AMP -Anggota DPRA dari Komisi VII, Jamludin T. Muku mengakui tidak semua hasil temuan pansus pihaknya di lapangan dilaporkan ke publik sebagai bentuk pertangggung jawaban penggunaan anggaran.
Pertimbangannya, karena sayang pada pimpinan Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) yang sangat takut pada Gubernur Aceh Zaini Abdullah. "Jika dilaporkan takut terjadilah mutasi besar-besaran, selama ini saja mutasi mencapai 14 kali," kata Jamaluddin saat menjadi pembicara pada diskusi publik tentang Tesis-Tesis Pilkada 2017: Politik, Dana Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan di D`Rodya Cafe, Jambo Tape, Banda Aceh, Rabu (21/9/2016).
Temuan ini, menurut Jamaludin, sesungguhnya membuat DPRA ragu dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian yang didapat Pemerintah Aceh dari BPK. Karena menurutnya, penghargaan prestisuis itu tidak sesuai dengan temuan pansus mereka. "Proyek dibuat asal jadi, dan memang tidak ditemukan bangunan yang bagus satu pun," katanya.
Begitupun saat pihaknya menanyakan pada kontraktor, kenapa bangunan demikian? Pihak kontraktor menjawab bahwa begitulah bangunan yang dapat mereka kerjakan, karena kalau sebuah proyek dianggarkan seratus persen maka yang terealisasi cuma tiga puluh persen, yang lainnya habis dipotong ke sana-kemari.
“Temuan kami di lapangan, Masya Allah semua remuk, tidak ada satupun yang bagus, bagaimana tidak dari seratus persen yang terelisasi cuma tiga puluh persen,” ungkap Jamaludin.(modusaceh.co)
Pertimbangannya, karena sayang pada pimpinan Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) yang sangat takut pada Gubernur Aceh Zaini Abdullah. "Jika dilaporkan takut terjadilah mutasi besar-besaran, selama ini saja mutasi mencapai 14 kali," kata Jamaluddin saat menjadi pembicara pada diskusi publik tentang Tesis-Tesis Pilkada 2017: Politik, Dana Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan di D`Rodya Cafe, Jambo Tape, Banda Aceh, Rabu (21/9/2016).
Temuan ini, menurut Jamaludin, sesungguhnya membuat DPRA ragu dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian yang didapat Pemerintah Aceh dari BPK. Karena menurutnya, penghargaan prestisuis itu tidak sesuai dengan temuan pansus mereka. "Proyek dibuat asal jadi, dan memang tidak ditemukan bangunan yang bagus satu pun," katanya.
Begitupun saat pihaknya menanyakan pada kontraktor, kenapa bangunan demikian? Pihak kontraktor menjawab bahwa begitulah bangunan yang dapat mereka kerjakan, karena kalau sebuah proyek dianggarkan seratus persen maka yang terealisasi cuma tiga puluh persen, yang lainnya habis dipotong ke sana-kemari.
“Temuan kami di lapangan, Masya Allah semua remuk, tidak ada satupun yang bagus, bagaimana tidak dari seratus persen yang terelisasi cuma tiga puluh persen,” ungkap Jamaludin.(modusaceh.co)
loading...
Post a Comment