja sama dan membocorkan daftar senjata dari Blok Timur pada AS.
Hal ini terungkap saat dari mulut David Barnett, seorang agen CIA yang malang melintang di dunia telik sandi. Dia pernah bertahun-tahun bertugas di Indonesia saat Orde Lama.
Pertengahan tahun 70an, Barnett kembali ke Indonesia. Dia mencari peruntungan dengan berbisnis udang. Namun bisnisnya bangkrut. Dia berhutang sangat banyak. Barnett mencari jalan keluar pintas.
"Dia lalu menjual data mengenai Operasi Habrink pada KGB (agen rahasia Rusia) senilai 100 ribu dolar AS," tulis Vzglyad.
Barnett tak lama menikmati uang hasil pengkhiatannya itu. Pada 1979, dia dikhianati oleh pengkhianat KGB, yang direkrut oleh CIA di Indonesia. Ironi, pengkhianat dikhianati pengkhianat pula. Tapi itulah kotornya dunia intelijen.
"Barnett dihukum 18 tahun penjara, tapi dia dibebaskan pada tahun 1990. Kisah ini masih dibicarakan di kalangan intelijen," beber Vzglyad.(mdk)
Kini terungkap juga CIA menggelar operasi Habrink. Sebuah misi berskala besar untuk mengetahui persenjataan yang dibeli Indonesia dari Uni Soviet periode 1960an. Dunia Barat ketar-ketir melihat persenjataan paling canggih berharga miliaran dolar yang terus dikirim Rusia dan Uni Soviet.
Media Rusia Vzglyad, menulis CIA berhasil menyuap beberapa pejabat Indonesia untuk bekerja sama dan membocorkan daftar senjata dari Blok Timur pada AS.
Hal ini terungkap saat dari mulut David Barnett, seorang agen CIA yang malang melintang di dunia telik sandi. Dia pernah bertahun-tahun bertugas di Indonesia saat Orde Lama.
Pertengahan tahun 70an, Barnett kembali ke Indonesia. Dia mencari peruntungan dengan berbisnis udang. Namun bisnisnya bangkrut. Dia berhutang sangat banyak. Barnett mencari jalan keluar pintas.
"Dia lalu menjual data mengenai Operasi Habrink pada KGB (agen rahasia Rusia) senilai 100 ribu dolar AS," tulis Vzglyad.
Barnett tak lama menikmati uang hasil pengkhiatannya itu. Pada 1979, dia dikhianati oleh pengkhianat KGB, yang direkrut oleh CIA di Indonesia. Ironi, pengkhianat dikhianati pengkhianat pula. Tapi itulah kotornya dunia intelijen.
"Barnett dihukum 18 tahun penjara, tapi dia dibebaskan pada tahun 1990. Kisah ini masih dibicarakan di kalangan intelijen," beber Vzglyad.(mdk)
loading...
Post a Comment