Lhokseumawe Kedua Tertinggi Inflasi |
Lhokseumawe menjadi kota kedua tertinggi inflasi (1,44 persen) selama September 2016 dari 82 kota di Indonesia yang dipantau Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama Bank Indonesia. Sedangkan Meulaboh di urutan keenam (0,83 persen) dan Banda Aceh urutan kesembilan (0,78 persen). Inflasi adalah merosotnya nilai uang karena mahalnya harga barang.
Kepala BPS Aceh, Wahyudin MM, menyampaikan hal ini dalam siaran resmi statistik di kantor BPS setempat, Senin (3/10). Menurutnya, cabai merah dan ikan tongkol menjadi komoditas yang memberi sumbang tertinggi terhadap inflasi di Banda Aceh September 2016, sebagaimana dilansir BPS Aceh, harga barang dan jasa di Banda Aceh mengalami inflasi (naik) 0,78 persen.
�Secara agregat untuk Aceh mengalami inflasi sebesar 0,98 persen. Angka inflasi ini diperoleh dari gabungan tiga kabupaten/kota di Aceh yaitu Lhokseumawe, Banda Aceh, dan Meulaboh yang juga mengalami inflasi sehingga masuk sepuluh besar inflasi tertinggi di kota-kota pulau Sumatera,� kata Kepala BPS Aceh, Wahyudin MM.
Wahyudin menyebutkan ada 20 barang dan jasa yang memberi andil besar untuk inflasi di Banda Aceh, yaitu cabai merah, tongkol, cabai rawit, cumi-cumi, cabe hijau, semangka, minyak goreng, udang basah, salak, semen, rokok putih, kembung, rokok kretek filter, rambe, buah melinjo, daun singkong, tomat sayur, tarif sewa becak mesin, bandeng, dan daun melinjo.
Selain itu juga ada 20 angkutan barang dan jasa yang mengalami penurunan harga di Banda Aceh yaitu daging ayam ras, pir, angkutan udara, jeruk, gula pasir, ayam hidup, apel, emas perhiasan, ketimun, wortel, daun seledri, bawang merah, daging bebek, bensin, biji nangka, sirop, ikan kayu, kacang hijau, telur ayam ras, dan brokoli.
Sementara itu, Kepala BPS Lhokseumawe, Mukhlis, dalam siaran pers resmi di BPS setempat kemarin, juga menyebutkan kelompok bahan makanan yang terbesar menyumbang inflasi pada September, yakni cabe merah, cabe hijau, cabe rawit, kacang panjang dan tongkol serta beberapa komunitas lainnya.
Pada kesempatan sama, Kepala BPS Aceh, Wahyudin MM, mengatakan inflasi menyebabkan daya beli menurun, sehingga berpengaruh ke hal lainnya, bahkan jika terus-terusan terjadi, maka kemiskinan makin tinggi. �Karena itu diperlukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), baik itu provinsi maupun kabupaten/kota harga tidak terus mengalami peningkatan,� katanya.
Wahyudin menyarankan agar TPID meneliti 20 komoditi yang sering muncul sebagai penyebab inflasi selama 2016 ini untuk kemudian mencari cara agar harga komoditi-komoditi itu bisa stabil, baik dari sisi produksinya, distribusinya, dan stoknya.
�Misalnya pada bulan-bulan tertentu stoknya banyak. Kemudian bagaimana caranya supaya ada stok, sehingga nanti harga tidak naik dan tidak membebani masyarakat. Nah, TPID itu berperannya di situ,� tutup Wahyudin.
Sumber: serami
loading...
Post a Comment