AMP – Sebuah status lumayan panjang yang berkisah tentang Irwandi Yusuf terbaca di halaman facebook Munawar Liza Zainal.
Kisah lama itu mengandung pesan, tentang keresahan orang terhadap Irwandi Yusuf namun ia selalu bisa dan berhasil lolos.
“Status itu saya tulis dengan penuh perasaan,” aku mantan Wali Kota Sabang itu.
Ketika ditanya apa status itu ditulis untuk menyentil pihak-pihak yang gagal menghadang Irwandi Yusuf, “warga” ADO itu tidak menjawab, seakan sedang mengajak pembaca untuk menafsirkannya secara bebas.
Ketika ditanya kembali apakah status ini mengandung pesan bahwa upaya-upaya menghadang langkah Irwandi Yusuf agar gagal menjadi salah satu calon Gubernur Aceh, dan apakah ia yakin bahwa usaha menggagalkan Irwandi Yusuf untuk kembali menjadi Gubernur Aceh di Pilkada 2017 lewat agenda “Titipan Pusat” juga bakal gagal? Sampai ulasan ini dibuat, juga belum ada jawaban. Munawar Liza Zainal hanya menjawab, “Bah publik yang menilai sebab bandum kejadian na hikmah dari Allah”.
Berikut ini status Facebook yang ditulis Munawar Liza Zainal malam ini:
***
Sewaktu Irwandi Yusuf (Tengku Agam) sampai ke Helsinki dan menjadi anggota tim perunding GAM, delegasi pemerintah RI yang dipimpin oleh Hamid Awaluddin sangat resah, karena Tengku Agam adalah satu-satunya anggota tim GAM yang fresh datang dari lapangan dan paling tahu kondisi terakhir di Aceh.
Tim GAM yang lain, adalah pimpinan GAM di Swedia, dan utusan dari Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Jerman dan para penasehat politik.
Karena itu, Hamid Awaluddin melaporkan kepada penengah, CMI, dan Uni Eropa untuk mendeportasi Tengku Agam. Alasan Hamid, Tengku Agam adalah narapidana yang telah dijatuhi hukuman penjara oleh pemerintah Indonesia. “Saya sebagai menteri hukum dan HAM Republik Indonesia, tidak mau duduk semeja dan berunding dengan narapidana yang MELARIKAN DIRI DARI PENJARA”.
Pihak CMI dan Uni Eropa mengambil berat hal ini, dan duduk dengan GAM untuk meluruskan masalah yang diangkat oleh Hamid.
Di dalam sebuah pertemuan yang dihadiri banyak orang, dari CMI dan Uni Eropa, hal itu diangkat, dan Tengku Agam dimintai penjelasan.
Tanpa ragu-ragu dan dengan tenang, Tengku Agam bercerita, bahwa ketika gempa besar melanda Aceh, para tahanan di dalam penjara Kedah, Banda Aceh, banyak yang melarikan diri ke arah pintu. Tengku Agam yang pernah belajar di pantai Barat Amerika, daerah yang sering dilanda gempa, teringat kepada fenomena tsunami. Langsung mencari mushalla dan naik ke atas atap, tidak panik mengikuti tahanan lain yang lari ke pintu. Ketika gelombang tinggi menerjang, sempat terperangkap di atap mushalla yang tertutup. Namun dengan kuasa Allah, dapat meninju atap sampai tembus, akhirnya bisa selamat sampai ke atas atap.
Dari atap itulah, Tengku Agam melihat penjara Kedah dengan bangunan dan semua apa yang ada, tersapu ke laut.
“Jadi perlu Anda sekalian ketahui, saya tidak pernah melarikan diri dari penjara, TETAPI PENJARA LARI DARI SAYA DIBAWA OLEH TSUNAMI, dan saya ke luar negeri, memakai paspor asli dan nama asli saya, tidak palsu”, demikian Tengku Agam menutup keterangannya.
Semua pendengar terpana, dapat menerima keterangan ini dan kemudian diputuskan bahwa Tengku Agam tetap menjadi bagian dari tim perunding GAM, namun untuk menghormati keberatan pemerintah Indonesia, Tengku Agam diputuskan untuk standby mengikuti perundingan dari tempat lain, bukan di dalam gedung Koningstedt.
—
Banyak sekali hikmah yang tidak kita ketahui di balik kekuasaan Allah menyelamatkan Tengku Agam dari musibah besar ini.
Semoga dipercaya kembali oleh rakyat Aceh untuk mengemban amanah untuk bersama-sama membangun Aceh ke depan. Amin. [acehtrend.co]
Kisah lama itu mengandung pesan, tentang keresahan orang terhadap Irwandi Yusuf namun ia selalu bisa dan berhasil lolos.
“Status itu saya tulis dengan penuh perasaan,” aku mantan Wali Kota Sabang itu.
Ketika ditanya apa status itu ditulis untuk menyentil pihak-pihak yang gagal menghadang Irwandi Yusuf, “warga” ADO itu tidak menjawab, seakan sedang mengajak pembaca untuk menafsirkannya secara bebas.
Ketika ditanya kembali apakah status ini mengandung pesan bahwa upaya-upaya menghadang langkah Irwandi Yusuf agar gagal menjadi salah satu calon Gubernur Aceh, dan apakah ia yakin bahwa usaha menggagalkan Irwandi Yusuf untuk kembali menjadi Gubernur Aceh di Pilkada 2017 lewat agenda “Titipan Pusat” juga bakal gagal? Sampai ulasan ini dibuat, juga belum ada jawaban. Munawar Liza Zainal hanya menjawab, “Bah publik yang menilai sebab bandum kejadian na hikmah dari Allah”.
Berikut ini status Facebook yang ditulis Munawar Liza Zainal malam ini:
***
Sewaktu Irwandi Yusuf (Tengku Agam) sampai ke Helsinki dan menjadi anggota tim perunding GAM, delegasi pemerintah RI yang dipimpin oleh Hamid Awaluddin sangat resah, karena Tengku Agam adalah satu-satunya anggota tim GAM yang fresh datang dari lapangan dan paling tahu kondisi terakhir di Aceh.
Tim GAM yang lain, adalah pimpinan GAM di Swedia, dan utusan dari Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Jerman dan para penasehat politik.
Karena itu, Hamid Awaluddin melaporkan kepada penengah, CMI, dan Uni Eropa untuk mendeportasi Tengku Agam. Alasan Hamid, Tengku Agam adalah narapidana yang telah dijatuhi hukuman penjara oleh pemerintah Indonesia. “Saya sebagai menteri hukum dan HAM Republik Indonesia, tidak mau duduk semeja dan berunding dengan narapidana yang MELARIKAN DIRI DARI PENJARA”.
Pihak CMI dan Uni Eropa mengambil berat hal ini, dan duduk dengan GAM untuk meluruskan masalah yang diangkat oleh Hamid.
Di dalam sebuah pertemuan yang dihadiri banyak orang, dari CMI dan Uni Eropa, hal itu diangkat, dan Tengku Agam dimintai penjelasan.
Tanpa ragu-ragu dan dengan tenang, Tengku Agam bercerita, bahwa ketika gempa besar melanda Aceh, para tahanan di dalam penjara Kedah, Banda Aceh, banyak yang melarikan diri ke arah pintu. Tengku Agam yang pernah belajar di pantai Barat Amerika, daerah yang sering dilanda gempa, teringat kepada fenomena tsunami. Langsung mencari mushalla dan naik ke atas atap, tidak panik mengikuti tahanan lain yang lari ke pintu. Ketika gelombang tinggi menerjang, sempat terperangkap di atap mushalla yang tertutup. Namun dengan kuasa Allah, dapat meninju atap sampai tembus, akhirnya bisa selamat sampai ke atas atap.
Dari atap itulah, Tengku Agam melihat penjara Kedah dengan bangunan dan semua apa yang ada, tersapu ke laut.
“Jadi perlu Anda sekalian ketahui, saya tidak pernah melarikan diri dari penjara, TETAPI PENJARA LARI DARI SAYA DIBAWA OLEH TSUNAMI, dan saya ke luar negeri, memakai paspor asli dan nama asli saya, tidak palsu”, demikian Tengku Agam menutup keterangannya.
Semua pendengar terpana, dapat menerima keterangan ini dan kemudian diputuskan bahwa Tengku Agam tetap menjadi bagian dari tim perunding GAM, namun untuk menghormati keberatan pemerintah Indonesia, Tengku Agam diputuskan untuk standby mengikuti perundingan dari tempat lain, bukan di dalam gedung Koningstedt.
—
Banyak sekali hikmah yang tidak kita ketahui di balik kekuasaan Allah menyelamatkan Tengku Agam dari musibah besar ini.
Semoga dipercaya kembali oleh rakyat Aceh untuk mengemban amanah untuk bersama-sama membangun Aceh ke depan. Amin. [acehtrend.co]
loading...
Post a Comment